Gubernur Melki Laka Lena duduk satu meja dengan dua simpul utama di kabinet. Ini bukan sekadar koordinasi teknokratis, tapi penguatan simpul di antara elite Golkar lintas generasi. Pintu investasi ke NTT terbuka lebar. Kita menanti dampak nyata bagi NTT dibalik pertemuan tersebut.
DI RUANG kerja Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, Jumat (13/6/2025) pagi. Obrolan tentang sumber daya alam Nusa Tenggara Timur mengalir seperti kopi panas yang baru disuguhkan. Duduk berseberangan dengan sang menteri, Gubernur NTT Melki Laka Lena memaparkan program percepatan hilirisasi non tambang, pembangkit energi hijau, OVOP dan sejumlah program lain.
Pertemuan itu berlangsung akrab, lebih dari sekadar antara kepala daerah dan menteri teknis. Keduanya adalah kader utama Partai Golkar. Bahlil, Ketua Umum DPP Partai Golkar sejak Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) awal tahun ini, tampak memberi ruang lebih leluasa saat Melki memaparkan program unggulan NTT: One Village One Product (OVOP), Gerakan Beli Produk NTT, dan kerja sama baru dengan perusahaan energi asal Prancis, HDF Energy.
Setelah dari Kementerian ESDM, Gubernur Melki melanjutkan langkah ke kantor Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto. Satu lagi tokoh kunci Partai Golkar, yang pernah menjadi ketua umum partai beringin selama hampir satu dekade. Kepada Airlangga, Gubernur Melki membahas perluasan dukungan pembangunan ekonomi berbasis potensi lokal di seluruh kabupaten/kota NTT, termasuk pembukaan pasar nasional dan global bagi produk-produk unggulan NTT.
“Kami tidak bicara politik, tapi semua yang kami bicarakan punya dampak politik,” ujar seorang pejabat yang mendampingi Gubernur Melki dalam pertemuan itu.
Di ruang-ruang kekuasaan Jakarta, pertemuan Gubernur Melki, Bahlil, dan Airlangga lebih dari sekadar koordinasi teknokratis. Ini adalah penguatan simpul di antara elite Golkar lintas generasi. Melki sebagai gubernur muda dan Wakil Ketua Umum DPP Golkar, Bahlil sebagai nahkoda baru partai kuning, dan Airlangga sebagai jenderal tua yang masih berpengaruh di meja ekonomi kabinet.
Sinyal politik dari pertemuan ini terbaca jelas. Melki disebut-sebut sedang membangun poros dukungan pusat untuk menjadikan NTT sebagai etalase keberhasilan hilirisasi di Indonesia Timur. Di sisi lain, dia mengonsolidasikan peran Golkar sebagai partai penggerak pembangunan di daerah, bukan sekadar mesin elektoral.
Pembangunan ekonomi di NTT memang butuh suntikan dari pusat. Tapi bagi Gubernur Melki, yang sejak awal menekankan pendekatan potensi lokal dan penguatan kapasitas desa, dukungan dua menteri itu membuka pintu lebar bagi investasi energi, pariwisata, dan industri pengolahan. Targetnya, produk lokal NTT bisa menembus pasar nasional bahkan ekspor, dari tenun ikat Flores hingga garam dan rumput laut Sabu, Sumba dan Timor.
“Kami mendorong hilirisasi, tapi yang berbasis rakyat dan ekosistem lokal,” kata Gubernur Melki dalam pernyataan usai pertemuan. (llt/jdz)