Syukur 25 Tahun Imamat RD Paskalis Wolor, Bupati Kanis Sebut Ini Bukti Kesetiaan dan Pengorbanan Bagi Gereja

oleh -210 Dilihat

RD Paskalis Wolor duduk berdampingan dengan Bupati Kanis Tuaq.

BELANG, mediantt.com – Suasana haru dan syukur menyelimuti Gereja Katolik Stasi Hati Kudus Yesus Belang di Desa Watukobu, Kecamatan Nubatukan, saat umat Katolik se-Dekenat Lembata, khususnya Paroki St. Fransiskus de Sales Pada, berkumpul merayakan 25 Tahun Imamat, Pesta Perak, RD. Wilhelmus Paskalis Tuke Wolor, Jumat (4/7).

Perayaan iman ini dipimpin oleh Pastor Wilhelmus, dihadiri oleh umat Stasi Hati Kudus Yesus Belang dan sejumlah tokoh masyarakat, termasuk Bupati Lembata, P. Kanisius Tuaq.

Dengan mengusung tema, ‘Jiwaku Memulihkan Tuhan dan Hatiku Bergembira karena Allah Juru Selamatku,’ membuat misa syukur berlangsung khidmat, penuh semangat kekeluargaan dan kekudusan. Umat memadati pelataran gereja, melantunkan doa penuh syukur dan nyanyian bermada pujian.

Dalam sambutannya, Bupati Tuaq menyampaikan proficiat atas dedikasi 25 tahun RD Paskalis dalam panggilan imamat. Dia mengatakan, perjalanan dua setengah dekade sebagai imam adalah bukti ketekunan, kesetiaan, dan pengorbanan besar dalam pelayanan kepada umat dan gereja.

“Atas nama pribadi, pemerintah, dan seluruh umat Katolik di Lembata, saya menyampaikan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya. 25 tahun bukan sekadar angka, melainkan cerminan dari keteguhan hati dalam melayani dan mencintai umat,” ungkap Bupati Kanis.

Bupati juga menegaskan, momen iman seperti ini seharusnya tidak berhenti pada selebrasi semata. Dia mengajak seluruh umat Katolik untuk menjadikan Pesta Perak ini sebagai momentum refleksi dan kebangkitan sosial.

“Kita membutuhkan tangan-tangan sejuk dari gereja. Suara kenabian dari para imam dan biarawan-biarawati sangat penting untuk mengurai berbagai persoalan masyarakat. Mulailah dari hal-hal kecil yang berdampak besar,” ujarnya.

Dia juga menyoroti beberapa tantangan sosial yang dihadapi masyarakat Lembata, mulai dari pengangguran, kemiskinan, hingga perilaku konsumtif dalam pesta dan kedukaan.

Dalam konteks itu, Bupati Tuaq kembali menyerukan kerja sama erat antara gereja dan pemerintah dalam upaya mendorong perubahan budaya hidup umat.

“Pemerintah akan mulai membatasi jam pesta dan jumlah penyembelihan hewan. Mari kita alihkan anggaran pesta ke pendidikan anak dan pengembangan ekonomi keluarga. Ini demi masa depan kita bersama,” tegasnya.

Bupati juga mendorong optimalisasi pemanfaatan lahan tidur menjadi lahan pertanian produktif dengan dukungan moral dan spiritual dari gereja. Menurutnya, gereja tidak hanya menjadi tempat doa, tetapi juga laboratorium penggerak perubahan sosial.

Di akhir sambutannya, Bupati Tuaq berharap perayaan ini menjadi inspirasi bagi para imam muda untuk tetap setia dan tangguh di jalan panggilan. Dia mengajak umat untuk terus mendoakan RD Wilhelmus agar tetap diberi kekuatan dan kesetiaan dalam pelayanan.

“Semoga Pesta Perak ini memperkuat komitmen Pastor Wilhelmus dalam melayani umat dan menjadi pelita di tengah gelapnya zaman,” katanya.

Perayaan kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah bersama umat dan tamu undangan, menandai sebuah peristiwa iman yang tak hanya bersifat seremoni, tetapi juga menjadi ruang kebangkitan sosial-rohani masyarakat Lembata. (baoon)