Persekongkolan Sadis! Sangat Sadis!

by -187 views

DENPASAR –  Jasad Angeline, 8, siswa SDN 12 Sanur yang hilang sejak 16 Mei lalu, ditemukan di liang kubur dekat kandang ayam, belakang rumahnya, Jalan Sedap Malam 26, Denpasar. Tidak hanya ditemukan membusuk dalam kondisi penuh lebam dan empat jeratan di leher, Angeline juga diduga sering diperkosa oleh pembantunya, Agustinus, asal Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur itu. Persekongkolan yang sadis.
“Dari perkembangan sementara, didapati keterangan bahwa, mereka memang bersekongkol. Selama ini keterangan Agus tidak jelas karena dia merupakan pelaku. Dia yang menggali lubang. Dia yang mengikat leher korban hingga tewas, dan Margareth Ch Megawe (ibu angkat korban, Red) yang memasukkan korban ke lubang,”  ujar sumber kepolisian yang enggan namanya ditulis.
“Agus itu sangat kurang ajar. Di pengembangan, ternyata dia (Agus) kerap memperkosa korban,” tambah sumber tadi mengikuti keterangan penyidik.

Kata dia, pihaknya masih meminta keterangan Agus, dan beberapa orang lain termasuk Margareith Ch Megawe di Mapolresta Denpasar, kemarin. “Agus sudah ditetapkan sebagai pelaku. Yvon (anak pertama Margareith, Red) sudah kami amankan barusan ini di rumahnya setelah pulang dari tempat kerja,”  kata sumber tersebut.

Terkait dengan motif, sumber akurat mengatakan bahwa, dugaan kuat karena masalah cemburu.  Diduga, dua orang kakak (angkat) tersangka Ivon (kakak pertama) dan Cristina (kakak kedua), yang menjadi otak dalam pembunuhan.

“Karena mereka tidak mau korban mendapatkan harta dari almarhum suami Margareth Ch Megawe, yang memberikan korban 60 persen dari harta mereka. Karena itu, Margareth Ch Megawe pun terpaksa diam dan diduga tertekan batin,”  tambahnya.

Dugaan itu diperkuat dengan penggalangan dukungan yang dibuat fan page Find Angeline – Bali’s Missing Child, yang sebagian besar diduga diisi oleh Cristina (anak kedua Margareith, Red). Dalam fan page, itu adminnya mengunggah berbagai foto dan membuat alibi terkait hilangnya ANG.

Terkait dengan hal tersebut, Kapolresta Denpasar belum bisa dimintai keterangan karena sedang rapat bersama jajaran.  “Maaf, Mas kami sedang rapat,”  terangnya.

Saat ini orang-orang yang diamankan polisi adalah Margareith (ibu angkat korban); Yvon (kakak angkat pertama), Christina (kakak angkat kedua); Dewa Ketut Raka (satpam); Agustinus Tae (pembantu), serta pasutri penghuni kos Susiana dan Rahmat.

Terungkapnya pembunuhan ANG salah satunya didapat dari kejanggalan yang diterima satpam Margareth Ch Megawe, Dewa Ketut Raka dari PT Patriot. Pasalnya, saat diminta oleh anak pemilik rumah yang bernama Christina untuk menjaga rumah, justru hanya disuruh jaga di bagian depan saja. Tidak boleh masuk ke dalam rumah. Hal tersebut membuat satpam tersebut curiga.
“Security diminta untuk jaga saja di depan. Namun, tidak diperbolehkan masuk. Hal itu membuat security pun bingung. Saat bertugas, dia bingung hanya berjaga di depan saja. Kalau ada apa-apa di dalam rumah pasti dia tanggung jawab. Saat itu lah baru kami dekati dia untuk mencari tahu,”  ujar petugas kepolisian di rumah Margareith siang kemarin.

Dijelaskannya, satpam ini pun pusing. Di saat haus dan lapar tengah malam, dia terpaksa pergi mencari minum dan makan ke tempat yang jauh. Bahkan, kalau mau buang air besar dia terpaksa pergi ke sawah-sawah.

Karena itu lah dia mengeluh ke PT Patriot dan akhirnya, perusahaan berkoordinasi dengan Christina. Akhirnya, Christina pun mengizinkan buka pintu bagian timur untuk masuk jika ingin buang air besar.

“Kami minta tolong ke dia untuk mencari tahu keganjilan di dalam rumah tersebut. Selang beberapa hari, tidak sengaja ia masuk ke rumah tersebut dan mencari WC, dia melihat Margareith sedang berdiri dan memantau di kawasan lubang itu,”  ujar sumber yang enggan namanya dikorankan.
“Juga sempat mengambil beberapa daun pisang yang sudah kering lalu ditaruh baik-baik di atas lubang itu,”  tambahnya mengutip keterangan satpam ini.

Karena menaruh curiga, kata dia, Raka pun memperhatikan baik-baik. Namun, saat itu Margareith melihat satpam tersebut dan kaget. Kemudian Margareith meninggalkan tempat itu sambil melarang Raka untuk masuk lagi.

“Dari sana lah mulai terungkap. Security ini langsung menceritakan keganjilan tersebut dan akhirnya kami beritahu ke atasan. Dan, ternyata benar. Setelah digeledah ditemukan jasad anak itu”,  kata sumber itu.

