Lepas 199 Wisudawan, IAKN Kupang Terus Bertransformasi di Era Industri 4.0,

by -293 views

Prosesi Wisudawan IAKN Kupang

KUPANG – Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang terus menunjukan eksistensinya dalam peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Lembaga pendidikan di bawah naungan Kementrian Agama (Kemenag) RI ini pun terus bertransformasi di era industri 4.0.

Dari tahun ke tahun, perubahan di tubuh IAKN Kupang sangat nampak. Mulai dari fasilitas kampus, baik gedung serta sarana penunjang belajar, tenaga pendidik (dosen), hingga sistem manajemen, perlahan mulai lebih profesional. Semua mulai tertata menjadi kampus berkualitas.

Dalam Rapat Senat Terbuka Luar Biasa IAKN Kupang, Rabu (29/9), melepas 199 wisudawan; yang terdiri dari Program Doktor Angkatan ke-III, angkatan ke-VIII untuk Program Pasca Sarjana (Magister) Pendidikan Agama Kristen, angkatan XIII Program Studi Pendidikan Agama Kristen, angkatan ke-XI Program Studi Musik Gerejawi, dan angkatan ke-Vl Program Studi Pastoral Konseling.

Acara wisuda ini berlangsung secara luring dan daring dari GMIT Nazaret Oesapa Timur, Kota Kupang, dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Para Wisudawan wajib menjalani tes PCR sebelum memasuki lokasi acara.

Hadir saat itu, Wakil Menteri Agama RI, Dr. H. Zainut Tauhid Sa’adi, M.Si, Dirjen Bimas Kristen Kemenag RI, Prof. Dr. Thomas Pentury, M.Si, Asisten II Setda NTT, Ganef Wurgiyanto, A.APi, Asisten I Setda Kota Kupang, Drs. Agus Ririmase, AP. M.Si, Kabid Bimas Kristen Kanwil Agama Provinsi NTT, Drs. Yorhan S. Lopis, M.Si, Rektor IAKN Kupang, Dr. Harun Y. Natonis, para pendiri STAKN (kini IAKN) Kupang, para pejabat dan dosen, Ketua Dharma Wanita, serta Dewan Penyantun.

Wakil Menteri Agama, Dr. H. Zainut Tauhid Sa’adi menyampaikan apresiasi terhadap IAKN Kupang yang telah melepas banyak lulusannya. Dia berharap, para lulusan IAKN mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas, khususnya yang ada di Provinsi NTT.

Menurut dia, saat ini tantangan sebagai umat beragama tidak lagi ringan, namun semakin berat khususnya dalam menghadapi era industri 4.0, sebagai era disrupsi yakni kondisi faktual yang sangat dinamis yang telah dan akan mengubah wajah dunia secara radikal. Dia menyebut ada empat tantangan di era transformasi digital saat ini.

Pertama, merupakan tantangan skala global terkait bonus demografi di negeri ini yang pada 10 tahun ke depan, usia produktif akan meningkat secara signifikan. Dan pada era digital saat ini, ada tren mengejutkan yakni meningkatnya anak-anak muda yang ingin mempelajari agama, namun melalui internet dan media sosial.

“Survei menunjukan 4,37 persen siswa dan mahasiswa, atau generasi milenial lebih mengandalkan internet untuk belajar agama, yang boleh jadi sumbernya memiliki otoritas atau sebaliknya,” ujar Zainut.

Tantangan kedua, lanjut dia, adalah dihadapkan pada menguatnya isu-isu terkait agama di berbagai belahan dunia. Menurutnya, penguatan identitas kelompok keagamaan bila bercampur dengan ideologi kepentingan, maka dipastikan akan melahirkan berbagai tindakan termasuk kekerasan fisik maupun non fisik atas nama agama.

“Hal tersebut dapat kita temui dan pelajari dari adanya konflik-konflik kekerasan yang dibumbui agama yang terjadi begitu di Timur Tengah, Australia, Eropa maupun di Amerika belakangan ini,” katanya.

