Menteri Siti Nurbaya Ingatkan, Jangan Eksploitasi Alam

oleh -24 Dilihat

ATAMBUA –  Puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia tingkat Provinsi NTT tahun 2017 yang dirangkai dengan penyerahan penghargaan pengelolaan Lingkungan Hidup Kalpataru serta penghargaan Adywiyata, digelar di Dusun Rai Ikun, Desa Tialai, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Rabu (19/7).

Peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia itu berlangsung meriah, dihadiri Wakil Gubernur NTT Benny Litelnoni, Bupati Belu Willybrodus Lay, Ketua Tim Penggerak PKK Belu Ny. Lidwina Viviawati, Bupati TTU Ray Fernandes, unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Eko Regio Bali/Nusra Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Rijaluzzaman, para Camat dan Kepala Desa se-kabupaten Belu dan unsur Tokoh Masyarakat serta masyarak desa Tialai.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya, dalam amanatnya yang dibacakan Wakil Gubernur Benny Litelnoni, mengatakan, sudah saatnya penanganan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan secara profesional, modern dan berwawasan lingkungan dengan memperhatikan fungsi lingkungan itu sendiri bagi kehidupan maupun aktivitas manusia. “Kita jangan lakukan eksploitasi terhadap alam dan lingkungan tetapi bagaimana pengelolaan lingkungan hidup dilakukan secara nyata dan sustainable (berkelanjutan-red) bagi kehidupan manusia dan kelestarian lingkungan itu sendiri,” kata Wagub Litelnoni, mengutip sambutan Menteri Siti Nurbaya.

Dikatakan, masyarakat perlu diajak lewat gerakkan menanam pohon, bukan melakukan eksploitasi terhadap lingkungan alam. Memperlakukan alam secara proporsional guna tercipta hubungan manusia dengan alam. “Saya mengajak segenap pengelola lingkungan hidup beserta masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan lingkungan hidup secara enterpreneurship agar nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam bentuk sumber daya alam (SDA),” katanya.

Wagub Litelnoni atas nama Pemerintah Provinsi dan masyarakat NTT menyampaikan terima kasih atas upaya Pemerintah Kabupaten Belu mendukung terwujudnya NTT sebagai Provinsi Cendana.  “Terima kasih kepada Bupati Belu yang telah melakukan budidaya cendana dalam mendukung tekad pemprov NTT menjadi provinsi cendana. Pemprov NTT akan memberikan perhatian kepada Pemkab Belu dengan menyalurkan anakan cendana untuk masyarakt di wilayah perbatasan,” kata Wagub.

Bupati Belu, Willybrodus Lay, mengatakan, budidaya cendana sudah dilakukan sejak 2003 dan saat ini terdapat 2.900 pohon cendana yang berusia 14 tahun, diatas lahan seluas delapan hektar di Desa Tialai. “Saya akan mendorong masyarakat Desa Tialai untu terus menanam cendana supaya dapat berkembang menjadi 5.000 pohon untuk dua tahun kedepan,” ujarnya.

Menurut Willy, saat ini sementara dirancang suatu gerakkan menanam cendana di Belu dengan melibatkan seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) lingkup Pemkab Belu untuk menanam cendana sebanyak 10 pohon di masing-masing rumah. ”Jadi kalau ada 500 ASN berarti cendana yang ditanam 5.000 pohon. Bahkan pada peringatan hari lingkungan hidup tingkat kabupaten di desa ini tahun 2016, saya sudah pernah menyerukan agar tiap desa menanam cendana diatas lahan satu hektar,” katanya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup NTT, Benyamin Lola, selaku ketua panitia, mengatakan, tema peringatan yang diusung tahun ini  “Vonnecting People Nature” sebagai tema nasional dan diadopsi menjadi tema provinsi, yaitu ‘Menyatu dengan Alam”.

Sebagai rangkaian peringatan tersebut, kata Lola, telah dilakukan bakti sosial dan seminar. Bakti sosial dalam bentuk penanaman anakan mangroof di sepanjang pesisir pantai pelabuhan pendaratan ikan (PPI) di Kolam Susu dan seminar dengan pembicara dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Padaa acara puncak, diberikan penghargaan Kalpataru Adywiyata kepada 24 penerima untuk kategori perintis lingkungan, penyelamat lingkungan, pembina lingkungan dan pengabdi lingkungan.

Para penerima penghargaan pengelo lingkungan tersebut, masing-masing, untuk perintis lingkungan, Pater Marianus Dapa talu, CSSR (Sumba Barat), Andreas A. (Manggarai Barat), Paulus H. (Manggarai Timur), Imanuel Plaituka (Alor), Datius (Sikka), Dominikus Dede (SBD), Alexius Diu (Ngada). Untuk kategori penyelamat lingkungan adalah Kelompok Tani Watu Otun (Sumba Timur),  Umbu Kawangu (Sumba Tengah). Kategori pembina lingkungan, Alex Abanat (TTS). Kategori pengabdi lingkungsn, Remigius Bodo (Nagekeo) dan kategori pengabdi lingkungan, adalah Servasius Bau dari kabupaten Belu. (son/hms/jdz)