Setelah penemuan jasad ANG, polisi kemudian mengamankan beberapa orang untuk dimintai keterangan.  Kalau Margareith kami amankan di minimarket di kawasan Suwung,”  terangnya.

Keterangan sumber, terkait sekuriti tersebut membuat bos PT Patriot, Benediktus saat dijumpai di TKP siang kemarin hanya membenarkan terkait permintaan Christina bahwa membutuhkan security.  “Itu anak buah saya. Saya ke sini karena anak buah saya juga diamankan polisi. Namun, koordinasi sementara dia hanya berstatus saksi. Dan, akan dipulangkan,”  papar pria ini.

Lanjutnya, PT Patriot tersebut ditelepon oleh orang yang bernama Christina untuk menjaga rumahnya. Setelah mendapatkan telepon itu, dua anggotanya diberi orientasi yakni Dewa (masuk pagi) dan Yosep (masuk malam). Waktu didatangi untuk orientasi di TKP mengecak halaman luar dan halaman dalam, Christina meminta untuk jaga saja di luar.

“Pada tanggal 4 (Juni) lalu, mereka mulai kerja. Benar, mereka mengeluh tidak ada toilet. Jadi, kami telepon ke Christina dan diizinkan masuk. Terkait apa anak buah saya yang membocorkan hal tersebut sampai terungkap, saya sendiri tidak tahu. Bahkan, dari PT Patriot pun tidak mengetahui permasalahan yang sedang ada di rumah tersebut,”  terangnya yang singkat.

Sementara itu, Kapolsek Denpasar Timur Kompol Redastra yang dikonfirmasi terkait kronologi pengungkapan, ia hanya menjelaskan bahwa, Polda Bali dan polresta yang mengetahui persis.  “Sabar, ya. Nanti kami akan kabari jika semua ini sudah jelas,”  singkatnya.

Hilangnya Seprei dan Bau Anyir

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait memaparkan kembali kejanggalan yang ditemukan saat mendatangi rumah Margareth  dalam investigasi hilangnya Angeline, 24 Mei 2015. Salah satunya adalah sebuah kasur di kamar Angeline yang tak terbungkus seprei.
“Ternyata, seprei itu tak ada karena sudah digunakan untuk membungkus mayat Angeline yang diletakkan di sebelah kamar dekat pohon pisang,” kata Arist, Rabu, 10 Juni 2015.
Arist menyatakan, pada saat itu tak ada pikiran kalau Angeline sudah meninggal dan mayatnya berada di sekitar rumah tersebut. Arist bersama dengan polisi masih sekadar mengumpulkan informasi dari keluarga angkat Angeline sambil berharap bocah tersebut masih hidup.
Komnas Perlindungan Anak mendapat informasi soal hilangnya seorang anak bernama Angeline dari masyarakat Bali pada 16 Mei 2015. Setelah itu, Tim Reaksi Cepat Perlindungan anak dan perwakilan Komnas PA di Bali langsung mengumpulkan informasi awal. Pada 24 Mei 2015, Arist turun langsung ke Bali dan tiba di Rumah Margriet sekitar pukul 20.00 WITA.
Kejanggalan pertama yang nampak adalah kesaksian Margareth soal keberadaan dan hilangnya Angeline. Margareth mengatakan pada Ariest bahwa dirinya mengetahui Angeline masih berada di Denpasar tapi sama sekali tak mau mengungkapnya. “Dia bilang, kami tak mungkin menjemput Angeline,” kata Arist.
Margareth juga sempat melarang Arist untuk masuk ke Kamar Angeline. Akan tetapi, berkat bantuan polisi setempat yang turut hadir, Arist bisa masuk dan menemukan lebih banyak lagi kejanggalan di kamar tersebut.
Arist sempat berseteru dengan Margareth soal kelayakan rumah dan kamar bagi Angeline. Ia menilai kondisi kamar tersebut sangat parah dan tak layak huni, apalagi bagi anak-anak. Pernyataan tersebut memancing kemarahan Margareth dan keluarga hingga perseteruan di jejaring sosial.
Arist memaparkan, kamar dengan kasur tanpa seprei tersebut sangat berantakan dan bau. Setiap orang yang masuk pasti akan terganggu pernafasannya karena bau yang tajam. Saat itu, beberapa bau yang dominan diduga berasal dari telur ayam, makanan anjing, tumpukan pakaian kotor dan toilet yang tak terurus.
“Baunya beda. Ada bau anyir juga, tapi saat itu saya tak mau mengambil kesimpulan karena ada banyak bau yang menyengat,” kata dia.
Meski tak berkesimpulan, toh, Arist mengaku melaporkan kecurigaannya terhadap bau tersebut ke Polda Bali pada 25 Mei 2015. Sesuai kesepakatan, Polda Bali mengirimkan sejumlah anjing pelacak untuk memeriksa keberadaan Angeline. Hasilnya nihil.
“Di tempat hilang, anjing hanya mampu beberapa meter kemudian kehilangan jejak. Di rumah, juga tak bisa menemukan,” kata Arist.
Menurut dia, jenazah Angeline ditemukan terbungkus sebuah seprei dalam keadaan sudah membusuk setelah Polisi berhasil menangkap saksi kunci. Mayat tersebut dikubur begitu saja dekat pohon pisang di sisi kamar Angeline. (jpnn/jk)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *