LAMALERA Tak Pernah Alpa di Semana Santa, Bagian dari Gelekat kepada TUAN MENINU

by -413 views

Prosesi laut TUAN MENINU

Salah satu tradisi yang diminati peziarah Semana Santa di Larantuka, Flores Timur, yakni perarakan Patung Tuan Meninu melalui laut yang biasa disebut Prosesi Laut. Ribuan peziarah menyaksikan haru tradisi sakral ini, hingga meneteskan airmata.

Sesuai tradisi yang berlangsung selama hampir 500 tahun, prosesi laut dilaksanakan pada pagi hari setiap Jumat Agung. Patung Tuan Meninu diarak dari Kapela Tuan Meninu di Kota Rewido, Kelurahan Sarotari, untuk kemudian ditahtakan pada Armida Tuan Meninu di Kelurahan Pohon Sirih. Perarakan ini begitu sakral karena harus melewati arus laut Selat Gonzalu.

Perarakan Patung Tuan Meninu merupakan bagian dari prosesi Jumat Agung yang akan berlangsung malam harinya. Armida Tuan Meninu merupakan satu dari delapan armida yang akan dikunjungi saat perarakan patung Tuan Ma.

Jumat (29/3/2024), sejak pukul 10.00 Wita, para peziarah sudah berdiri memadati sepanjang pantai untuk menyaksikan prosesi laut. Beberapa titik yang menjadi sentral peziarah yakni Pantai Kuce, Pelabuhan Laut, dan juga di sekitar Armida Tuan Meninu. Beberapa kapal yang sedang berlabuh di pelabuhan, menjadi tempat paling strategis untuk menyaksikan prosesi laut.

Patung Tuan Meninu berada pada sebuah sampan yang diberi tenda penutup, dikawal petugas khusus. Di depannya sebuah sampan kecil sebagai penunjuk jalan. Sementara di sampingnya puluhan sampan mengawal dengan ketat. Semua sampan dipacu dengan dayung secara tradisional.

Setiap tahun peledang nelayan dari Lamalera tak pernah absen. Tiga peledang selalu hadir mengawal perarakan Patung Tuan Meninu atau Patung Yesus Tersalib itu. Bahkan tahun ini, tiga nelayan Lamalera ditugaskan khusus mendayung berok Tuan Meninu dalam prosesi laut menuju Pantai Kuce, Kelurahan Pohon Sirih.

Ketiga nelayan Lamalera itu adalah Siprianus Lelaona, Mateus Daeng Ebang dan Goris Krova. “Setiap tahun kami datang dalam prosesi laut ini atas nama suku dan Levo Lamalera. Dan itu bagian dari Gelekat kami kepada Tuan Meninu. Kehadiran nelayan dan umat Lamalera ini juga bagian dari penyerahan diri dan devosi suku dan nelayan Lamalera,” kata Mateus Ebang.

Kehadiran nelayan Lamalera juga sejatinya adalah ungkapan syukur dari para nelayan. Sebab, ada kejadian heroik. Pada tahun 1994, empat peledang terseret ikan paus buruan hingga memasuki wilayah perairan Australia. Selama terombang-ambing di lautan lepas, mereka akhirnya diselamatkan kapal yang dinahkodai oleh kapten kapal asal Larantuka.

“Nelayan Lamalera meyakini bahwa bantuan itu berasal dari Tuan Meninu. Atas peristiwa iman dan keselamatan itu, para nelayan Lamalera mengikthiarkan diri untuk mengikuti prosesi laut menghantar Tuan Meninu setiap tahun di Semana Santa Larantuka,” kata seorang nelayan, Alfons Menua Bataona kepada lembata.pikiran-rakyat.com.

Dia juga berharap, generasi Lamalera berikutnya tetap mempertahankan tradisi dan devosi kepada Tuhan Meninu dalam perayaan Semana Santa.

Sementara itu, ratusan perahu motor dan kapal-kapal berukuran kecil dan besar ikut terlibat dalam prosesi laut. Ribuan peziarah lain, terutama yang datang dari luar Larantuka penuh sesak di atas perahu motor dan kapal-kapal nelayan. Di antaranya terdapat beberapa kapal Basarnas untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Doa dan Permesa

Di Kapela Tuan Meninu, Patung Tuan Meninu tersimpan di dalam Tori kecil berbentuk Tabernakel, yang selama 1 tahun baru dibuka kembali oleh petugas khusus, dilanjutkan dengan Ritual Muda Tuan. Biasanya air bekas pembersihan Patung Tuan Meninu dibagikan kepada umat karena diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Pada Tori besar tersimpan Patung Yesus Wafat di Salib yang juga setahun sekali dikeluarkan petugas khusus untuk penyembahan dan penghormatan secara khusus oleh umat pada hari Jumat Agung. Kemudian melalui upacara khusus dibawa keluar dari Kapela Tuan Meninu untuk diantar melalui prosesi laut.

Dari zaman leluhur hingga kini, setiap tahun pada masa Pra Paskah dan Pekan Suci, umat Katolik di lingkungan Kota Rowido melakukan doa, permesa dan cium Tuan di Kapela Tuan Meninu. Acara khusus ini berawal sejak Rabu Abu, Jumad dan Sabtu dalam pekan Pra Paskah hingga berakhir pada Minggu Paskah.

Prosesi Dalam Kota

Sebagaimana tradisi, pada Jumat Agung malam, dilaksanakan prosesi Patung Tuan Ma mengelilingi Kota Larantuka. Tradisi ini dianggap sebagai puncak dari seluruh prosesi Semana Santa.

Tuan Ma akan menyinggahi 8 buah perhentian (armida), yakni Armida Missericordia, Armida Tuan Meninu, Armida St. Philipus, Armida Tuan Trewa, Armida Pantekebi, Armida St. Antonius, Armida Kuce, dan Armida Desa Lohayong. Urutan Armida menggambarkan seluruh kehidupan Yesus Kristus mulai dari ke Allah-Nya (missericordia), kehidupan manusia-Nya dari masa bayi (Tuan Meninu), masa remaja (St. Philipus) hingga masa penderitaan-Nya sambil menghirup dengan tabah dan sabar seluruh isi piala penderitaan sekaligus piala keselamatan umat manusia.

Prosesi Jumat Agung adalah sebuah perarakan yang begitu semarak dan sakral. Sejak perarakan keluar dari gereja, para “Ana Muji” melagukan “Popule Meus” yang mengisahkan tentang keluhan Allah akan rahmat dan kebaikan-Nya yang di sia-siakan oleh umat-Nya.

Prosesi keagamaan tersebut hanya berlangsung di Larantuka, sementara di wilayah keuskupan lainnya, umat Katolik hanya melakukan prosesi jalan salib untuk mengenang kisah sengsara Yesus sampai wafat di kayu salib. Prosesi jalan salib, umumnya berlangsung pada pagi hari di Jumat Agung tersebut, sedang pada sore harinya dilakukan upacara penciuman salib Yesus. (jdz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *