Warga Korban Banjir NTT Terpaksa Minum Air Kali

by -172 views

KUPANG — Warga Desa Sikun dan Oan Mane Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, yang menjadi korban terjangan banjir bandang terpaksa mengkonsumsi air kali kotor.

“Kami saat ini hanya bisa meminum air kali hasil rembesan yang kebersihannya tidak bisa terjamin. Namun demikian karena terpaksa, jadi harus dilakukan,” kata seorang warga Desa Sikun Yuliana Klau yang dihubungi dari Kupang, Selasa (6/1).

Menurut dia, persedian air bersih dalam rumah tangga warga di desa itu sudah habis. Bahkan sumur yang berada di tengah kampung tersebut, yang biasa menjadi andalan warga sebagai sumber air bersih rumah tangga, sudah tidak bisa dimanfaatkan, karena terendam air banjir dan lumpur.

Warga pun melakukan aksi menggali sejumlah jebakan di sekitar sungai, menyaring rembesan air untuk dijadikan sebagai air minum dan memasak.

Kondisi itu, kata Yuliana, tidak bisa dilakukan sepanjang hari, karena jika banjir tiba, jebakan rembesan itu tertutup banjir. “Kami bikin jebakan untuk rembesan hanya di saat tidak banjir atau saat air mulai surut,” katanya.

Bantuan pemerintah, lanjut Yuliana, belum juga diperoleh, meskipun warga telah melakukan penyampian secara resmi melalui kepala dusun dan juga Kepala Desa.

Warga lainnya, Anastasia Hoar, mengaku saat ini mengkonsumsi pisang dan ubi yang juga stoknya sangat terbatas.

Menurutnya, kondisi kehabisan makanan itu diperparah dengan tidak adanya bantuan dari pemerintah setempat untuk mengatasi kondisi yang dialami warga tersebut.

“Kami sudah dihantam banjir sejak sepekan, namun hingga kini pun belum ada bantuan dari pemerintah setempat. Dimana pemerintah kami,” katanya.

Dia mengatakan, warga saat ini hanya bisa bertahan hidup dengan makanan seadanya, berupa pisang, ubi kayu dan kelapa kering yang juga tidak banyak stoknya. Beras dan jagung sebagai stok makanan sudah habis selama mengalami bencana banjir tersebut.

“Apa salah kami sehingga pemerintah tidak pernah menggubris kami untuk memberikan bantuan makanan kepada kami,” katanya.

Dia mengaku tidak bisa melakukan apa-apa, karena kondisi desanya direndam banjir setinggi satu meter hingga dua meter disertai lumpur. “Akses kami terputus, kami hanya bisa bertahan di rumah panggung kami dengan kondisi makanan yang juga mulai menipis,” katanya.

Menurutnya, ada sekitar 500 kepala keluarag di Desa Sikun yang masih tetap bertahan di wilayah desa itu, dengan berlindung diri di atas rumah-rumah panggung yang dimiliki. “Kami hanya bisa berharap pemerintah segera melakukan aksi untuk bisa menyelamatkan kami dan anak-anak kami,” katanya.

Sebelumnya dilaporkan, meluapnya Sungai Benanain di Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, merendam ribuan rumah warga di dua desa di kawasan bantaran sungai yang membelah wilayah perbatasan Negara RI-Timor Leste.

“Meski bencana yang melanda dua desa ini merupakan banjir kiriman, namun telah memberikan dampak buruk. Rumah kami dan seluruh warga di dua desa di sepanjang bantaran kali itu terendam,” kata seorang warga Desa Sikun, Eduardus Klau, yang dihubungi dari Kupang, Minggu.

Dia mengatakan, Desa Sikun dan Oan Mane yang menjadi korban tumpahan banjir dari Sungai Benanain itu sebagai akibat kiriman dari sejumlah daerah di hulu sungai seperti Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

Dikatakannya, sudah hampir sepekan banjir kiriman mulai meninggi dan kemudian meluap melampaui tanggul yang dibangun pemerintah setinggi tiga meter dengan panjang lima kilometer.

Air banjir yang disertai sejumlah material berupa lumpur dan kayu serta batu-batuan itu pun mengalir masuk ke rumah penduduk di dua desa tersebut sejak Minggu (4/1/2015) dini hari. “Kami tiba-tiba dikagetkan dengan aliran air ke dalam rumah sejak pagi tadi. Padahal di daerah kami tidak hujan,” katanya. (ant)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *