Bungkam Kritik 01, Melki Sebut Koalisi Besar Itu Anugerah, Ansi Bikin Gaduh Saja!

by -11 Views

KUPANG, mediantt.com – Debat perdana Cagub-cawagub NTT 2024 berlangsung seru dan sengit. Ada kritik, ada juga sanjungan. Yqng menarik, Cagub NTT Nomor Urut 2, Melki Laka Lena, membungkam Ansi Lema-Jane Natalia (paslon 01) karena mengkritik koalisi besar yang mendukung paslon Melki-Johni.

Seperti disakaikan pada debat perdana Rabu (23/10) malam, tiga pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur memaparkan gagasan dan saling beradu argumen dalam membahas isu-isu strategis pembangunan daerah.

Paslon nomor urut 01 Ansi Lema-Jeny Natalia, paslon nomor urut 02 Emanuel Melki Laka Lena-Johni Asadoma, dan paslon nomor urut 03 Simon Petrus Kamlasi-Andre Garu, semua tampak antusias dalam menyampaikan visi misi mereka untuk masa depan NTT.

Salah satu momen yang memicu perdebatan hangat adalah ketika Paslon Ansi Lema dan Jane Natalia, mengkritik koalisi besar yang mendukung paslon nomor 02, Melki Laka Lena-Johni Asadoma.

Dalam sesi tanya jawab, Jane Natalia mempertanyakan bagaimana pasangan Melki-Johni bisa menjamin pemerintahan mereka bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), mengingat dukungan politik yang sangat besar bisa menciptakan berbagai kepentingan politik.

Menanggapi kritik tersebut, Melki Laka Lena dengan tegas membantah bahwa koalisi besar menjadi masalah. Menurutnya, koalisi besar justru merupakan sebuah anugerah yang akan memperkuat kemampuan mereka dalam membangun NTT secara bersama-sama, sesuai dengan filosofi gotong royong yang diajarkan oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno.

“Kami bersyukur memiliki koalisi besar, karena Bung Karno selalu mengajarkan kita tentang pentingnya gotong royong. Mengurus bangsa ini, termasuk NTT, harus dilakukan bersama-sama,” tegas Melki.

Dia menambahkan, koalisi besar justru memberikan keuntungan karena banyak pihak yang siap membantu.

Melki juga mengungkapkan bahwa mereka telah bertemu dengan sejumlah menteri saat diundang ke Istana Negara, di mana mereka menyatakan dukungan penuh untuk pembangunan di NTT.

“Koalisi besar ini bukan masalah, malah menjadi kekuatan untuk NTT. Kami punya dukungan penuh dari Pak Prabowo, Gibran, dan para menteri. Mereka siap mendukung pembangunan di NTT, terutama di tengah kondisi fiskal yang sulit seperti sekarang,” tandas Melki Laka Lena.

Dia juga menegaskan lagi komitmen untuk memberantas KKN tetap menjadi prioritas pemerintahan mereka.

“Jika ada persoalan hukum, aturan harus ditegakkan dengan tegas, sesuai dengan aturan yang berlaku,” tambahnya.

Debat ini berlangsung dengan suasana hangat namun tetap penuh ketegangan, mencerminkan dinamika politik yang semakin meningkat menjelang pemilihan gubernur.

Ketiga paslon berusaha memikat hati masyarakat NTT dengan menawarkan solusi atas tantangan yang dihadapi provinsi ini.

Debat ini menjadi salah satu ajang penting bagi warga NTT untuk menilai kapasitas dan visi para calon pemimpin mereka.

Dengan janji-janji besar yang disampaikan, masyarakat kini menunggu realisasi dari gagasan-gagasan yang dibahas di panggung debat.

Bikin Gaduh Masyarakat NTT

Debat perdana Cagub dan Cawagub NTT itu juga diwarnai perang dingin antara Ansy Lema dan Melki Laka Lena, soal peran strategis pemerintah pusat.

Ansy mengklaim, siapapun menjadi Gubernur NTT pasti didukung oleh pemerintah pusat termasuk Presiden dan Wapres RI, tanpa harus mengandalkan dukungan dari banyak partai politik koalisi.

Hal ini disayangkan oleh Cagub NTT Melki Laka Lena. Dalam sesi konferensi Pers bersama awak media, Melki Laka Lena menilai, Ansy Lema sebagai eks anggota DPR RI harusnya lebih tahu soal dukungan strategis pemerintah pusat, dan harus turut terlibat untuk mengedukasi masyarakat NTT.

Menurut dia, kedekatan dengan pemerintah pusat harusnya menjadi anugerah bagi NTT. Karena Provinsi NTT akan mendapatkan kue pembangunan yang lebih banyak dari biasanya.

“Kedekatan dengan Presiden itu adalah anugerah untuk NTT. Saya sedih karena Ansy omong seperti itu. Harusnya Ansy mengedukasi publik dan menjelaskan bahwa kedekatan dengan Presiden itu penting dan itu adalah bagian dari anugerah untuk NTT,” kata Melki Laka Lena.

Melki mengambil contoh pembangunan di NTT pada zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Jokowi berbeda jauh. Di mana, di zaman Jokowi jadi Presiden dan Frans Lebu Raya menjadi Guberur, NTT mendapat lebih banyak kue-kue pembangunan, seperti pembangunan pariwisata dan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, dan bendungan.

“Itu karena Pak Frans dekat dengan Pak Jokowi dan menteri di Jakarta. Begitu juga pada era Pak Viktor Laiskodat menjadi Gubernur. Pak Jokowi datang dan membawa banyak program pembangunan untuk NTT karena kedekatan dengan pemerintah pusat,” tegasnya.

Melki kembali menyatakan kesedihannya terhadap politisi PDIP itu, karena seolah-olah tidak paham tentang pengaruh pemerintah pusat.

“Sekali lagi saya agak sedih saja, karena itu disampaikan oleh orang yang sangat paham bagaimana manfaatnya kita dekat dengan Presiden RI yang hari ini adalah Pak Prabowo Subianto. Ini harus disyukuri sebagai rahmat untuk NTT. Kesedihan saya hanya itu. Yang mengerti ini malah membuat ini menjadi noisy (gaduh) di masyarakat,” tandas Melki Laka Lena.

Sementara Ansy Lema dalam sesi yang sama mengklaim punya teman dan kedekatan dengan anggota DPR RI dari PDI Perjuangan serta jaringan di sejumlah tempat.

“PDIP hari ini memiliki 110 kursi di DPR RI. Itu berarti jejaring dari Komisi I sampai XIII. Saya kira pertemanan itu jauh lebih tinggi dari sekadar koalisi partai politik,” terangnya. (ek/ab/jdz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *