Ritual Adat Tobe Lagan
WAIWEJAK, mediantt.com – Penjabat Bupati Lembata, Matheos Tan, Senin (25/3) pagi, meresmikan pemakaian air minum di kampung Waiwejak, Desa Nubahaeraka, Kecamatan Atadei, disaksikan Kepala Desa dan segenap warga serta tokoh masyarakat setempat.
Peresmian air minum di tengah masyarakat ini, bagi warga menjadi catatan historis Desa Nubahaeraka, karena baru pertama kali warga bisa menikmati air bersih di kampungnya sendiri.
Air minum bersih yang lebih dekat bagi warga Waiwejak merupakan kerinduhan yang sudah sekian lama dinantikan. Berpuluh tahun sudah mereka menantikan air bersih bisa segera masuk di kampung halamannya. Namun hal itu tak kunjung tiba. Padahal, mata air itu sendiri sebenarnya tepat di depan mata, berada di wilayah Desa Nubahaeraka.
Namun karena sumber airnya berada di bawah lembah berjarak kurang lebih 2 KM dari kampung, maka untuk mencukupi kebutuhan air bersih terpaksa setiap tahun meraka hanya bisa mengambil air minum di mata air dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak. Kini mereka tidak lagi kesulitan air bersih.
Dengan diresmikan pemakaian air bersih di kampung oleh Pj Bupati Lembata, keluhan selama ini akhirnya terjawab sudah. Kerinduan warga akan air bersih yang dekat dan berkualitas telah terpenuhi.
Selain itu, air minum bersih yang dinantikan ini menjadi bukti sejarah kehadiran pemerintah untuk hadir membantu kesulitan masyarakatnya.
Bupati Theo ketika tiba di kampung Waiwejak, telah dinantikan sejumlah siswa SD, kepala desa, segenap warga dan tokoh masyarakat kampung Waiwejak.
Bupati dan rombongan disambut denga penuh antusias dan kebahagiaan. Ia diterima secara adat di pintu gapura kantor Desa Nubahaeraka.
Setelah melakukan seremonial penerimaan secara adat, Bupati lantas memotong tali sebagai simbol diterima masuk ke dalam rumah besar Desa Nubahaeraka.
Bupati Theo juga sempat disugukan minuman tuak kelapa dan golo tebako, kemudian dia diarak menuju tempat acara. Disini Bupati menyaksikan ritual adat penerimaan air bersih masuk kampung Waiwejak oleh para tokoh adat setempat.
Dengan melakukan upacara tuang tuak atau baololong dan pemotongan hewan korban berupa seekor babi dan kambing, bagi masyarakat Desa Nubahaeraka ini menjadi simbol meminta restu penguasa Rerawulan Tanah Ekan, para leluhur untuk warga bisa menikmati air bersih secara baik dan terhindar dari segala gangguan atau penyakit.
Setelah seremonial pembukaan selesai, Pj Bupati Theo didaulat warga untuk meresmikan penggunaan air bersih. Bupati Theo sebelum melakukan pengresmian, terlebih dahulu membacakan pernyataan pengresmian kemudian disaksikan warga dan undangan, ia lantas memutar kran sebagai simbol pengresmian dan air pun kemudian mengalur dengan derasnya.
Semua warga yang hadir bertepuk tangan dan bersorak gembira penuh sukacita atas peristiwa yang bersejarah ini. Kini, warga Desa Nubahaeraka tidak lagi mengeluh kesulitan mendapatkan air bersih. Mereka tidak lagi harus bersusah paya mengambil air yang berjarak kurang lebih 2 KM, karena mata air Wai Wuw sudah dekat.
Seremonial ritual adat itupun kemudian ditutup dengan acara Tobe Lagan atau duduk bersama di atas tanah beralaskan daun kelapa. Tobe lagan ini diatur secara melingkar untuk memudahkan pada saat pembagian daging kurban kepada perwakilan segenap suku yang ada dan tamu undangan berupa babi dan kambing yang dipotong diawal seremonial tadi. (baoon)