Ada Mafia Bisnis Dibalik Penolakan Vaksin Nusantara, TNI Dukung Full dr Terawan

oleh -59 Dilihat

Badan POM sedang pasang badan menolak Vaksin Nusantara yang digagas Dokter Terawan Agus Putranto. Alasan penolakan pun dicari-cari. Mafia impor vaksin turut bermain agar duit Rp50 triliun untuk impor vaksin tak hangus. Ada ketakutan, bisnis vaksin bisa stop kalau vaksin Nusantara disetujui dan diproduksi secara massal. Apa sikap politik Komisi IX DP RI dan Tentara Nasional Indonesia (TNI)?

SUKSES dengan uji klinis tahap satu, vaksin Nusantara menemui jalan buntu ketika harus masuk ke uji klinis tahap dua. Di sini pertarungannya bukan lagi soal teknis tapi kepentingan bisnis impor. Sebab, ada anggaran fantastis Rp 50 triliun yang sudah dialokasikan untuk impor vaksin sinovac.

Di sinilah dilemanya. Pasahal, vaksin Nusantara merupakan produk bagus namun tidak mudah karena harus menghadapi ‘kekuatan’ mafia impor vaksin.

“Memang ini bisnis besar. Kalau Vaksin Nusantara jadi dan diproduksi secara massal maka yang urus Rp50 triliun ini akan terganggu. Sebab sejam awal sudah dipesan (Sonovac) dengan total biayanya, sesuai data yang diberokan ke Komiai IX DPR RI itu sebesar Rp 50 triliun,” tegas Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena kepada wartawan di Kupang, Kamis (15/4).

Politisi yang juga Apoteker ini mengatakan, Vaksin Nusantara sebenarnya sangat bagus dan seharusnya didukung karena merupakan karya anak bangsa. “Pak Terawan itu luar biasa, bisa melihat hal yang orang lihat biasa tetapi diteliti menjadi sesuatu yang luar biasa dan bermanfaat,” jelas Melki.

Menurutnya, penelitian terkait Vaksin Nusantara atau vaksin personal berbasis sel dendritik, telah dilakukan sejak tahun 2015, sehingga hal itu bukan barang baru bagi dokter Terawan.

“Ada yang bilang DPR RI intervensi, DPR RI tidak paham soal penelitian, dan lainnya, saya selalu balikan itu. Selain politisi, saya ini orang farmasi, jadi saya tahu cara bikin obat, dan urusan teknis pun saya bisa masuk,” tegas Melki.

Dia malah mengaku telah mengikuti proses penelitian dan tahu teknis penelitian yang dilakukan dokter Terawan dan para peneliti lainnya, juga termasuk bagaimana Badan POM memperlakukan peneliti.

“Jadi intinya yang ngurus Rp50 triliun ini tertanggu dengan kehadiran Vaksin Nusantara,” sebut Melki, dan menegaskan, fungsi dari Badan POM sebenarnya ada di uji klinis tahap 2 dan tahap 3 hingga produksi massal, untuk memastikan kemananan masyarakat saat menggunakan vaksin tersebut.

“Saat di RSPAD Gatot Subroto, kepala badan POM ini ngomong seolah-olah vaksin ini mengkhawatirkan dan menakutkan. Kita cek ke peneliti, menurut peneliti ini pembohongan publik. Ini hanya karena mau mencekal vaksin Nusantara,” kritik Melki.

Karena itu, Melki merasa heran karena BPOM tidak profesional dan mempersoalkan peneliti asing yang bergabung dalam tim peneliti vaksin Nusantara. “Hal teknis yang menurut saya bisa diperbaiki malah dipersoalkan. Peneliti asing jadi masalah serius, padahal kita makan vaksin asing semua ini, Sinovac kita telan, AstraZeneca kita pakai, 100% asing semua kita telan, gak pakai ribut-ribut,” tegas Ketua Golkar NTT ini.

Komit Kawal

Melki juga menjelaskan, setelah melihat langsung proses penelitian dan berkomunikasi secara langsung dengan para peneliti termasuk dokter Terawan, Komisi IX berkomitmen untuk komit untuk mengawal dan memback-up penelitian tersebut.

“Kita back up hasil penemuan yang harus dilindungi dari kemungkinan dimatiin sama mafia impor. Sekarang menjadi ramai karena masing-masing adu kekuatan,” tandas Melki.

TNI Dukung Full

Dikutip dari bergelora.com, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta, menegaskan, ujicoba klinis fase II Vaksin Nusantara, merupakan Program TNI dalam upaya mendukung ketahanan nasional di bidang kesehatan. “Ini sejalan dengan tugas TNI, selain perang,” kata sebuah sumber di RSPAD Gatot Subroto yang tidak bersedia disebutkan namanya, Sabtu 17 April 2021.

Sumber tadi menegaskan, pernyataan Peneliti Utama Vaksin Nusantara, Kolonel Corps Kesehatan Militer (CPM) Jonny, Kamis, 15 April 2021, bahwa RSPAD Gatot Subroto tunduk kepada kaidah ilmiah di dalam melakukan penelitian, karena membawa reputasi TNI dan Negara, adalah sikap resmi kelembagaan TNI.

Berbagai upaya dilakukan oleh pihak tertentu untuk menggagalkan uji klinis Vaksin Nusantara menunjukkan bahwa ada operasi dari pihak-pihak yang ingin mensabotase usaha Letnan Jenderal TNI Dr dr Terawan Agus Putranto, mantan Menteri Kesehatan untuk memastikan jalan keluar terbaru pandemic Covid-19.

Namun TNI menunjukkan dukungan penuh (full support) terhadap upaya Terawan tersebut. “TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, full support pada upaya Vaksin Nusantara,” kata Peneliti Utama Uji Klinik Tahap II Vaksin Nusantara, Kolonel Jonny, Kamis 15 April 2021.

Sebuah sumber juga menyebutkan bahwa uji klinis di RSPAD Gatot Subroto yang dilakukan oleh Terawan dalam beberapa waktu terakhir ini menunjukkan bahwa TNI mendukung upaya dr. Terawan. “Jangan pernah ragu pada TNI, karena masalah pandemic Covid-19 di Indonesia sudah menjadi urusan TNI karena mengancam keselamatan rakyat dan kedaulatan Indonesia,” ujar seorang narasumber tadi.

Ia memastikan agar seluruh rakyat Indonesia mendukung upaya dr. Terawan dan jangan ada yang mencoba mengganggu apalagi membatalkan usaha ini. “Bukan itu saja, keselamatan dr Terawan dan timnya menjadi tanggung jawab TNI sepenuhnya. Karena mereka sedang berupaya mencari jalan keluar bagi keselamatan rakyat dan bangsa Indonesia,” tegasnya.

Menurut dia, beberapa pihak yang mendeskreditkan metode denditrik dalam penanganan vaksin ini pasti disupport oleh perusahaan farmasi dan vaksin yang terancam oleh temuan dr. Terawan.

“Dalam dunia farmasi dikenal dengan the big six. Tiga perusahaan besar di Amerika dan dua lagi di Eropa. Mereka panik dan membiayai para ahli dan media massa untuk menggagalkan Terawan,” ujar sumber tadi.

Namun menurutnya, dunia internasional mendukung penuh upaya dr. Terawan, karena kalau selesai nanti, vaksin Nusantara yang akan menyelesaikan pandemi Covid-19 ini. “Amerika dan China sedang berlomba menyelesaikan uji klinis. Jepang sedang melobby untuk menggunakannya. Namun yang terpenting, penggunaan metode denditrik pada Vaksin Nusantara ini menjadi patent Indonesia, patent dokter Terawan,” tegasnya. (jdz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *