Harmonisnya Pasukan dan Warga di Perbatasan Napan

by -136 views

Napan, mediantt.com — Lepasnya Provinsi Timor Timur dari Indonesia pada 1999 membuat warga di sana terbelah. Ada yang tetap menjadi WNI, ada juga yang memilih hijrah ke Timor Leste. Di Perbatasan Napan-Distrik Oeccusse, kekerabatan warga warga kedua wilayah amat akur dan harmonis. Pasukan penjaga pun solid. Selasa (11/8/2015), mediantt.com bersama sergapntt.com dan kotanane.com, bertandang ke Pos Perbatasan Napan, di Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, TTU.

‘NKRI Harga Mati. Tiga kata itu tertulis mencolok di dinding tembok. Sekitar 20 meter di depan bangunan bercat loreng itu, terdapat gerbang besar dengan papan bertulisan Republika Demokratica Timor Leste. Itulah gerbang batas Indonesia dengan Timor Leste. Nah, di depan gerbang itu terdapat batas netral antardua negara. “Tidak akan ada yang berani menggeser batas netral ini,” kata anggota Satgas Pamtas RI-RDTL Yonif 744/SYB 2015 di Napan, Fernando Soares, kepada mediantt.com di Napan, Selasa (11/8/2015).

Menurutnya, karena ada kesamaan budaya dan adat istiadat, maka hubungan warga di RDTL dan RI khususnya Oekusi dan Napan, TTU, terjalin baik. “Mereka saling berkunjung hanya dengan menggunakan Pas Lintas Batas berwarna merah,” kata Fernando Soares, putra Baucau ini.

Menurut Soares, warga yang keluar masuk wilayah RDTL harus memiliki pas lintas batas atau (border crossing movement), yang dikeluarkan imiigrasi dan mendapat pengesahan dari TNI dan Polri yang juga ada di Perbatasan Napan. “Warga bisa keluar masuk dengan pas lintas batas ini. Tidak ada larangan, yang penting warga melengkapi dokumen yang diminta untuk pembuatan pas lintas batas,” kata Soares, dan menambahkan, setiap sabtu di wilayah perbatasan itu selalu ramai karena banyak warga dari kedua negara saling mengunjungi.

Menariknya, menurut dia, setiap bulan warga Timor Leste dari Distrik Oecusse dan warga Napan, TTU, bertemu di pasar perbatasan. “Sekarang sudah ada pasar bersama yang digelar setiap akhir bulan atau minggu keempat. Para pedagang dan penjual dari kedua negara bertemu dan bertransaksi di titik batas, sekalian saling kangen-kangenan,” tegasnya.

Karena rasa kekeluargaan yang erat pula, setiap ada kegiatan adat dua pihak saling memberi tahu. Lebih-lebih jika ada kabar duka. Bahkan ada yang nekat menerobos batas negara, atau ada yang nekat lewat jalan tikus.

Suasana di pos jaga begitu cair. Apalagi, suasana di Napan pun begitu sejuk. Setelah meminta ijin untuk masuk ke wilayah RDTL, Fernando Soares mengantar mediantt.com, sergapntt.com dan kotanane.com untuk masuk dan bertemu petugas jaga batas RDTL. “Selamat pagi,” sapa Xavier, petugas jaga RDTL. Ia hanya mengatakan, “Obrigado barak (terima kasih banyak) karena wartawan Indonesia bisa mengunjungi pos kami,” kata petugas Pos RDTL, Paulino Xavier, yang dijumpai di pos jaganya, di Oesilo, Oecusse.

“Kami harus saling menjaga. Hubungan kami (antara petugas Indonesia dan Timor Leste, Red) berjalan harmonis,” kata Xavier, , dengan bahasa Indonesia yang sudah tidak fasi lagi.

“Hubungan antara petugas di pos penjagaan Indonesia dan Timor Leste cukup harmonis. Dua pihak bahkan kerap saling mengunjungi,” tambah Soares.

Selain petugas keamanan, warga di sana penuh nuansa kekeluargaan. Kondisi itu tecermin di Desa Napan. “Hampir semua warga di sini masih memiliki satu nenek moyang. Budaya juga sama,” kata Soares,

Data yang diperoleh, di antara 1.036 jiwa warga Desa Napan, 507 warga adalah eks penduduk Timor Timur yang bergabung dengan WNI. Sebagian besar warga Desa Napan memiliki kerabat di Timor Leste. Yang menarik, sebagian besar di antara mereka tak memiliki paspor, sehingga keluar masuk menggunakan pas lintas batas.

Warga Napan pun sudah terbiasa memasuki wilayah Timor Leste. Salah satu faktornya adalah hewan ternak. Ternak milik warga Desa Napan kerap “jalan-jalan” hingga masuk wilayah Timor Leste. “Jika sudah sore, baru kami cari. Pasti nyarinya ke Tilos (Timor Leste, Red),” tutur Yohanes, seorang warga Napan, dan menambahkan, “Sejauh ini tidak pernah ada masalah terkait hubungan warga dua negara. Yang menjadi masalah adalah penyelundupan bahan bakar minyak (BBM) dan sembako”.

Petugas Satgas Pamtas lainnya, Sukirman dari kesatuan Polisi Militer, menuturkan, situasi di perbatasan Napan kondusif, dan relatif aman, karena warga Napan, TTU, dan warga Distrik Oekusi (RDTL) punya kesamaan budaya dan adat, maka tidak ada persoalan yang menonjol. “Semua bersaudara jadi sejauh ini tidak ada masalah,” tutur Sukirman dari Mataram ini,

Ia menambahkan, pasukan yang ditugaskan di Pos Satgas Pamtas RI-RDTL, Napan, selalu dirotasi setiap sembilan bulan. Tapi, pasukan selalu enjoy dan fokus dengan tugas pokoknya menjaga kedaulatan NKRI di Perbatasan Napan. Soal kesejahteraan pasukan pun diakui sudah membaik, sehingga anggota yang bertugas pun merasa betah dan selalu siaga menjaga kedaulatan bangsa. “Kami berharap janji Pak Presiden untuk membenahi semua asek di pos-pos perbatasan, termasuk Napan, bisa secepatnya direalisasikan, sehingga wajah Indonesia di perbatasan makin baik dan disegani,” harap Sukirman. (jdz)

Ket Foto : HARMONIS — Anggota Satgas Pamtas RI-RDTL Yonif 744/SYB 2015, Fernando Soares, foto bersama anggota pasukan RDTL,  Paulino Xavier, di Oesilo, Distrik Oecuse, Selasa (11/8/2015).

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *