Timor Leste Bergolak, Xanana Perintahkan Lawan Australia

by -289 views

DILI – Timor Leste kembali bergolak. Sekitar 10 ribu warga Timor Leste marah. Mereka mengepung Kedutaan Besar Australia di Dili untuk memprotes penolakan Australia bernegosiasi dengan Timor Leste tentang perbatasan Laut Timor yang kaya akan minyak dan gas. Australia telah ‘merampok’ harta milik Timor Leste di Laut Timor. Mantan Presiden Timor Leste, Xanana Gusmao, pun harus turun tangan. Mantan pejuang kemerdekaan ini memerintahkan rakyat Timor Leste untuk bersatu melawan Australia.

Seperti dilansir Sidney Morning Herald, aksi warga Timor Timur itu  dilakukan setelah mantan Presiden dan Perdana Menteri Timor Timur, Xanana Gusmao, menyeru rakyatnya melakukan aksi protes. Unjuk rasa yang berlangsung pada 22-23 Maret 2016 itu merupakan yang terbesar sejak negara tersebut melepaskan diri dari Indonesia pada 1999.

Pada malam sebelum aksi, Xanana mengatakan, Timor harus “berdiri teguh dan mengangkat satu suara” untuk menuntut Canberra melakukan negosiasi dengan Timor Leste.
Timor Leste mengklaim  telah kehilangan sekitar US$ 5 miliar (Rp 66 triliun) royalti dan penerimaan pajak di Laut Timor sejak kemerdekaan. Padahal angka tersebut cukup untuk membiayai semua anggaran negara selama tiga tahun.

Negara yang terbilang masih muda tersebut menegaskan bahwa mereka akan sejahtera dari royalti dan pajak eksploitasi Laut Timor jika norma-norma Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) dipatuhi Australia. Jika merujuk pada UNCLOS, Laut Timor, yang memiliki cadangan minyak dan gas, akan terletak dalam wilayah mereka.

Hampir semua elemen masyarakat Timor Leste turun ke jalan untuk melakukan aksi protes, termasuk mahasiswa dan veteran perjuangan panjang Timor Leste untuk kemerdekaan, bahkan pegawai negeri sipil juga bergabung.
Para pengunjuk rasa berteriak “lepaskan minyak Timor” dan “negosiasi sekarang” serta menuntut kasus ini dibawa kembali ke pengadilan.

“Sebagai negara besar dan kuat di wilayah tersebut, Australia tidak harus menggunakan kekuatannya untuk terus mencuri masa depan kami dari Laut Timor,” kata Juvinal Dias, penyelenggara protes dari Gerakan Melawan Pendudukan Laut Timor.

“Australia harus datang ke meja dengan itikad baik untuk bernegosiasi dengan Timor Leste (Timor Timur).”
Banyak mantan aktivis Timor Leste dari Australia akan ikut unjuk rasa, yang direncanakan digelar pekan ini di Melbourne, Sydney, Adelaide, Jakarta, Manila, dan Kuala Lumpur, untuk menandai peringatan Australia menarik pengakuannya atas batas maritim sesuai dengan hukum internasional.

Perdana Menteri Timor Leste Rui Araujo menulis kepada Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull awal tahun ini guna meminta mereka membicarakan batas laut permanen di Laut Timor.

Turnbull menanggapinya dengan menawarkan pembicaraan bilateral, tapi menolak permintaan mengadakan diskusi khusus tentang isu batas maritim.

Protes Ekspansi Australia

Seperti dilansir Tempo.co, ribuan orang di Dili, ibu kota Timor Leste, turun ke jalan melakukan unjuk rasa pada 22-23 Maret 2016 menuntut perundingan ulang antara Timor Leste dan Australia terkait dengan batas Laut Timor dan pengelolaan bersama sumber daya alam di laut.

Unjuk rasa ribuan warga Timor Leste, antara lain pegawai negeri sipil, membuat pemerintahan di negara tersebut lumpuh total. Unjuk rasa besar-besaran yang dilakukan warga Timor Leste digelar di depan kantor Kedutaan Besar Australia di Dili. Massa menuntut dilakukan perundingan ulang terkait dengan pengelolaan dan batas laut dengan Australia yang dinilai sangat merugikan Timor Leste.

Intinya, para demonstran menuntut adanya perundingan ulang terkait dengan batas wilayah kelautan (Laut Timor) dengan pihak Australia. “Gerakan massa ini kami lakukan sebagai bagian untuk mendukung upaya diplomasi yang saat ini tengah dilakukan pemerintah Timor Leste yang diwakili Xanana Gusmão,” ujar Pelaksana Harian ACBN Nuno Corvelo Lolaran melalui rilis yang diterima Tempo, Rabu, 23 Maret 2016.

Xanana, menurut Nuno, sedang berkunjung ke Afganistan untuk mengikuti Konferensi Negara-Negara Miskin. Garis batas wilayah kelautan Australia di Laut Timor dinilai pendemo terlalu masuk area kelautan Timor Leste atau tidak sesuai dengan hukum internasional terkait dengan batas laut territorial. Artinya, Australia telah mengekspansi atau mengokupasi wilayah kelautan Timor Leste.

Sebagaimana diketahui, Perjanjian Laut Timor antara Timur Leste dan Australia ditandatangani pada 20 Mei 2002 (hari restorasi kemerdekaan Timor Leste). Inti perjanjian itu adalah menyepakati eksplorasi minyak bumi secara bersama di Laut Timor oleh kedua negara.

Wakil penandatangan pada saat itu adalah John Howard (Australia) dan Mari Alkatiri (Timor Leste). Perjanjian ini mulai diberlakukan pada 2 April 2003 setelah adanya pertukaran nota diplomatik, terhitung sejak 20 Mei 2002.
Perjanjian Laut Timor memiliki masa berlaku 30 tahun sejak tanggal penandatanganan dengan ketentuan perbatasan dasar laut kedua negara memiliki ketetapan yang jelas. Namun, dalam Perjanjian Maritim Laut Timor pada 2007, masa berlaku perjanjian ini diperpanjang hingga 2057.

Perjanjian tersebut belum terkait dengan perjanjian teritorial wilayah kelautan kedua negara. Perjanjian ini disahkan untuk menggantikan Perjanjian Celah Timor yang ditandatangani Australia dan Indonesia pada 11 Desember 1989. Perjanjian tersebut tidak lagi berlaku setelah Timor Leste merdeka dari Indonesia.
Meskipun sedikit berbeda, Perjanjian Laut Timor menempatkan Timor Leste pada posisi yang sama dengan Indonesia dalam Perjanjian Celah Timor.

TNI Waspada di Perbatasan

Mengantisipasi gejolak di Timor Leste, Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyiagakan dua batalion untuk mengamankan wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste. “Ada gejolak atau tidak kami tetap siaga untuk mengamankan wilayah perbatasan kedua negara,” kata Humas Korem 161 Wira Sakti Kupang Kapten Ida Bagus Diana, Rabu, 23 Maret 2016.

Pengamanan di perbatasan, menurut dia, dilakukan sesuai standar operasional prosedur (SOP). Ada dua batalion yang siaga di perbatasan, untuk sektor barat dijaga Armed 11 Kostrad, dan sektor Timur Yonif 725 Woroagi. “Pada prinsipnya sesuai dengan SOP, dan tingkatkan kewaspadaan,” katanya.

Dua batalion ini, katanya, berjaga di empat kabupaten yang berbatasan dengan Timor Leste, yakni Belu, Malaka, Timor Tengah Utara, dan Kabupaten Kupang.

Dia mengaku tidak tahu dengan unjuk rasa yang terjadi di Kota Dili, karena TNI tetap siaga menjaga wilayah perbatasan kedua negara. “Kami hanya monitor perkembangan di negara tetangga,” katanya. (tempo.co/abc/smh/jdz)

Foto : Demo besar-besaran warga Timor Leste di Dili memprotes Australia.