Ratusan Warga Sekitar Lewotolok Belum Dievakuasi, 4 Anak Hilang Ditemukan

oleh -62 Dilihat

KUPANG – Ratusan penduduk yang bermukim di kawasan sekitar Gunung Ili Lewotolok, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), masih ada yang belum dievakuasi ke daerah aman dengan alasan sudah lanjut usia.

“Masih banyak sekali warga yang memilih bertahan di kampung halaman mereka dengan alasan sudah tua,” kata Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday yang dikonfirmasi ANTARA dari Kupang, Senin, (30/11) berkaitan dengan upaya pemerintah daerah untuk menyelamatkan penduduk di sekitar kawasan Gunung Ili Lewotolok yang mengalami erupsi sejak Jumat (27/11) 2020.

“Pemerintah sudah mengambil langkah evakuasi, tetapi masih banyak yang bertahan di kampung dengan alasan sudah tua, menjaga barang adat, hewan piaraan dan sebagainya,” tegasnya.

Menurut dia, ada 14 desa di Kecamatan Ile Ape dan Kecamatan Ile Ape Timur yang terkena dampak erupsi dari gunung berupa abu dan kerikil.

Mengenai pengungsi, dia mengatakan, saat ini lebih dari 4.000 orang telah meninggalkan desa mereka dan mengungi ke daerah-daerah aman.

Mereka tidak saja menempati posko yang disiapkan pemerintah tetapi juga rumah-rumah penduduk.

“Saya baru selesai mengunjungi sembilan titik, dengan jumlah mereka berkisar 27-55 orang,” katanya.

Sementara jumlah yang menempati pos utama di Nubatukan sampai pagi ini berjumlah 3.474 orang.

4 Anak Ditemukan

Sementara iti, 4 anak dan satu pemuda yang dilaporkan hilang karena panik telah ditemukan di kebun warga di Desa Lamalela, Senin (30/11).

Kelima orang ituadalah, Pius Kosmas Aprinaldi (12) kelas II SD, Matias Bala (8) kelas II SD, Bernardus Boli (12), Sesilia Date (8), Philipus Basa (24 tahun, difabel).

Informasi yang dihimpun media, kelima anak ini mendaki hutan menuju ke arah di sekitar Desa Waienga. Kejadian ini bermula dari erupsi gunung Ile Lewotolok pada Minggu (29/11) sekitar pukul 09.30 Wita. Para korban yang ketakutan dengan erupsi tersebut bersama Ferdi Lapa dan istrinya yang adalah orang tua Bernadus Boli, lari ke gunung melintasi Jalan Usaha Tani (JUT) ke arah Desa Lamalela.

Di tengah jalan, Bernadus Boli dan 4 orang rekannya ini mendahului kedua orang tuanya sehingga jejak para korban tak terdeteksi. Setelah beristirahat sejenak di Pondok milik Gabriel Take Pereng, Ferdy Lapa bergegas menyusul ke lereng gunung untuk mencari anaknya dan 4 korban lainnya.

Namun Ferdi tidak memukan keberadaan kelima korban, sehingga sekitar pukul 17.00, ia kembali ke Desa Waienga untuk memberitahukan kejadian tersebut kepada warga lainnya.

Beberapa warga Desa Waienga langsung berkumpul, dibantu anggota Pospol Lebatukan dan anggota TNI AD, bergegas menyusuri lereng, berupaya melakukan pencarian, tapi para korban tak ditemukan.

Dibantu 4 anggota Basarnas, anggota Polres Lembata dan sejumlah anggota TNI, pencarian bersama warga kembali dilakukan pada Senin (30/11) hingga pukul 11.00 Wita. Tapi tidak juga membuahkan hasil. Tim yang dibentuk Kepolisian, TNI dan Basarnas kembali ke Desa Waienga untuk rencana pencarian selanjutnya.

“Setelah makan siang, kita istirahat dan sekitar pukul 14.00 baru tim lakukan pencarian lagi”, ujar Kapospol Lebatukan, AIPTU Roni Martin Maak, Senin (30/11) siang.

Sementara itu, beberapa warga langsung melakukan pencarian usai seremoni adat dengan menyusuri hutan di selatan Desa Waienga. Akhirnya membuahkan hasil. Baru saja beberapa tim kembali melakukan pencarian, team mendapat informasi dari salah satu warga Desa Lamalela bahwa kelimanya telah ditemukan di kebun warga.

“Sudah, mereka sudah ditemukan di Lamalela, mereka dalam keadaan baik dan sedang diberi makan oleh warga desa Lamalela” ujar AIPTU Roni.

Tim akhirnya langsung menuju desa Lamalela untuk menjemput para korban termasuk tim kesehatan, camat Lebatukan, Piter Ruing dan anggota DPRD Lembata, Frid Tukan. (ant/che)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *