Jakarta, mediantt.com — Industri otomotif Indonesia tengah menggarap pekerjaan besar. Yaitu bekerja keras menyalip Thailand dalam produksi serta ekspor kendaraan roda empat dan memperkuat daya saing industri otomotif nasional agar tidak tergerus produk impor.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengungkapkan kedua hal itu sekaligus memenangi persaingan menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akhir 2015 ini. “Indonesia telah mampu menjadi negara produsen otomotif kedua terbesar di ASEAN setelah Thailand. Kita harus bisa menyalip karena industri kita mampu serta pasar ekspor dan domestik yang besar,” kata Menperin Saleh Husin pada Focus Group Discussion (FGD) dan Eksibisi Komponen Otomotif yang terselenggara atas kerjasama Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM) dan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), di Jakarta, Senin (6/7/2015).
Thailand saat ini sudah mampu memproduksi sekitar 2,5 juta kendaraan per tahun dan 50 persennya diekspor. Sedangkan Indonesia mengekor dengan kemampuan produksi 1,2 juta unit/tahun dan masih berorientasi pasar domestik. Potensi pasar domestik ditopang populasi kelas menengah.
Menurut data AC Nielsen pada tahun 2013, tingkat pertumbuhan jumlah penduduk dengan kategori Middle Class di ASEAN tahun 2012-2020 sebesar 110,5%, sedangkan Indonesia mencapai 174%, tertinggi diantara seluruh negara ASEAN. “Hal ini mengindikasikan permintaan kendaraan bermotor dalam negeri akan semakin meningkat, sekaligus memantapkan optimisme kita bisa mengubah paradigma menjadi pengekspor dan jadi salah satu basis produk otomotif di ASEAN dan dunia,” ujarnya.
Iajuga mengatakan, program pengembangan industri otomotif ke depan harus diarahkan dan dilakukan dalam kerangka, pertama, mengimbangi kompetisi dan impor kendaraan khususnya dari ASEAN. Kedua, mendorong investasi, dan ketiga, mendorong kemandirian Indonesia di bidang teknologi otomotif melalui penguasaan teknologi dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia. Keempat, pengembangan dan pengamanan pasar dalam negeri sebagai basis untuk mengembangkan industri otomotif yang mandiri dan berdaya saing global.
Industri Prioritas
Kemenperin mengakui, selain menyediakan sarana angkutan orang maupun barang, industri otomotif juga berperan memberikan lapangan kerja bagi jutaan tenaga kerja. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, tenaga kerja yang terserap di sektor ini telah mencapai sekitar 1,3 juta orang, yang terserap pada industri perakitan hingga industri komponen dan aktifitas ekonomi ikutan lainnya, seperti perbengkelan dan jaringan purna jual. Hal inilah yang mendasari sehingga industri otomotif dijadikan sebagai salah satu industri prioritas dalam kebijakan industri nasional. Industri otomotif juga termasuk dalam kelompok industri unggulan masa depan.
“Pembangunan industri otomotif ke depan harus diarahkan pada peningkatan daya saing secara fundamental dan berkelanjutan dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara sinergis dan optimal,” katanya. (laurens leba tukan)