DPRD Segera Rapat Kerja dengan RSUD Lewoleba dan Dinkes

by -148 views

Lewoleba, mediantt.com – Berita heboh dan menggemparkan soal kematian Ny Emiliana Lince, warga Lerahinga, Kecamatan Lebatukan, Lembata, akhirnya mendapat reaksi positif dari Komisi III DPRD Lembata. Setelah ada pengakuan soal kelalaian pihak RSUD terhadap kematian Ny Emiliana, yang diungkapkan secara lugas setelah ada inspeksi mendadak dari Wakil Bupati Lembata, Viktor Mado Watun, SH, Komisi III segera menggelar rapat kerja dengan manajemen RSUD Lewoleba dan Dinas Kesehatan Lembata.

“Saya akan sampaikan ke teman-teman di Komisi III agar kami segera melakukan rapat kerja bersama pihak RSUD Lewoleba dan Dinas Kesehatan untuk mencari solusi cerdas dan cepat,” kata Sekretaris Komisi III DPRD Lembata, Antonius Leumaran kepada mediantt.com di Lewoleba, Sabtu (11/4/2015).

Ia juga membenarkan adanya komunikasi yang terputus di RSUD Lewoleba, padahal rumah sakit itu menjadi tempat terakhir bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai hingga akhirnya bisa sembuh. “Kebanyakan masyarakat (pasien) yang datang berobat ke RSUD Lewoleba berasal dari desa-desa, yang artinya sepanjang mereka sakit, riwayat dan pelayanan yang diperoleh di tingkat pustu atau puskesmas dengan tenaga bidan dan medis yang terbatas, tapi mereka dikomando langsung oleh Dinas Kesehatan Lembata,” katanya. Karena itu, seharusnye pihak RSUD memberikan pelayanan yang baik, bukannya malah membiarkan pasien lalu akhirnya ada yang harus meninggal, seperti yang dialami Ibu Emiliana Lince, warga Lerahinga itu.

Menurutnya, kalau komunikasi itu bisa cair dan dibuka, maka kita bisa mendapat penjelasan lebih detail tentang kendala-kendala yang mereka hadapi sebelum ke RSUD. “Di sini saya melihat ada miss komunikasi antara Dinas Kesehatan dan RSUD Lewoleba,” katanya.

Ia juga mengingatkan, gejala lain yang mengkhawatirkan adalah bahwa da persaingan tidak sehat antar dokter di RSUD Lewoleba. “Saya melihat para dokter ini sering mengejar nama besar, itu tidak apa-apa, asal jangan korbankan pasien yang datang berobat. Kalau situasi seperti ini tidak segera diatasi, maka malaikat sekalipun yang menjadi direktur RSUD LEwoleba, pasien tetap tak tertolong lalu akhirnya meninggal,” khawatir dia.

Karena itu, menurut dia, harus ada keterbukaan dan saling menghormati agar bisa saling mengakui kelebihan dan kekurangan sesama para medis. “Saya dengar misalnya dr Bernard selaku Direktur RSUD Lewoleba ketika memanggil kepala ruangan bersalin tidak diindahkan. Sikap bawahan macam apa seperti ini? Untuk itu, Komisi III akan segera mengagendakan untuk melakukan rapat kerja dengan pihak RSUD dan Dinas Kesehatan Lembata untuk mencari solusi yang tepat,” tegasnya.

Ia menambahkan, RSUD Lewoleba juga masih buruk dalam perencanaan program, karena masing-masing bagian atau unit jalan dengan gayanya masing-masing. “Dan pak Prama sebagai perencana harus segera dicopot dari posisinya,” ujarnya.

Tokoh muda di Lewoleba, Wilhelmus Kedang berharap agar pihak RSUD Lewoleba berbenah serius dan meninggalkan ego dan fokus memberikan pelayanan medis yang optimal kepada pasien yang datang berobat. “Kami berharap pihak-pihak yang berkompeten segera mengambil langkah menyelamatkan RSUD Lewoleba dari kehancuran sistem pelayanan yang lebih parah,” katanya. (steni)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *