Bicara Tidak Etis, Mahasiswa Diusir dari Ruang Sidang Komisi 2 DPRD NTT

by -709 views

KUPANG, mediantt.com – Ada sikap tidak etis dari perwakilan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Penolakkan Geothermal Poco Leok, Manggarai, ketika berbicara dalam forum dialog bersama Komisi 2 DPRD NTT, Selasa (5/12). Sebelum aspirasinya sempat disampaikan, perwakilan mahasiswa itu diusir dari ruang sidang.

Disaksikan mediantt.com, sekitar pukul 12.15 Wita, beberapa dari mereka dipersilahkan masuk dan beraudiensi dengan tiga Anggota DPRD NTT dari Fraksi PKB. Beberapa orator mengaku jika saat audiens berlangsung terjadi cek cok dan mangaku diusir dari dalam Kantor DPRD.

Rapat dipimpin oleh Yohanes Rumat, didampingi Ana Waha Kolin dan Mercy Piwung. Ketiganya dari Fraksi PKB. Dalam pernyataan awalnya, Anna Waha Kolin menyambut baik kehadiran para mahasiswa untuk menyampaikan aspirasinya.

Yohanes Rumat pun meminta perwakilan mahasiswa untuk menyampaikan progres apa yang terbaru dari agenda yang sedang diperjuangkan soal tambang. “Apa yang menjadi progres terbaru dari masalah itu sehingga adik-adik mahasiswa kembali lagi ke komisi 2?” Kata John Rumat.

Pernyataan ini langsung memantik kecaman balik dari salah seorang mahasiswa. Dengan menggunakan diksi yang tidak santun-etis. Rapat pun menjadi ricuh, anggota dewan pun marah disertai kesigapan staf sekwan dan aparat kepolisian yang mengawal demo itu. “Karena adik-adik bicara tidak pakai etika yang baik, maka rapat ini ditutup,” tegas Rumat lalu mengetuk palu sidang tiga kali.

Kepada wartawan, Yohanes Rumat membenarkan bahwa perwakilan masa aksi di usir dari dalam ruangan Komisi II.

Rumat mengatakan, pengusiran itu diakibatkan karena diksi dan kalimat yang dikeluarkan perwakilan masa aksi dinilai melanggar etika.

“Kewajiban kami menerima mereka. Memang kalau resmi mereka harus bersurat. Tapi karena mereka sudah datang dan pakai etika ketimuran kita wajib menerima mereka,” jelas Rumat.

“Saat udiens sudah dijelaskan bahwa lembaga ini harus melayani mereka,” tambahnya.

Namun, ketika perwakilan DPRD NTT hendak menanyakan progres perkembangan advokasi massa aksi, terjadi perdebatan. “Dalam dialog ada etika yang dilanggar. Karena dianggap melanggar tatib makanya mereka di usir. Kami sudah sangat santun melayani mereka dengan segala keluhan mereka. Sikap mereka yang membuat mereka diusir,” tegas Rumat, politisi dari Dapil Manggarai Raya ini.

Soal pembangunan Geothermal Poco Leok, Rumat menegaskan, DPRD NTT secara lembaga sudah jelas bahwa menolak.

“Hanya tadi kita mau apa progres dan perkembangan terbaru harus datang ke komisi II. Belum sampaikan perkembangan mereka sudah langgar ketentuan. Ini agar martabat lembaga ini tidak di buat semena-mena”.

“Kami bertanya soal demo pertama. Kami memang sepakat menolak pembangunan Geothermal. Karena ada hak ulayat yang di ganggu. Ada lingkungan yang akan rusak,” ujarnya, menambahkan.

Anggota DPRD Fraksi PKB lain, Ana Waha Kolin menyebutkan jika saat menerima perwakilan masa aksi sudah ada etika baik. “Awal kami sudah tanya saat awal tadi soal progres. Kita tanya ke mereka baik-baik. Tanya soal perkembangan dan bisa diadvokasi. Surat saja tidak ada. Sejak awal saya jelaskan ini lembaga terhormat”.

“Tapi mereka sudah omong berlebihan bilang bayar kami lah, mereka yang kasih gaji,” protes Ana. Hal yang sama juga dibenarkan Angela Mercy Piwung.

Pantauan mediantt.com, massa aksi masih menggelar orasi di depan kantor DPRD NTT. Mereka berorasi bergilir. Salah satu dari mereka berteriak mangaku diusir anggota DPRD NTT saat audiens.

Beberapa dari mereka memegang bendera Forum Mahasiswa Nasional dan LMND. (*/jdz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *