Kupang, mediantt.com – Pesawat Batik Air dengan nomor penerbangan ID 6540 dari Bandar Udara Soekarno-Hatta tujuan Bandar El Tari Kupang, pada Selasa (6/1/2015) subuh, nyaris terbang tanpa bahan bakar. Akibatnya, pesawat yang sudah berada di landasan pacu untuk take off, harus kembali untuk mengisi bahan bakar. Jadwal penerbangan yang seharusnya pukul 03.00 WIB harus molor hampir dua jam. Astaga!
Kepada wartawan di Kupang, kemarin, Pendeta asal Papua, Sole Marey bersama istri Ny Susan Marey Renyaan, yang adalah penumpang Batik Air tujuan Kupang itu mengaku kaget setelah tahu kalau pesawat yang akan take off itu tak berisi bahan bakar.
“Saya sempat marah-marah, nada saya mulai tinggi ketika tahu kalau pesawat yang sudah hampir take off menuju Kupang itu, belum diisi dengan bahan bakar oleh petugas bandara Soekarn-Hatta,” kata Pdt. Marey.
Mantan misionaris di Viquque, Timor Timur, kini Republik Demkratika Timor Leste itu menjelaskan, saat pilot yang mengendalikan pesawat bergerak perlahan meninggalkan tempat parkir menuju holding bay (tempat persiapan take off), sebagian besar penumpang sudah tertidur pulas. Ia sendiri yang belum tidur. Beberapa saat setelah badan pesawat dengan posisi simetris hendak ancang-ancang untuk take off, tiba-tiba pilot memutar badan pesawat pelahan kembali menuju tempat parkir semula. Sang Hamba Tuhan yang mulai curiga terhadap posisi oleh gerak badan pesawat mengatakan ia menduga-duga ada gangguan pada pesawat yang ditumpangi itu. “Kecurigaan saya mulai menguat ketika pramugari tiba-tiba mengumumkan bahwa pesawat Batik Air dengan nomor penerbangan ID 6540 tujuan Kupang mengalami gangguan teknis sehingga penumpang dimohon bersabar. Nah, tak lama kemudian, pramugari yang sama kembali memberitahukan bahwa pesawat Batik Air masih mengisi bahan bakar, karena sebelumnya petugas bandara lupa mengisi bahan bakar pada tangki pesawat,” tutur Pdt. Marey.
Meurut dia, ketika ia mencoba mencari informasi tambahan dari pramugari terkait terjadi kelupaan mengisi bahan bakar oleh petugas bandara Soekarno-Hatta, ia mendapat penjelasan bahwa bermula dari kecurigaan pilot bahwa bunyi pesawat yang sedang penuh bahan bakar berbeda dengan bunyi pesawat yang tidak berisi bahan bakar. Ketika hendak masuk pada jalur run way, pilot berfirasat kurang baik, lalu memutuskan tidak take off dan kembali ke tempat parkir awal guna memeriksakan gejala bunyi pesawat yang tidak normal itu.
“Para penumpang pesawat Batik Air ID 6540 tujuan Kupang harap bersabar karena petugas bandara Soekarno Hatta sedang mengisi bahan bakar, penumpang diminta melepaskan sabuk pangaman sejenak sambil menunggu pengisian bahan bakar selesai,” kata Pdt Marey mengutip pengumuman pramugari.
“Saya marah-marah. Tapi ibu meredahkan emosi saya. Karena saya melihat oto tengki bandara sibuk pulang pergi mengisi bahan bakar di pesawat yang kami tumpangi itu. Ternyata sejak pesawat ancang-ancang menuju holding bay (tempat ancang-ancang takeoff) tidak ada bahan bakar. Ini kan fatal namanya. Kalau pilot tidak tanggap dengan bunyi pesat antara ada minyak dan tidak ada minyak maka bisa jatuh pesawat itu setelah terbang beberapa saat,” kesal dia.
Ia berjanji akan melaporkan peristiwa Batik Air ID 6540 itu kepada Ketua Komisi V Fary Francis. Sebab, bagi dia, itu bukan sekedar lalai, tapi patut dicurigai ada unsur kesengajaan. “Tidak ada istilah lupa atau belum isi BBM, karena ini soal nyawa manusia. Kalau sudah terbang beberapa menit baru minyak habis pesawat pasti jatuh dan tidak ada penumpang yang selamat, dengan kondisi cuaca buruk seperti saat ini. Jadi saya menilai, para pengelola Angkasa Pura Soekarno-Hatta yang bertanggungjawab. Harus diproses hukum,” tegasnya. (ys/jdz)