LAMALERA – Keresahan nelayan Lamalera, termasuk anak-anak Lefo Lamalera yang ada didiaspora, akan nasib tradisi penangkapan ikan paus tu ‘diutak-atik’ lagi, ternyata tidak! Tradisi warisan leluhur itu tetap dipertahankan. Tidak ada yang ganggu gugat. Lamalera yang telah menjadi destinasi wisata internasional ini pun tak dipersoalkan. Tradisi itu harus terus dijaga dan dilestarikan.
“Menangkap ikan paus yang hanya menggunakan sebilah bambu dan sepotong besi (tempuling) dengan berbagai pendekatan budaya, hanya ada di Lamalera. Tidak ada di belahan bumi lainnya. Karena itu, pemerintah wajib mendukung dan tetap mempertahankan tradisi penangkapan ikan paus yang dilakukan masyarakat Lamalera ini,” tegas Deputi Menko Maritim, Syafri Burhanudin dalam dialog dengan masyarakat di Neme Bataona, Lamalera, Senin (31/10).
Kedatangan Deputi Menko Maritim dan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata, Dadang Riski Ratmana, serta rombongan dari kementerian yang didampingi Penjabat Bupati Lambata Sinum Petrus Manuk itu, dalam rangkaian gelar Seminar Internasional tentang Pengembangan Destinasi Wisata Lamalera di Lewoleba, Selasa (1/11).
Rombongan kementerian berangkat dari Lewoleba menggunakan kapal cepat Fantasi dan disambut masyarakat Lamalera dengan parade penangkapan Ikan Paus menggunakan peledang , yang dilanjutkan dengan seremoni adat, sebelum dilakukan dialog bersama masyarakat Lamalera untuk mendapatkan input tentang polemik konservasi ikan paus.
Camat Wulandoni Paulus Sinakai menegaskan, “Laut kita semakin dalam dan luas tetapi laut hati kita semakin dangkal dan sempit”. Karena itu, ia menyerukan kepada pemerintah untuk meninjau kembali keputusan pemerintah tentang konservasi ikan paus yang berdampak pada putusnya mata rantai nafkah masyarakat Lamalera.
“Budaya kami dari gunung ke laut dan dari laut ke gunung dengan berbagai kekayaan tradisi, maka kami minta tradisi penangkapan ikan paus tetap dipertahankan,” tegas Sinakai.
Syafri Burhanudin juga menuturkan, pemerintah akan mengembangkan lagi satu destinasi wisata menonton ikan paus sembari tidak meniadakan tradisi penangkapan ikan paus ala Lamalera. Jadi akan ada area dan fasilitas yang dikembangkan dan di-support pemerintah untuk destinasi menonton ikan paus.
“Supporting lainnya dari pemerintah untuk masyarakat Lamalera adalah mengembangkan rumah-rumah milik masyarakat Lamalera menjadi homestay atau penginapan yang layak bagi wisatawan domestik maupun manca negara,” tegas Safri disambut tepuk tangan masyarakat Lamalera.
Dalam dialog ini terkesan adanya komitmen pemerintah untuk tetap menghormati dan mendukung tradisi penangkapan ikan paus, tetapi tidak ada sejenis pernyataan tegas pemerintah apakah menolak konservasi ataukah konservasi tetap dilakukan sembari melokalisir masyarakat Lamalera dengan mengembangkan destinasi wisata menonton ikan paus dan rumah rakyat sebagai homestay? Ini yang masih menjadi teka teki, yang mungkin akan dijawab dalam hasil seminar tersebut.
Destinasi Menarik
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT, Marius Ardu Jelamu, mengatakan, Desa Lamalera menjadi salah satu destinasi wisata menarik di daerah ini. “Lamalera dengan tradisi unik penangkapan ikan paus secara tradisional menjadi destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Ini harus dikembangkan dengan dikungan infrastruktur yang baik,” kata Marius Ardu Jelamu di Lamalera.
“Hebat dan luar biasa desa wisata ini (Lamalera). Tradisi yang diwariskan dari abad ke abad. Dari desa ini muncul tokoh-tokoh nasional seperti Ahli Bahasa Indonesia Prof Dr. Goris Keraf, mantan Menteri Lingkungan Hdup Soni Keraf, para wartawan terkenal seperti Bosko Beding Alex Beding, Marsel Beding dll. Terimakasih tanah Lamalera yang sdh mempersembahkan putra-putra terbaik untuk kemajuan bangsa dan negara. Saya begitu kagum dengan perjuangan orang-orang Lamalera. Seluruh hidup mereka bergantung pada laut. Mereka sangat ulet, pekerja keras dan penuh perjuangan. Banyak pastor dan suster bruder juga berasal dari desa ini. Hebat. Lamalera dengan tradisi penangkapan ikan paus tradisional memperkenalkan NTT dan Indonesia ke pentas dunia,” kata Marius.
Menuret Marius, Seminar tentang Ikan Paus yang diselenggarakan di Lewoleba, Selasa (1/11), menampilkan narasumber dari lima negara. Seminar ini, terselenggara atas kerja sama antara Kemenkomaritim Kemenpar, Dinas Pariwisata NTT dan Pemkab Lembata.
Ia menjelaskan, pada Senin 31 Oktober 2016, rombongan Kemenkomaritim bersama rombongan meninjau Desa Lamalera untuk menyaksikan peragaan penangkan ikan paus secara tradisional. Rombongan dari Jakarta ini didampingi Penjabat Bupati Lembata, Piter Manuk dan Kadispar NTT.
Marius melukiskan perjalanan Lewoleba-Lamalera sangat menakjubkan. Panorama alam sangat indah dan penuh pesona. Desiran gelombang laut menyanyikan kebesaran Sang Maha Pencipta menyatu dengan ribuan burung laut yang beterbangan di sekitar kapal cepat itu.
“NTT begitu kaya dengan panorama alam yang eksotik mempesona para wisatawan domestik dan mancanegara,” ujar Marius. (che/jdz)
Ket Foto : Deputi Menko Maritim dan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata, Dadang Riski Ratmana, sedang memberikan sambutan dihadapan warga Lamalera, Senin (31/10).