Ile Lewotolok Mulai ‘Batuk’, Warga Panik

by -211 views

LEWOLEBA – Empat kali gempa yang terjadi di Lembata, Nusa Tenggara Timur sejak pukul 00.54 Wita hingga pukul 06.00 Wita menimbulkan kepanikan masyarakat Lembata. Bahkan, sebagian warga di Desa Lewohala yang sedang menggelar pesta kacang telah kembali karena khawatir akan terjadi gempa susulan yang lebih besar lagi.

Petugas pemantau gunung Ile Lewotolok dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Paji Roma kepada wartawan, Selasa (10/10), menjelaskan, gempa yang terjadi merupakan gempa tektonik yang berada 23 kilometer barat laut Lembata.

Ia menjelaskan, gempa tektonik tersebut dapat memicu peningkatan magma vulkanik di kawah gunung api dan terjadi pergerakan magma. Walau ada peningkatan kegempaan, namun sejauh ini masih berada pada level waspada.

“Untuk peningkatan status menyusul kejadian kegempaan ini belum ada. Nanti akan kami kaporkan dulu perkembangan ini untuk menunggu petunjuk apakah akan ada peningkatan level,” kata Roma.

Puncak gunung Ile Lewotolok saat ini, jelas dia, dalam kondisi berkabut. Terjadi longsoran berupa batu dan gumpalan pasir dari puncak Ile Lewotolok saat gempa yang berkekuatan 4,9 skala richter Selasa pagi. Puncak Ile Lewotolok atau Ile Ape terlihat tidak beraturan, tetapi longsoran batu dan pasir tersebut tidak menjangkau perkampungan adat.

Memperhatikan peningkatan sejak pukul 00.54 Wita dengan kekuatan 4,5 Skala Richter (SR) dan kemudian menurun sedikit dengan kekuatan menjadi 4,3 SR pada pukul 02.15 Wita, kemudian mengalami peningkatan pada gempa ketiga pukul 02.24 Wita dengan kekuatan 4,6 SR. Selanjutnya pada pukul 06.15 Wita, gempa keempat kembali terjadi dan mengalami peningkatan kekuatan menjadi 4,9 SR.

Dari eskalasi kekuatan gempa yang selalu meningkat bisa diprediksi dari polanya mengalami peningkatan dengan durasi lebih lama. Sedangkan jarak titik gempa dengan kisaran 10 kilometer Barat Laut Lembata hingga 35 kilometer Barat Laut Lembata. Sementara kedalaman tetap berkutat pada kedalaman yang sama yakni 10 kilometer.

“Dari kalkulasi ini memberi warning untuk melakukan sejumlah prakondisi respons di wilayah-wilayah yang paling rentan dengan tingkat risiko yang paling tinggi,” tambah Roma.

Sekretaris Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur Hermanus Tobi Matarau ketika dikonfirmasi mengatakan, gempa yang terjadi sebanyak empat kali membuat masyarakat panik. Lokasi ritual pesta kacang yang masih sedang berlangsung pun ditinggalkan masyarakat, padahal pesta baru akan berakhir Kamis mendatang.

Gempa yang terjadi, kata dia, juga telah menyebabkan salah satu rumah adat di Lewohala dan dua rumah warga di Desa Jontona dilaporkaan rubuh. “Saya dapat kontak dari teman Sekdes Jontona bahwa ada dua rumah warga di desanya yang rubuh,” ujarnya.

Sementara warga di Desa Lamagute yang panik tak lagi tidur dan berada di dalam rumah. Semua warga keluar dan terkonsentrasi di badan jalan. Warga juga keluar dan tidur di luar rumah saat gempa pertama, kedua, dan ketiga terjadi.

“Di rumah adat orang sudah perintahkan untuk pulang karena khawatir gempa susulan yang lebih keras,” kata Matarau.

Masyarakat, lanjutnya, sempat panik tetapi diarahkan oleh BNPB Lembata sehingga mereka kembali tenang. Ia juga menyesalkan kurang tanggapnya Pemkab Lembata menyikapi kondisi yang ada. Seharusnya, kata dia, Pemkab segera mengungsikan warga yang tinggal di tebing dan dekat laut seperti Desa Lewo Wutun, Lamagute, Waimatan, dan Desa Aulesa.

Menanggapi gempa yang terjadi secara beruntun, Bupati Lembata Eliyaser Yentji Sunur langsung menginstruksikan untuk meliburkan para siswa. Para siswa yang telah masuk sekolah akhirnya dipulangkan pihak sekolah untuk mengantisipasi kejadian tak terduga berupa gempa susulan. (*/hiero/jdz)