Yang ketiga, terang dia, tantangan di era disrupsi yakni memudarnya nilai-nilai tradisional yang selama ini dijalani, seperti penghormatan terhadap sesama atau yang berbeda sebagaimana menghormati diri sendiri. Manusia terkungkung oleh kencangnya percepatan teknologi yang menyebabkan berubahnya makna-makna dan nilai-nilai yang selama ini dianut.

Tantangan keempat, yakni adanya situasi objektif yang lebih sedikit pengaruhnya dibanding hal-hal yang mempengaruhi emosi dan kepercayaan personal dalam bentuk opini publik. Terlebih lagi, sebut dia, kecenderungan masyarakat yang menyukai judul berita yang sifatnya provokatif heboh dan seakan-akan jujur.

“Hal tersebut turut berkontribusi pada maraknya hoax/kebohongan yang terencana untuk mengecoh dan menipu orang lain, serta maraknya konten ujaran kebencian yang mengatasnamakan agama dan berpotensi menimbulkan konflik horizontal baik internal maupun eksternal antar umat beragama,” tegasnya.

“Sebagai Sarjana Agama, para lulusan IAKN harus bisa menjawab tantangan-tantangan tersebut dan harus bisa mengisi kembali nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan yang terancam, karena perkembangan teknologi dan perubahan zaman yang dirasakan saat ini,” sambung dia.

Direktur Jendral Bimas Kristen Kemenag RI, Prof. Dr. Thomas Pentury menjelaskan, dalam konteks era industri 4.0, ada empat poin yang harus direalisasikan pemerintah melalui lembaga-lembaga pendidikan. Hal ini, menurut dia, telah tertuang dalam RPJMN tahun 2020-2024.

Empat poin tersebut yakni akses perluasan dan pemerataan, kualitas yang mencakup pencapaian akademik menurut bidang keilmuan yang dikembangkan, aspek relevansi yang mencakup kesesuaian dengan kebutuhan pembangunan dalam industri dan pasar kerja, serta kapasitas untuk berkompetisi yang tercermin pada kinerja kelembagaan, perseorangan (dosen, peneliti dan lulusan).

“Empat hal ini harus diselesaikan dengan baik. Sehingga Kementerian Agama memberikan akses bagi masyarakat NTT untuk mendapatkan akses pendidikan Tinggi melalui IAKN Kupang,” bebernya.

Prof Thomas juga menekankan pada kemampuan adaptasi dari para lulusan IAKN Kupang. Menurutnya, kemampuan adaptasi dengan dunia luar jauh lebih penting dari sekadar kompetensi yang dimiliki para lulusan.

“IAKN Kupang bukan hanya mengedepankan konsep moderasi beragama, tetapi membentuk kompetensi dengan salah satu komponen yaitu kemampuan adaptif, atau kemampuan beradaptasi dengan dengan lingkungan,” tandasnya.

Sementara Asisten Perrkonomian dan Pembangunan Setda NTT, Ganef Wurgiyanto mengaku bangga karena IAKN bukan hanya berkiprah secara nasional tetapi berkiprah untuk dunia. Dia berharap melalui IAKN Kupang dapat terwujudnya perubahan karakter untuk mengubah dunia.

“Karena yang paling penting adalah pembangun manusia dimulai dari perubahan karakter, bekerja keras dan menguasai kemampuan secara teknis. Para wisudawan juga diharapkan menjadi suritauladan di masyarakat,” tandasnya.

Sementara Rektor IAKN Kupang, Dr. Harun Y. Natonis mengatakan, IAKN Kupang terus berupaya semaksimal mungkin agar dapat menghasilkan lulusan berkualitas dan memiliki kompetensi di bidang ilmunya, sehingga bisa memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

“IAKN Kupang memandang bahwa dunia pendidikan tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja atau sekedar meraih standar kompetensi. Hal lain yang lebih utama, yaitu mengubah atau membentuk karakter dan watak peserta didik agar menjadi lebih baik dan lebih santun dalam tataran etika maupun estetika dikehidupan sehari-hari,” tandas Natonis. (deby/jdz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *