Maumere, mediantt.com – Sebuah kasus baru ditemukan di Puskesmas Habibola, Kecamatan Doreng, Jumat (31/3). Seorang bayi laki-laki lahir sungsang dengan pantat lebih dulu keluar, namun tidak normal karena tanpa testis, atau dalam bahasa medisnya disebut hidrochocele neonatal.
Bayi dengan berat 2,8 kilogram dan panjang 48 centimeter ini adalah anak dari pasangan Fransiskus Nong dan Rodina Du’a. Ayah dari bayi ini teridentifikasi sebagai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Ini adalah anak keempat dari pasangan suami istri yang berdomisili di Dusun Doreng, RT 16 RW 006, Desa Nenbura, Kecamatan Doreng. Saat melahirkan usia kehamilan ibu bayi baru 37 minggu dari yang normal seharusnya 40 minggu.
Dokter Petrus Agustinus Gusti yang dihubungi melalui ponsel, menjelaskan pada bayi yang baru lahir (neo natal), penyebab tersering karena belum cukup untuk lahir atau prematur. Prematur itu biasanya karena testis belum jadi benar dan saluran dari perut menuju dalamnya scrotum (kanalis inguinalis) masih lebar, padahal seharusnya mengecil.
Penyebab tersering lainnya yakni akibat kelahiran sungsang dengan presentasi bokong atau bayi lahir pantat lebih dulu.
”Sehingga yang terjadi adalah scrotum atau hanya ada kulit kantungnya saja yang terisi dengan cairan. Bijinya atau testis tidak ada atau belum turun. Sebelum periksa kulit kantong berwarna hitam, namun setelah kami periksa atau transluminasi kulit kantungnya berubah warna menjadi merah,” jelas dokter Petrus.
Ia mengatakan, jika bayi lahir dengan pantat lebih dulu, penyebabnya karena scrotum menjadi bagian terendah, di mana waktu lahir scrotum menjadi locus minoris (tempat paling rentan) sehingga tekanan terkuat bayi membuat testis mengembang seperti meniup balon. Jika satu saja yang dialami, sudah berpotensi hidrochele neonatal. Pada kasus ini, katanya, bayi tersebut mengalami dua-duanya.
Menurut referensi yang dipelajari, kasus ini tidak berbahaya, karena 50% akan sembuh sendiri, dan 50% tidak bisa kembali normal. Yang tidak bisa kembali normal itu, tambahnya, akan berkomplikasi menjadi hernia. Secara medis, kata dia, harus dilakukan observasi sampai usia 1 tahun, jika tidak ada perubahan maka perlu operasi.
“Jadi kalau temukan kasus seperti ini, jangan apa-apakan bayi tersebut, termasuk jangan diurut, nanti tambah berbahaya. Kita observasi saja selama 1 tahun. Kalau tidak ada perubahan yah harus operasi,” terang dokter Petrus.
Untuk itu, ia menyarankan kepada ibu bayi agar rajin melakukan kontrol. Khusus untuk para bidan di Puskesmas Habibola, juga dia mengingatkan agar terus melakukan kontrol terhadap bayi ini. Apalagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka tengah mengoptimalkan program manajemen terpadu bayi sakit (MTBS), sehingga wajib bagi bidan mengunjungi bayi yang baru lahir ini 7 kali dalam seminggu.
Khusus untuk bayi ini, katanya, pihaknya akan mem-follow up secara ketat, dan itu bisa dilakukan lebih dari 7 kali dalam seminggu. Hal ini mengingat kondisi ayahnya yang terdiagnosa sebagai ODGJ.
Informasi yang direkam, orang tua bayi ini tergolong masyarakat dengan ekonomi sangat rendah. Sejak suami terdiagnosa ODGJ, ibu bayi ini menjadi tulang punggung keluarga. Saat hamil, dia terpaksa bekerja sebagai pengumpul batu untuk kemudian dijadikan kerikil demi kebutuhan hidup rumah tangganya. (vicky da gomez)
Ket Foto: Inilah kondisi bayi laki-laki yang dilahirkan di Puskesmas Habibola, Doreng, Jumat (31/3), di mana dilahirkan dengan sungsang dan tanpa testis.