Tour de Flores Berdampak Langsung pada Peningkatan Ekonomi Masyarakat

by -161 views

MAUMERE – Penyelenggaraan Tour de Flores (TdF) di delapan kabupaten di Pulau Flores, NTT, mulai menunjukan dampaknya seperti kunjungan wisatawan ke NTT, khususnya di Kabupaten Sikka terus meningkat, yang berdampak langsung pada peningkatan ekonomi masyarakat.

“Banyak wisatawan asing maupun nusantara yang berkunjung di Kabupaten Sikka untuk menikmati pesona alam baik wisata bahari maupun wisata religius. Sekarang wisatawan asing kalau datang ke Sikka pasti menginap di hotel yang ada di Maumere.Tidak seperti dulu kalau wisatawan asing datang dan turun di bandara Frans Seda pasti mereka langsung melakukan perjalanan ke danau Kelimutu,” jelas Bupati Sikka Drs. Yoseph Ansar Rera dalam rapat evaluasi pelaksanaan Tour de Flores 2016 di Hotel Wailiti Maumere, Selasa (19/7).

Ansar Rera mengatakan, banyak obyek wisata yang mulai dikunjugi wisatawan mancanegara dan domestik di Sikka seperti di Pulau Pangabatang dan Pantai Koka sehingga banyak hotel-hotel yang ada selalu penuh oleh para wisatawan asing maupun domestik. “Kemarin di tempat wisata-wisata yang kita miliki dijadikan tempat untuk syuting film tiga dara,” katanya.

Menurut dia, TdF  sangat membawa dampak positif langsung bagi para pelaku usaha di sektor jasa seperti penginapan, kuliner, sewa mobil dan pelaku usaha kecil ketika wisatawan asing berkunjung di Sikka. Selain itu, penumpang pesawat terbang selalu penuh. Oleh sebab itu pemerintah Sikka telah meminta ke Menteri Perhubungan untuk pesawat Garuda menyinggahi Maumere.

Selain itu juga,  Tour de Flores ini sejalan dengan program Pemprov dan Sikka yang menjadikan Pariwisata sebagai sektor unggulan, sekaligus mengangkat potensi pariwisata di Pulau Flores. “Kami berharap 8 kepala daerah yang berada di Flores mendukung sepenuhunya TdF karena sangat layak dilakukan setiap tahun untuk memajukan pariwisata dan ekonomi masyarakat NTT khusus di 8 kabupaten di daratan Flores dan kabupaten Lembata,” katanya.

Kepala Dinas Pariwisata NTT, Jelamu Ardu Marius, mengatakan evaluasi TdF sangat penting untuk persiapan tahun 2017.  “Evaluasi terhadap pelaksanaan Tour de Flores telah menimbulkan dampak besar bagi dunia Pariwisata NTT khususnya Flores. Walaupun persiapan Td F hanya enam bulan tetapi kita berhasil melaksanakannya dengan baik dan sangat menarik wisatawan. Sebagaimana kita ketahui mulai bulan Juni tahun ini hingga tahun depan kurang lebih 5.000 wisatawan dari Polandia akan datang ke Flores dan bukan hanya Flores tetapi NTT seluruhnya. Ini dampak Positifnya”, kata Jelamu.

Menurut dia, TdF telah menginspirasi Pemerintah Indonesia bahkan Menko Maritim Rizal Ramiy pada setiap rapat evaluasi, meminta Pemerintah Indonesia untuk belajar dari Tour de Flores.

Marius menambahkan, meski telah menjadi trending topik selama dua minggu di media sosial namun ada berbagai kendala yang harus diperbaiki, diantaranya soal anggaran karena penetapan anggaran belum dilakukan saat pelaksanaan TdF Mei 2016 lalu. “Meski begitu Negara memiliki mekanisme penggunaan anggaran sebelum ditetapkan dalam sidang APBD dan bisa diakomodir dalam Sidang APBD Perubahan,” ujarnya, dan menambahkan, dalam rapat evaluasi itu juga diungkapkan bahwa ada 131 juta netizen dunia yang mengikuti TdF melalui media sosial.

Evaluasi pelaksanaan TdF dihadiri langsung Gubernur NTT Frans Lebura Raya, Bupati Manggarai Timur Yosep Tote, Bupati Sikka Yoseph Ansar Rera, Wakil Bupati Sikka Poulus Nong Susar, Wakil Bupati Nagekeo, Wakil Bupati Manggarai Barat, Wakil Bupati Malaka, Anggota DPRD NTT Oswaldus, Kepala Dinas Pariwisata NTT Marius Ardu Jelamu, Kepala Dinas Pertanian NTT, Kepala Dinas Kominfo NTT, Kepala Badan Ketahanan Pangan NTT, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian NTT, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTT, Panitia TdF, Kepala Dinas Pariwisata sedaratan Flores dan Pimpinan Forkominda Kabupaten Sikka.

