Prosesi laut menghantar Tuan Meninu, sebagai bagian dari Semana Santa.
Dari doa hening di Larantuka hingga tarian persaudaraan, dua tradisi khas Flores Timur, NTT; Samana Santa dan Sole Oha, kini resmi diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional 2025. Sebuah kebanggaan bagi masyarakat yang setia menjaga warisan iman dan budaya leluhur.
LARANTUKA – Dikutip dari florespos.net, Semana Santa dan Sole Oha di Kabupaten Flores Timur, secara resmi telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Nasional oleh Kementerian Kebudayaan RI.
Apa keunikan dan kekhasan dari Semana Santa dan Sole Oha sehingga oleh Pemerintah Daerah (Pemda) melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Parbud) Kabupaten Flores Timur mendorong dan mengusulkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Nasional?
Silvester Suban Toa Kabelen ditemui di ruang kerjanya, Senin (13/10/2025) menjelaskan, Semana Santa merupakan salah satu warisan tradisi dan budaya Portugal yang masih hidup hingga saat ini di Larantuka.
Selama ini, selain Larantuka, yang menjalankan tradisi Semana Santa adalah Spanyol dan negara-negara di Amerika Latin. Dan yang masih sangat menjaga tradisi warisan Portugal selama berabad-abad dan dengan sangat baik yakni di Larantuka.
Menurut Kabelen, Semana Santa di Larantuka mempunyai keunikan tersendiri dan berbeda dengan tradisi Semana Santa di Spanyol dan negara-negara Amerika Latin.
“Tradisi Semana Santa yang dijalankan di Larantuka merupakan perpaduan yang berkolaborasi antara budaya lokal dengan religi keagamaan,” katanya.
Dia mengatakan, tradisi budaya dan religi Semana Santa di Larantuka dilaksanakan setiap tahun pada perayaan menjelang Paskah Kebangkitan.
“Yang diangkat dalam Semana Santa Larantuka adalah budaya dan agama. Tradisi Semana Santa di Larantuka terus dijaga dan berjalan berabad-abad,” katanya.
“Ini hanya salah satu dari sekian banyak yang unik dan khas yang mendorong kami mengusulkan ke tingkat nasional sebagai Warisan Budaya Tak Benda,” tambah Kabelen.
Sementara Sole Oha, jelas Kabelen, adalah tradisi budaya yang lebih pada kekuatan sastra lisan. Syair-syair pada Sole Oha berisikan pesan-pesan moral dan etika yang sangat mendalam yang memberikan keteduhan dalam kehidupan masyarakat.
“Kadang orang tua dengan sastra bahasa Lamaholot yang mendalam membuat orang bisa menangis. Kalau semakin banyak orang muda terlibat di Sole Oha, lebih bagus untuk membangun kebersamaan dan mencegah hal-hal negatif,” katanya.
Silvester Kabelenjuga mengatakan, akhir-akhir ini atau sejak tahun 2022, Sole Oha tumbuh dengan sangat baik di tengah kehidupan masyarakat Flores Timur terutama di Pulau Adonara. Hal ini ditambah dengan ada kelompok masyarakat yang turun melakukan safari budaya dan tradisi Sole Oha.
“Terutama Sanggar Baran Tawa dari Karinlamalouk. Sanggar ini turun melakukan safari budaya tradisi Sole Oha. Sudah sekitar 70 desa mereka safari. Jadi hampir sebagian besar desa di Pulau Adonara, mereka masuk,” katanya.
Dampak lebih lanjut, kata Kabelen, desa-desa yang biasanya terjadi perang tanding perlahan berkurang dan nyaris tidak ada sama sekali.
“Sanggar ini masuk dengan Sole Oha di beberapa desa. Dan Sole Oha menjadi salah satu tindakan preventif. Mereka saling membaur kembali dalam kebersamaan. Hanya dengan dan melalui sastra lisan Sole Oha,” katanya.
“Ini salah satu dari sekian banyak keunikan dan kekhasan yang mendorong kami usulkan ke pusat,” tambah Kabelen.
Dia berharap, dengan sudah ditetapkan Semana Santa dan Sole Oha menjadi Warisan Budaya Tak Benda Nasional, kelompok atau komunitas yang menjadi penjaga warisan itu, harus tetap solid.
“Demi menjaga dan merawat tradisi budaya Semana Santa dan Sole Oha tetap terus hidup dan berkembang sesuai arasnya di bumi Kabupaten Flores Timur,” katanya.
Kabelen juga mengatakan, pihaknya pada 10 Oktober 2025 telah mendapat penyampaian bahwa Semana Santa dan Sole Oha, tradisi budaya Kabupaten Flores Timur lolos Terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional. (*/jdz)





