Pj Walikota dan Sekda Kota Kupang ikut peluncuran secara virtual.
KOTA KUPANG – Catholic Relief Services (CRS) menggandeng Pemerintah Kota Kupang dan Kota Tagbilaran, Provinsi Bohol, Filipina meluncurkan/melaunching Program CAPACities (Climate Action Partnership in Asian Cities) atau Kemitraan untuk Aksi Iklim pada Konteks Perkotaan di Asia.
Program ini mendukung upaya pemerintah di dua kota tersebut dalam meningkatkan ketahanan iklim melalui penguatan tata kelola dan kapasitas pemerintah kota yang inklusif.
Peluncuran berlangsung secara virtual, diikuti oleh Penjabat Wali Kota Kupang, Fahrensy P. Funay, SE, M.Si di Aula Garuda Kantor Wali Kota Kupang, Senin (4/12).
Turut hadir Wakil Direktur Caritas Australia untuk Program di Asia, Ranmal Samarawickrama, Koordinator Program Caritas Australia, Stephanie Heighes, Walikota Kota Tagbilaran, Jane Censoria Yap, Perwakilan Negara CRS Sub-wilayah Asia Timur dan Pasifik, Kristina Brayman, Pakar Pengurangan Risiko Bencana Daerah dan Adaptasi Perubahan Iklim CRS, Karimi Gitonga dan Kepala Program CRS Indonesia, Hester Smidt. Turut mendampingi Penjabat Wali Kota, Kepala Bappeda Djidja Kadiwanu, MM dan Country Manager CRS Indonesia, Yenni Suryani.
Program yang akan dilaksanakan di Kota Kupang dan Kota Tagbilaran ini bertujuan meningkatkan ketahanan iklim kota-kota pesisir di Asia, melalui peningkatan tata kelola dan ketahanan iklim pemerintah kota yang inklusif, serta menggunakan pendekatan multi-pihak untuk mencapai solusi iklim yang efektif. Kegiatan ini merupakan awal dari rangkaian inisiatif penguatan tata kelola dan kapasitas pemerintah di Kota Kupang dan Kota Tagbilaran, yang akan berlangsung selama lima tahun, dengan didukung pendanaannya oleh Caritas Australia melalui Australian NGO Cooperation Program (ANCP) Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT).
Penjabat Wali Kota Kupang, Fahrensy P. Funay, SE, M.Si dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Caritas Australia dan Catholic Relief Services (CRS) yang mendukung Kota Kupang untuk membangun ketahanan iklim. Diakuinya, perubahan iklim merupakan tantangan serius bagi kota-kota terutama yang berada di pulau kecil dan wilayah pesisir, seperti Kota Kupang.
“Perubahan iklim mengancam peningkatan kerentanan, menghancurkan keuntungan ekonomi, dan menghambat pembangunan sosial dan ekonomi,” katanya.
CRS melalui program CAPACities, bertujuan untuk mengadopsi pendekatan kolaboratif dan multipihak untuk membangun solusi efektif terhadap tantangan perubahan iklim di kota-kota pesisir. Hal ini menurutnya sangat selaras dengan visi Kota Kupang bahwa kolaborasi multi-pemangku kepentingan dapat mendorong kreasi bersama dan implementasi bersama atas solusi adaptif dan spestik konteks, yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Menurut dia, Kota Kupang sudah merasakan dampak perubahan iklim, pada April 2021 lalu dilanda badai siklon tropis seroja yang menimbulkan kerusakan hebat. Peristiwa ini menurutnya menyoroti perlunya kesiapsiagaan dan adaptasi bencana yang lebih efektif di kalangan masyarakat yang terkena dampak.
Dia berharap, CAPACities akan menjadi platform untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, praktik terbaik, dan inovasi dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah kota di Indonesia dan Filipina, sektor swasta, masyarakat sipil, dan komunitas lokal.
Dukungan atas Program CAPACities juga disampaikan Walikota Kota Tagbilaran, Jane Censoria Yap. Dia menyambut baik kolaborasi yang sangat bermanfaat ini, demi ketahanan iklim yang lebih baik dalam menghadapi perubahan iklim. Dia berharap program ini bisa mewariskan masa depan yang lebih baik bagi generasi penerus.
Sementara itu, Wakil Direktur Caritas Australia untuk Program di Asia, Ranmal Samarawickrama mengatakan sudah waktunya semua pihak bergandengan tangan mengahadapi tantangan yang secara nyata ada di depan mata saat ini.
Pakar Pengurangan Risiko Bencana Daerah dan Adaptasi Perubahan Iklim CRS, Karimi Gitonga menambahkan, melalui program ini mereka ingin mendukung pemerintah daerah dan gerakan lokal untuk mengatasi perubahan iklim, dengan menggunakan pendekatan holistik multisektor yang paling menyentuh masyarakat.
“Dengan program ini mereka mencoba membangun kolaborasi dan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan memanfaatkan semua sumber daya yang ada,” katanya. (ans/jdz)