Stok Menipis, Harga Gula Merangkak Naik

by -296 views

AKARTA— Harga gula kristal putih (GKP) terus merangkak naik. Pada periode 26 Maret 2015 hingga 12 April 2015, harga bertahan di level Rp 11.500 per kilogram (kg). Namun sejak 13 April 2015, harga terus bergerak naik hingga hampir menyentuh Rp 12.100 per kg. Kenaikan harga gula konsumsi itu dipicu oleh menipisnya stok di pasar, sampai akhir Maret 2015 stok hanya 539.000 ton. Di sisi lain, pengetatan impor gula krital rafinasi (GKR) turut memicu kenaikan harga GKP.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemdag), harga gula pasir terus merangkak naik. Pada periode 26 Maret 2015 hingga 12 April 2015, harga bertahan di level Rp 11.500 per kg. Namun sejak 13 April 2015, harga tersebut terus bergerak naik hingga hampir menyentuh Rp 12.100 per kg. Rata-rata harga gula pasir di tingkat nasional pada 24 April 2015 mencapai Rp 12.134 per kg dan pada 25 April 2015 sebesar Rp 12.246 per kg. Di DKI Jakarta pada 24 April 2015 mencapai Rp 12.700 per kg, bahkan di Kupang mencapai Rp 14.000 per kg.

Direktur Eksekutif Nusantara Sugar Community (NSC) Colosewoko mengatakan, kenaikan harga GKP ketika stok menipis sebenarnya cenderung wajar. Secara psikologis, ketika stok gula menipis maka harga naik. Saat ini, pemicu kenaikan harga double, selain stok menipis, ada efek psikologis tambahan dengan akan datangnya Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.

“Hitung-hitungan di atas kertas cukup karena stok juga akan bertambah. Namun ini ada efek psikologis mau Hari Raya, jadi nanti akan naik lagi. Apalagi, ada kebijakan pemerintah mengurangi impor gula mentah untuk industri rafinasi,” ungkap dia ketika dihubungi Investor Daily di Jakarta, Minggu (26/4).

Selama ini, kata Colosewoko, tolak ukur harga gula mengacu empat kota besar, yakni Medan, Jakarta, Semarang, dan Surabaya, dan rata-rata Maret harga GKP hanya Rp 10.300 per kg. Di luar Jawa memang ada yang sampai Rp 14.000 per kg, namun di luar empat kota tersebut juga ada yang Rp 10.000 per kg. “Rata-rata harga GKP sangat bervariasi, dalam melihat harga GKP biasanya mengacu pada harga di empat kota, rata-rata Maret hanya Rp 10.300 per kg. Harga itu masih jauh dari batas logis, pada tahun-tahun sebelumnya rata-rata harga GKP sempat mencapai Rp 13.000, kalau ada sampai Rp 14.000 itu hanya spot-spot tertentu,” ungkap dia.

Colosewoko mengatakan, stok GKP 539.000 ton bukanlah milik petani, sebanyak 60% di antaranya berada di pedagang, sebanyak 30% di pabrik gula (PG), dan 10% di petani yang dijual kecil-kecilan. Stok tersebut akan meningkat, karena kemungkinan pada April akan ada tambahan 80.000 ton dari giling di Lampung dan Sumatera Utara, lalu pada Mei ada tambahan 200.000 ton. “Secara hitam di atas putih, stok sebesar itu ditambah hasil giling April dan Mei cukup sampai akhir Juli. Kebutuhan per bulan biasanya 230.000 ton, apabila ada Puasa kebutuhan ditambah 25.000 ton, Hari Raya Idul Fitri kebutuhan juga bertambah 25.000 ton,” kata dia.

Namun, dengan kebijakan pengetatan impor gula mentah oleh pemerintah, pola tersebut bisa saja berubah. Pada 2014, dengan impor gula mentah lebih dari 3 juta ton, masih menyisakan stok di pasar. Namun stok mulai berkurang sejak akhir 2014 dengan pengetatan impor dari yang sebelumnya sampai 3 juta ton menjadi hanya 2,9 juta ton. “Kondisi tersebut membuat stok GKP pun terserap ke pasar, tadinya kan ada gula rafinasi yang murah, selama ini kan preferensi masyarakat adalah harga yang murah itu yang dibeli, apalagi kualitas rafinasi lebih putih,” kata dia.

Colosewoko belum bisa memperkirakan kondisi harga setelah Juli hingga akhir tahun ini. Berdasarkan taksasi yang dilakukan pemerintah per Maret 2015, produksi GKP tahun ini mencapai 2,7 juta ton dengan rendemen yang ditetapkan 7,6%. Realisasi produksi biasanya sekitar 92%, sehingga diperkirakan produksi tahun ini di kiasaran 2,5-2,6 juta ton. “Harapannya sampai akhir Desember cukup, namun kan menghitung kebutuhan juga melihat sampai Januari-April tahun depan sebelum panen lagi, jadi kami belum bisa prediksi,” kata dia.

Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Munrokhim Misanam mengatakan, terkait komoditas gula yang saat ini harganya juga terus merangkak naik, KPPU masih melihat hal itu sebagai bentuk ketidakseimbangan suplai dan permintaan semata. Apalagi, komoditas gula diregulasi begitu ketat oleh pemerintah.

“Untuk gula itu terjadi overshoot, kemarin kan ada rafinasi yang bocor, sekarang impor rafinasi dikurangi, jadi stok gula di dalam negeri untuk bulan ini tipis sekali. Di dalam negeri baru akan memasuki musim giling tebu mulai pertengahan atau minggu kedua Mei tahun ini, artinya produksi gula domestik belum ada. Sekarang sedang paceklik gula, kalau sudah giling nanti normal kembali,” ujar dia. (investor daily)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *