Kunjungi Korban Gempa, Lebu Raya Minta Dua Desa Segera Direlokasi

by -240 views

LEWOLEBA – Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, Sabtu (14/10), mengunjungi Kamp pegungsian di halaman rumah jabatan Bupati Lembata, dan menyerahkan sejumlah sumbangan kepada Pengungsi. Ia juga meminta Kepala Desa dan Tokoh masyarakat yang bermukim di lembah yang diapiti jurang, itu menyerahkan pernyataan sikap untuk direlokasi jika benar mau direlokasi.

Kedatangan Gubernur NTT itu disambut Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday, Dandim 1624 Flotim, Letkol. Inf. Dadi Rusadi, Kapolres Lembata, AKBP Arsdo Ever P. Simatupang,S.IK, Asisten I Setda Lembata, Drs. Nico Padji Liarian, Kepala Bappelitbangda, Lembata, Drs. Said Kopong, para Pimpinan OPD, Direktur RSUD Lembata, dr. Bernard.

Gubernur Lebu Raya berbincang-bincang dengan para pengungsi. Puluhan ibu-ibu yang berbincang serta menerima sumbangan dari Gubernur sempat meneteskan air mata. Selain Pemerintah Propinsi NTT, Bulog NTT juga turut menyerahkan bantuan.

“Besok, bantuan pemerintah provinsi NTT akan tiba di Lembata. Mudah-mudahan bermanfaat untuk masyarakat,” ujar Lebu Raya.

Lebu Raya pun berbincang-bincang dengan tim dari BMKG Kupang serta BPVMBG Bandung, serta menjenguk dapur umum yang dikelola Tagana.

Noviardi, staf BPVMBG Bandung kepada Gubernur NTT dan rombongan menjelaskan hasil penelitian selama 4 kali menunjukan tingginya kerentanan di Desa Lamagute dan Desa Waimatan, terhadap gempa.

“Memang saat ini kelihatan baik-baik saja, tetapi ketika diguncang gempa, pemukiman itu terus-menerus terancam. Bisa direkomendasikan untuk relokasi. Warga juga sudah mau jika direlokasi,” ujar Noviardi, staf dari BPVMBG Bandung.

Untuk itu, Gubernur Lebu Raya meminta Pemkab Lembata mempersiapkan surat pernyataan kesediaan direlokasi oleh kepala Desa dan tokoh masyarakat dua Desa paling rawan gempa itu.

“Kalau saat ini kan orang masih trauma dengan bencana gempa sehingga mau direlokasi, tetapi kalau sudah aman masyarakat bisa berubah sikap lagi. Maka perlu pernyataan kesediaan untuk direlokasi,” ujar Leburaya.

Direlokasi

Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (BPVMBG) Bandung, segera mengeluarkan rekomendasi kepada Pemkab Lembata berkaitan hasil penelitian yang dilakukan bersama tim BMKG Kupang dua hari belakangan di lokasi terdampak gempa Lembata. Penelitian dilakukan sejak empat tahun silam itu menemukan tingginya kerentanan di Desa Lamagute dan Desa Waimatan terdampak Gempa. Kedua desa itu direkomendasikan untuk segera direlokasi.

Noviardi, staf BPVMBG Bandung kepada aksiterkini.com, Sabtu (14/10) menjelaskan, pemukiman Desa Lamagute dan Desa Waimatan, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata yang terdampak gempa segera direlokasi.

“Dua Desa itu berada di lembah. Di bagian kiri, kanan dan bagian atas kampung itu dipenuhi bebatuan berukuran besar yang mudah runtuh. Mengingat tingkat kerentanan yang tinggi, ketika diterpa gempa, pemukiman penduduk itu mudah dihantam longsor. Relokasi menjadi pilihan yang bijak. Saat ini belum memakan korban nyawa, lebih baik dicegah,” ujar Noviardi.

Menurutnya, pemukiman Desa Lamagute dan Desa Waimatan itu dapat dialihfungsikan sebagai kampung wisata, pertanian, peternakan atau budidaya garam, bukan untuk pemukiman. Rekomendasi relokasi kedua Desa itu akan segera diserahkan kepada pemkab Lembata.

Suasana Masih Lengang

Disaksikan media, Sabtu (14/10), setelah diguncang Gempa, Senin (9/10), Selasa (10/10), Rabu (11/10), Kamis (12/10), Jumad (13/10) dan Sabtu (14/10), Desa Lamawara, Desa Napasabok, Desa Lamagute dan Desa Waimatan ditinggalkan warganya.

Kepala Desa Lamawara, Moses Soge menjelaskan dari total 338 jiwa penduduk, 363 jiwa mengungsi. Hanya 25 warga yang menjaga kampung.

Suasana sunyi senyap ditemui di Desa Napasabok. Kami hanya bertemu Bapak Tunibius Hada, seorang warga yang kembali dari pengungsian untuk memberi makan ternaknya.

Hal serupa terjadi di Desa Lamagute. Jalan menuju desa itu masih tertutup material longsor berupa batu berukuran sangat besar. Di sepaanjang jalan menuju Desa tetangga, Desa Waimatan, bebatuan besar masih menutup akses jalan. Untuk melewati jalur tersebut pengendara harus ekstra hati-hati.

Di Desa Waimatan, terjadi retakan besar yang membelah jalan raya. Saya yakin, jika dihempas gempa dengan kekuatan yang sama, jalan itu akan terbelah. Sementara hanya beberapa pemuda masih menjaga kampung itu. Aktivitas wargapun masih terhenti. (*/jdz)