Dira Tome Diterima Secara Adat di Rumah Raja Alor Besar

by -138 views

Kalabahi, mediantt.com – Setelah mengakrabi daratan Flores dari ujung barat hingga ujung timur, lalu merambah ke Lembata, Bupati Sabu Raijua Ir Marthen Dira Tome bersama Ny Irma Dira Tome Doy, menyambangi Kabupaten Kenari, Alor. Sabtu (15/10), Dira Tome yang juga Cagub NTT 2018 ini diterima secara adat di Rumah Raja Alor Besar. Siappun calon pemimpin yang  masuk dan diterima secara adat, maka jalan menuju harapan bakal tak ada rintangan. Dan, ini yang telah dilakukan Bupati Dira Tome.

Kunjungan ke Bumi Sejuta Moko ini tergolong istmewa bagi Dira Tome.  Turun dari pesawat di Bandara Mali, ia langsung disambut dengan meriah. Dari bandara rombongan langsung menuju kompleks Rumah Raja pertama di Alor yang disebut ‘Uma Pusung Rubung’, di Desa Alor Besar, Kecamatan Alor Barat Laut (ABAL), sekitar pukul 13.30 Wita.

Di rumah raja itu, Bupati Dira Tome dan Ibu disuguhi tarian penyambutan, dan diarak hingga ke dalam rumah raja tersebut. Di pintu masuk, Dira Tome disambut para tokoh adat, dan tokoh agama, dibawah pimpinan Sulaiman Tulimau dan Ismail Arkiang. Setelah diterima secara adat, Dira Tome diberi kesempatan menyampaikan niat kedatangannya ke Alor, terutama di Rumah Raja itu.

“Pak Marthen dan Ibu selamat datang di rumah raja pertama Alor,” kata Tulimau.

Usai menyampaikan niat hatinya datang ke tempat itu, Dira Tome dan Ibu mendapat pengalungan selendang bermotif Alor asli, kemudian dilanjutkan dengan doa bersama, sebagai bentuk syukur sekaligus meminta restu atas niat tulus Dira Tome, di rumah raja tersebut. Semua prosesi ini diatur secara baik sebagai penghargaan terhadap tamu istimewa, Marthen Luther Dira Tome, yang berniat tulus menjadi Cagub NTT 2018.

“Pak Marthen dan Ibu, sebagai adat di rumah raja ini, sebelum meninggalkan rumah raja ini, mari masuk untuk kita doa meminta restu,” kata Ismail Arkiang mengajak Dira Tome dan Ibu.

Ketika diberi kesempatan bicara, Dira Tome secara terus terang menyampaikan misi kehadirannya di Bumi Kenari itu, yakni pertama, mempromosikan hasil kerja nyata yang dilakukan di Sabu Raijua, antara lain, tambak garam, pabrik garam Nataga, pabrik air minum dalam kemasan merek Oasa, pabrik rumput laut, juga menjelaskan secara detail apa yang telah dilakukan di Sabu Raijua dalam periode lima tahun, yang mampu menyerap tenaga kerja untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran di kabupaten sejuta lontar itu.

Tak cuma itu. Dira Tome juga membeberkan potret Sabu Raijua sejak dipercayakan memimpin wilayah itu tahun 2011, hingga berhasil melakukan terobosan dan inovasi ‘gila’ untuk Sabu Raijua yang maju dan bermartabat.

Ia bercerita tentang sulitnya kondisi Sabu Raijua hingga menemukan potensi tersembunyi yang selama ini dianggap sebagai kutukan.

“Tuhan menciptakan setiap pulau dengan potensinya masing-masing. Tugas pemerintah bagimana menemukan sidik jari Tuhan lewat potensi yang tersembunyi, kemudian diolah untuk kepentingan rakyat. Kenapa Sabu Raijua bisa, Alor tidak bisa, padahal potensi sumber daya alam Alor sangat melimpah jika dibandingkan dengan Sabu Raijua. Saya tahu di Alor banyak kemiri, cengkeh, kopi, air laut yang sangat bagus dan lain-lain, semua kekayaan alam yang dimiliki Alor itu sangat bisa diolah,” tegas Dira Tome, meyakinkan.

Menurut Dira Tome, kemiskinan yang mencekik masyarakat NTT, yang masuk urutan ketiga termiskin di Indonesia, harus diatasi dengan cara-cara cerdas, dan inovatif untuk menemukan berbagai potensi yang bisa dikelolah, seperti masalah pengangguran, yang harus diatasi dengan cara membuka lapangan pekerjaan melalui sektor informal, juga memacu masyarakat untuk bekerja keras.

“Kemiskinan itu tercipta bukan hanya karena kondisi alam, tapi juga jumlah penggangguran yang semakin meningkat. Jangan heran kalau para pencari kerja memilih menjadi TKI, karena tidak ada lapangan kerja yang dibuka. Kita membuka lahan tambak dan pabrik bukan satu-satunya untuk memperoleh uang, tapi bagaimana kita menciptakan lapangan kerja bagi generasi kita, sehingga mereka tidak memilih pergi mengais rupiah di negeri orang, lalu terjerat dalam lingkaran perdagangan orang atau human trafficking,” tandas Dira Tome, mengingatkan.

Ia juga menegaskan, saat ini orang lagi ramai-ramai bicara masalah penegakan hukum untuk human trafiking, sementara tidak dibicarakan bagaimana mengantisipasinya. Bagi dia, human trafiking itu berkaitan dengan masalah lapangan kerja.  “Masyarakat tidak boleh merasa aman apalagi nyaman dalam zona kemiskinan. Kondisi itu harus dilawan dengan bangkit bekerja keras. Untuk itu pemerintah sebagai abdi rakyat, harus memiliki seribu langkah bagaimana mencegah kemiskinan yang terus mencengkram kehidupan masyarakat yang dipimpin,” tegas cagub NTT ini yang bertekad membangun NTT sesuai spirit yang sudah dilakukan di Sabu Raijua. (jdz/tim media)

Ket Foto : Bupati Marthen Dira Tome bersama Ny Irma Dira Tome-Doy diterima secara adat di rumah raja Alor Besar, Sabtu (15/10).