Kupang, mediantt.com – Aksi demo menolak UU Omnibus Law atau UU Cipta Kerja di Kupang, terpaksa harus ‘bubar’. Sebab, massa yang menolak itu dihalau oleh massa pendukung pemerintah. Buntutnya, mahasiawa yang menolak UU Cipta Kerja itu harus mundur dan kembali ke markas mereka.
Pantauan mediantt.com, Senin (12/10) sekitar pukul 11.15 Wita, massa yang menolak UU Hak Cipta yang bergerak dari Pasar Inpres Naikoten, sudah berada di depan gedung DPRD NTT di bilangan Jln El Tari. Saat yang sama, massa pendukung pemerintah juga sudah ada di seberang jalan. Sementara aparat kepolisian dari Polres Kupang Kota dan Brimob bersiaga di seluruh areal gedung DPRD NTT.
Ketika mahasiswa yang menolak UU Cipta Karya itu berorasi, langsung dibalas dengan kata-kata sindiran dari grup pendukung. Mereka malah diingatkan untuk berhenti merusak fasilitas publik.
Mahasiswa menuntut pemerintah mencabut UU Omnibus Law Cipta Kerja; sedangkan koordinator kelompok aksi jaga dan selamatkan fasilitas umum milik rakyat dari para pendemo anarkis, Yandri, mempersilahkan mahasiswa untuk menggelar unjuk rasa, tapi jangan merusak fasilitas umum.
Para mahasiswa yang menamakan diri Forum Mahasiswa HAM dan Demokrasi NTT dan dipekirakan berjumlah 30 orang itu, tidak meladeni hujatan kelompok pendukung. Mereka tidak terpancing. Akhirnya, memilih tinggalkan lokasi dan tidak melanjutkan orasinya. Mereka tidak mau berbenturan dengan kelompok pendukung pemerintah.
Masa pendemo itu long march dari Pasar Inpres Naikoten menuju gedung DPRD NTT. Di sisi lain, ada juga kelompok pendukung pemerintah yang menamakan diri kelompok Aksi Jaga dan Selamatkan Fasilitas Umum Milik Rakyat dari Para Pendemo Anarkis.
Kedua kelompok bertemu di depan gedung DPRD NTT dan mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian resort Kupang Kota.
“Jangan bawa nama masyarakat, kalau demo merusak fasilitas umum,” kata Yandri.
Selama Joko Widodo (Jokowi) menjadi Presiden, kata dia, NTT mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat di sektor pembangunan. “Kami mendukung pemerintah, karena Jokowi sudah bangun NTT,” tegasnya.
Karena mendapat ‘intimidasi’ dari kelompok pendukung pemerintah, sekitar 30 mahasiswa itu akhirnya membubarkan diri dengan damai. (*/jdz)