PON XX Angkat Harkat dan Martabat Rakyat Papua

by -246 views

Persiapan Pembukan PON XX Papua 2021

HARI ini, Sabtu 2 Oktober 2021. Presiden Joko Widodo membuka Pekan Olahraga Nasional (PON) di Papua. Papua sebagai tuan rumah pesta olahraga yang berlangsung hingga 15 Oktober itu mempunyai makna yang sangat strategis.

Maknanya ialah negara percaya, sangat percaya, bahwa masyarakat Papua mampu menyelenggarakan pesta olahraga yang berlangsung hingga 15 Oktober itu. PON dikembalikan kepada spirit awal digelar pada 1948, yaitu sebagai sarana menyatukan rakyat.

Kepercayaan negara itu sekaligus membuktikan adanya pendekatan baru membangun Papua. Membangun lewat pendekatan keolahragaan dan kesejahteraan, bukan semata-mata keamanan. Sudah terlalu lama Papua mendapatkan stigma negatif. Papua selalu diidentikkan dengan keterbelakangan, kemiskinan, dan kebodohan.

Stigma itulah yang kini dibongkar habis-habisan. PON hendaknya dipandang sebagai kehadiran nyata negara untuk mendorong Papua meraih prestasi di bidang olahraga sekaligus mengungkit pembangunan guna mencapai kesejahteraan.

Karena itulah, kunjungan Presiden Jokowi ke Papua di samping membuka PON juga meresmikan sejumlah proyek infrastruktur. Pembangunan infrastruktur membuka keterisolasian wilayah bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Papua masih yang tertinggi di Indonesia per Maret 2021, yaitu 26,86%. Padahal, nasional sebesar 10,14%.

Jauh lebih penting lagi ialah melalui PON, negara merealisasikan janjinya untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat Papua. Janji itu tertuang dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua atas UU 21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.

Disebutkan bahwa revisi UU Otsus Papua dalam rangka melindungi dan menjunjung harkat martabat, memberi afirmasi, dan melindungi hak dasar orang asli Papua, baik dalam bidang ekonomi, politik, maupun sosial-budaya, perlu diberi kepastian hukum.

Hari-hari ini banyak orang berada di Papua. Ada sekitar 6.496 atlet dan sekitar 3.300 ofisial. Mereka diharapkan untuk tetap menghormati adat-istiadat orang Papua. Event ini harus menjadi pembuktian bahwa bangsa ini tetap bersatu.

Jangan sampai hajatan ini dinodai tindakan-tindakan yang jauh dari nilai sportivitas, apalagi sampai membelah persatuan dan kesatuan. Berkompetisilah secara fair dalam semangat kebersamaan.

Hal terpenting harus diingat, PON bukan semata ajang untuk meraih sebanyak-banyaknya medali, melainkan sebagai sarana mencari atlet-atlet unggul yang kelak dapat mewakili dan mengharumkan nama bangsa di event internasional, seperti SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade.

Berbagai pembangunan sarana dan prasarana untuk menunjang pesta olahraga empat tahunan ini, harus pula menjadi kebanggaan masyarakat sehingga mereka merasa memikliki dan termotivasi untuk merawatnya. Harus ada rasa memiliki terhadap sejumlah venue yang telah dibangun. Perasaan itu harus tumbuh sebagai kesadaran sendiri dari masyarakat, bukan karena disuruh.

Begitu pun dengan antusiasme warga untuk mendatangi stadion. Kehadiran mereka harus didasari karena merasa bagian dari pesta ini, bukan lantaran dimobilisasi. Penyelengaraan PON jangan dianggap pestanya para atlet atau mereka yang berkecimpung di dunia olahraga. Ini ialah pesta rakyat Papua.

Sukses penyelenggaraan PON Papua bisa diukur dari partisipasi rakyat setempat, bebas dari gangguan keamanan, dan tidak menjadi klaster baru penyebaran covid-19. Ukuran paling penting ialah PON mampu mengangkat harkat rakyat Papua.

Berat memang, tapi itu semua bisa dilalui jika perhelatan ini dianggap sebagai milik bersama. Torang (kita orang) bisa. (e-mi/jdz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *