MERDEKALAH!

by -469 views

Oleh : Yoseph Bruno Dasion, SVD
Misionaris di Nagoya, Jepang

Bukan merdeka,
Tapi kamu harus memerdekakan dirimu
Memerdekakan pikiranmu
Memerdekakan hati dan jiwamu.
Sebab,
Hanya untuk merdeka saja
Kita sungguh sudah merdeka
Sudah tak dijajah oleh bangsa manapun

Sudah tak jadi tahanan perang dari negara manapun.
Kisah-kisah perang melawan penjajah
yang mencuri kedaulatan kita sebagai bangsa
hanyalah catatan sejarah yang harus selalu kita ingat
agar tak pernah lagi terjadi untuk generasi kita dan generasi bangsa mendatang

Kita sudah tak ditindas
Kita sudah tak dijajah
Oleh karena itu merasa merdekalah diri kita
Untuk berpikir bahwa “nasi” kita tak harus hanya dari beras dan gandum;
Jagung dan sagu, ubi-ubian dan kacang-kacangan,
Rebung bambu, buah lontar dan enau di tanah sendiri
Adalah juga ”nasi” yang bisa membuat kita lebih bermartabat.

Minum kita tak harus bir, anggur, wiski dan air botol dari negeri-negeri asing
Air dari sumber-sumber mata air kita, air tuak lontar dan enau, arak dan lain-lain juga kita punya.
Sayuran?
Daun, bunga, buah pepaya, daun merungge, daun ubi, pucuk muda kelapa, batang dan bunga pisang,….
Masih banyak lagi tumbuhan asli kita
Yang belum kita kenal dan hanya memberi mereka nama “tumbuhan liar”?

Panganan luar negeri, kuliner jawa dan Bali, pasti enak.
Tapi, makanan lokal kita pun tak kalah “sarbo” (lezat)-nya.
Kita makan dan minum untuk “sehat”
Bukan untuk gengsi.
Makan dan minum karena gengsi
Sering jadi sumber penyakit,
Apalagi kalau kau nikmati makanan asing
Sembari meludahi masakan kampung halamanmu.
Kalau sampai kau lakukan itu,
Orang tua-tua dikampung saya beri pesan,
“Ibu bumi akan mengunci lubang dubur-mu
Dan bikin kau pusing tujuh turunan.”

Katanya banyak sarjana yang menganggur,
Yang duduk bengong, karena tak ada lowongan jadi pegawai negeri
Katanya ada banyak sarjana yang merengeki pemerintah memberi mereka
Lapangan pekerjaan.
Lha, tanah-airmu dengan laut dan daratannya,
hutan dan gunungnya
Menyimpan banyak harta karun
Yang tunggu dicari, dikais dan digali
Agar bisa menemukannya.

Sudah sekolah pintar-pintar
Kok, masih dijajah oleh pikiran-pikiran lama.
Sudah jadi sarjana yang pintar
Kok, masih mengemis pekerjaan.
Kapan kamu bisa merdekakan diri
Dari kebiasaan celoteh seperti kaum-kaum lonte
yang merengek disuapi.
Kamu sudah terlalu tua,
Kumis mu aja udah berjuta kali kau cukur dan
Berulang tumbuh
Otot tubuhmu jangan kau pakai untuk menonjok,
Pakailah itu untuk memikul pacul
mencangkul tanah dan air mu
Menanam dan membesarkan sendiri
Apa yang kau inginkan untuk mengenyangkan perutmu
Apa yang kau pikirkan yang terbaik untuk
Membuat kau hidup dan bahagia.

Kasihan orangtua-orangtua yang menyekolahkan
Mereka bukan sarjana, tapi mati-hidup kerjanya
Agar anaknya bisa jadi sarjana,
Lalu kenapa kalau sudah jadi sarjana
Malah sukanya tinggal di Sarang JahaNam?

Kita sudah merdeka!
Jadi MERDEKA-lah kita.
Merdekalah
Dari semua energi negatif
Yang membuat kita untuk selalu berpikir
Yang tidak baik tentang orang lain.

Merdekalah kita
Bebaskan diri kita
Dari ketidak-sadaran
Bahwa kita sebenarnya sedang
menjajah dan mencekik diri kita sendiri
Dengan cara hidup dan pikiran yang
Sama sekali tak berguna.

Merdekalah kita
Agar kita tidak terlanjur jadi pesakitan
Yang menjajah diri sendiri.

Nagoya, 17 Agustus 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *