Jejak Kosakata Lamalera Menuju Kamus Nasional, Merawat Tradisi Leluhur

oleh -835 Dilihat

Kepala Balai Bahasa NTT dan penutur asli bahasa Lamalera saat Lokakakarya.

Selasa 22 Juli 2025. Di ruang Perpustakaan Balai Bahasa NTT, tim peneliti dan penutur asli membedah dan memverifikasi kosakata bahasa Lamalera. Sebuah jejak bermartabat untuk masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Upaya nyata merawat tradisi leluhur.

BALAI Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur, sebagai perpanjangan tangan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, terus berkomitmen dalam pelestarian dan pengembangan bahasa daerah. Salah satu inisiatif penting yang dilakukan adalah pendokumentasian kosakata bahasa Lamaholot dialek Lamalera. Sebuah dialek yang dituturkan di Desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata.

Ibu Haniva sedang memberi penjelasan.

“Pendokumentasian ini bertujuan untuk memperkuat eksistensi bahasa Lamaholot dalam ranah kebahasaan nasional melalui pengajuan kosakatanya ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),” kata koordinator tim Kamus dari Balai Bahasa NTT, Haniva Yunita Leo, yang melakukan pendataan kosakata di Lamalera pada awal Mei 2025.

Niva — sapaan akrabnya –, bersama rekannya Linawati berada di kampung nelayan itu selama 4 hari. Mereka juga didampingi dua rekan lainnya; Zuddi Ichwan Priyana dan Aris Edo Riyandika.

Empat hari mereka melakukan
pengumpulan kosakata dengan metode observasi langsung dan wawancara mendalam bersama para penutur asli di Lamalera. Terutama dengan tokoh adat dan masyarakat setempat untuk mengidentifikasi dan mendata kosakata aktif yang masih digunakan dalam komunikasi sehari-hari.

Fokus utama dalam tahap ini adalah kosakata asli yang belum terserap dalam KBBI, terutama yang memiliki nilai kultural, ekologis, dan sosial khas Lamalera. Misalnya, istilah yang berkaitan dengan tradisi perburuan paus, sistem kekerabatan, dan nama-nama peralatan tradisional.

Diskusi serius kosakata Lamalera.

Setelah data terkumpul, tim melakukan penyuntingan untuk menyusun kosakata secara sistematis. Artinya, kosakata itu dikelompokkan berdasarkan kelas kata (nomina, verba, adjektiva, dsb) dan diberikan padanan makna dalam bahasa Indonesia. Selain itu, dicantumkan pula contoh penggunaan dalam kalimat serta konteks budaya yang relevan agar makna kosakata lebih mudah dipahami oleh pembaca lintas daerah. Dalam proses ini, tim juga mencatat fonetik lokal jika terjadi perbedaan bunyi dengan ejaan baku bahasa Indonesia.

Kosakata yang telah disunting itu kemudian diverifikasi oleh peneliti lokal dan komunitas penutur asli dialek Lamalera. Karena itu, digelarlah Forum Lokakarya Kosakata Bahasa Lamalera, untuk memastikan bahwa setiap entri benar-benar representatif, akurat secara semantik, dan masih digunakan dalam tuturan aktif. Validasi ini penting untuk menghindari kesalahan tafsir atau penyajian kosakata yang sudah tidak relevan.

Tidak Bertentangan

Dalam arahannya saat lokakarya kosakata bahasa Lamalera bersama penutur asli dari Ikatan Keluarga Besar Lamalera (IKABELA) Kupang, Selasa (22/7), Kepala Balai Bahasa Perwakilan (BBP) NTT Kemendikdasmen Ralph Hery Budhiono, mengatakan, kegiatan ini bertujuan menyunting daftar kosakata budaya Bahasa Lamalera yang telah dikumpulkan pada bulan Mei lalu.

Narasumber utama adalah Pater Dile Bataone, SVD, yang juga penulis buku “Kamus Istilah Bahasa Lamalera, Inggris (Lamalera-English Term Dictionary)”. Sementara perwakilan IKABELA Kupang, Yos Diaz Beraone (Ketua) dan sesepuh Paulus Demon Bedione, juga warga Lamalera diaspora Kupang, Ignas Sinu Bataone, Pice Bataone dan Yos Boli Bataone.

Budhiono meminta bantuan para peserta sebagai penutur asli bahasa Lamalera untuk membantu proses verifikasi pada data kosakata yang peneliti kumpulkan agar valid dan andal. Supaya nanti ketika diusulkan ke dalam KBBI sudah memenuhi syarat.

“Ini penting agar pemahaman Tim BBP NTT dapat ketika pengumpulan data lapangan tidak bertentangan dengan pemahaman dari penutur bahasa daerah itu sendiri. Sebab hal terbesar yang kami hindari, jangan sampai nanti sudah diterbitkan, sudah kita usulkan, tetapi ada kekurangan, tidak sinkron antara pemahaman peneliti dan penutur asli,” katanya.

Karena itu, pihaknya mengharapkan sumbangan ilmu dan wawasan dari para peserta lokakarya dalam proses menyunting dan memverifikasi sekitar 250-an kosakata tersebut.

***

Tiga hari tim Kamus Balai Bahasa NTT bersama penutur asli di Kupang, amat intensif membedah dan memverifikasi setiap kosakata yang dikumpulkan. Ada sekitar 257 kosakata. “Ini bagian dari warisan leluhur jadi harus kita serius bedah sehingga kosakata Lamalera bisa masuk dalam KBBI. Kita harus bersyukur karena Balai Bahasa NTT mau mendokumentasikan kosakata kita untuk di-entri ke KBBI;” kata Pater Piter Dile, Master Sosiologi Pastoral jebolan Asian Social Institute di Philipina.

Pengajuan ke KBBI

Setelah tahap verifikasi tersebut, kosakata yang telah disusun diserahkan kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa melalui sistem pengusulan kata dalam jaringan (daring) untuk dimasukkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Setiap kosakata disertai deskripsi makna, kelas kata, contoh kalimat, serta latar belakang sosiolinguistik. Pengajuan ini bertujuan agar kekayaan bahasa daerah, khususnya Lamaholot dialek Lamalera, mendapat pengakuan dan tempat dalam khazanah bahasa Indonesia.

Nah, upaya ini merupakan bagian dari gerakan revitalisasi dan pemertahanan bahasa daerah yang dilakukan secara strategis dan terencana. Melalui pendokumentasian kosakata Lamaholot dialek Lamalera dan pengajuannya ke KBBI, Balai Bahasa NTT berperan aktif dalam menjaga keberagaman bahasa sebagai aset budaya bangsa. Semoga langkah ini menjadi inspirasi bagi pelestarian bahasa daerah lainnya di seluruh Indonesia.

Untuk diketahui, sepanjang 2024, BBP NTT telah menghasilkan dua produk kamus bahasa daerah yaitu, Bahasa Bunak dan Bahasa Rote khusus istilah maritim. Sementara pada 2025, BBP NTT juga akan menyusun kamus kosakata Bahasa Kodi, Sumba Barat Daya. (jdz)