Gubernur Frans Lebu Raya mengatakan, ajang balap sepeda internasional Tour de Flores (TdF)  merupakan sport tourism atau kegiatan pariwisata berbasis event olahraga yang pertama kali diadakan di Flores, NTT. Pihak penyelenggara menyiapkan total hadiah Rp 1 miliar yang diperebutkan para peserta balap sepeda.

TdF 2016 tidak hanya menggelar kegiatan balap sepeda internasional, tetapi juga diramaikan dengan kegiatan-kegiatan kunjungan ke destinasi-destinasi wisata alam dan budaya. TdF 2016 sudah diawali dengan atraksi penyambutan adat di Maumere pada 16 Mei 2016, yang dilanjutkan dengan kunjungan wisata ke Flores Timur, dan diakhiri dengan jalan-jalan wisata ke Pulau Komodo, Manggarai Barat.

Sebagai event  perdana, TdF 2016 mengandung nilai historik, karena akan tercatat sebagai sejarah bahwa sebuah event balap sepeda internasional pertama telah diselenggarakan di Pulau Flores, NTT. Jadwal perpaduan kegiatan olahraga dan pariwisata tersebut mengikuti perubahan yang tercantum secara resmi pada UCI Road Calendar Asia Tour.

Sebagai ajang internasional TdF berjalan sukses. Ini tidak terlepas dari peran dan dukungan Pemprov NTT, delapan kabupaten di daratan Flores serta kerja keras putra NTT yang tergabung dalam  panitia pelaksana TdF dari Yayasan Alumni Seminari St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko (Alsemat).

“Saya menyampaikan terima kasih atas kerja sama yang baik antara pemerintah provinsi dan kabupaten di daratan Flores serta Alsemat. Ternyata kesan dari semua, Tour de Flores sukses dan sangat meriah. Saya mengapresiasi kesiapan semua kota yang disinggahi. Dengan persiapan yang sangat singkat eventnya berjalan baik,” kata Lebu Raya.

Bagi dia, event TdF sebagai ajang pesta rakyat karena masyarakat ikut menyambut para pebalap sepeda di sepanjang jalan. “Kita bisa lihat sendiri. Saat start dari Larantuka hingga finish di Labuan Bajo masyarakat tumpah ruah di pinggir jalan. Mereka ikut merasakan atmosfir TdfF. Yang paling penting adalah TdF memotivasi anak-anak muda. Ternyata ada hal luar biasa yang bisa kita buat,” katanya.

Memang sebelumnya,sebut dia, ada pendapat yang berbeda, tetapi itu bisa diatasi dengan baik. Terbukti semuanya sudah berjalan baik dan berakhir dengan baik pula. Artinya, semua sepakat untuk menyukseskan kegiatan itu. “Saya ucapkan terima masih kepada Menko Maritim,  Menteri Pariwisata yang menyatakan kegiatan TdF sebagai event pariwiwisata tahunan di NTT yang sangat meriah dan menyedot perhatian dunia,” ujarnya.

Untuk itu, lanjut dia, tahun 2017 kita akan memulai lagi  kegiatan TdF. Setelah rapat koordinasi dengan pemerintah dari delapan kabupaten di daratan Flores, untuk mengevaluasi pelaksanaan TdF dan membangun komitmen untuk penyelenggaraan tahun 2017 yang lebih baik. “Event TdF itu bukan milik Pemerintah Provinsi, melainkan milik kita semua. Sehingga jangan kita menghambat. Untuk biaya promosi pariwisata dengan harga murah dan dampaknya sangat besar. Oleh sebab itu saya minta pemerintah kabupaten yang belum menyelesaikan kewajibannya segera dituntaskan dan dari sekarang persiapkan TdF  pada Mei 2017,” kata Lebu Raya.

“Kita menyadari bahwa alokasi anggarannya TdF 2016 setelah penetapan APBN dan APBD sehingga terjadi pro kontra.  Untuk TdF 2017 alokasi anggarannya akan dialokasikan lebih besar. Tetapi tetap berpedoman pada kebutuhan, Paling tidak, semua lebih siap. Karena mulai dibahas lebih awal, tidak gunakan lagi mekanisme perubahan anggaran. Kita bicara soal berapa besar dukungn APBN, APBD Proivinsi NTT dan kabupaten di daratan Flores. Untuk tahun 2017 kita perlu persiapan yang lebih matang dan lebih bagus lagi. Kita berusaha untuk bisa menyukseskan event TdF lebih baik karena menjadi trending topik di seluruh dunia,” tegas Lebu Raya. (*/jdz)

Foto : Gubernur Frans Lebu Raya ketika memimpin rapat evaluasi Tour de Flores di Hotel Wailiti, Maumere, pekan lalu.