Golkar tidak bisa lagi hanya mengandalkan sejarah dan struktur, tetapi harus memperkuat narasi dan regenerasi. Di sinilah HUT ke-61 menjadi momentum konsolidasi internal; menyatukan kekuatan lama dan energi baru.
20 OKTOBER 2025, Partai Golkar merayakan Hari Ulang Tahun ke-61. Peringatan ini bukan sekadar seremoni partai tua yang merayakan usia. Di balik suasana meriah jalan sehat, pasar murah, dan lomba kreasi pangan lokal, tersimpan makna politik yang lebih substansial: Golkar sedang meneguhkan kembali posisinya sebagai kekuatan sentral yang tetap relevan di panggung politik NTT.
Partai berlambang pohon beringin ini sadar betul bahwa kehadiran di tengah rakyat jauh lebih penting daripada sekadar simbol politik. Karena itu, tema “Golkar Peduli, Golkar Berbagi” tidak berhenti pada aksi sosial, tetapi menjadi cerminan strategi baru untuk merawat kedekatan dengan publik, terutama di tengah kompetisi politik yang makin dinamis.
“Golkar harus kembali menjadi rumah besar bagi semua golongan, bukan hanya untuk kader, tapi juga bagi masyarakat yang percaya pada kerja nyata,” ujar Ketua DPD I Partai Golkar NTT, Melki Laka Lena, satu ketika. Dia juga menegaskan bahwa semangat beringin tidak boleh layu oleh waktu, tapi harus terus berbuah bagi rakyat.
Golkar di NTT memang punya modal besar: jaringan kuat hingga ke akar rumput dan kader yang tersebar di berbagai posisi strategis pemerintahan. Di eksekutif, sejumlah kepala daerah masih berasal dari atau didukung Golkar. Di legislatif, Fraksi Golkar menjadi salah satu kekuatan penyeimbang yang aktif mengawal arah kebijakan pemerintah daerah; menjaga agar setiap keputusan tetap berpihak pada rakyat dan selaras dengan semangat pembangunan yang inklusif.
“Kami tidak ingin menjadi partai yang sekadar hadir di parlemen, tapi partai yang ikut menentukan arah kebijakan daerah. Kritik, dukungan, dan pengawasan adalah bentuk kepedulian politik kami,” kata Wakil Ketua Golkar NTT, Frans Sarong.
Namun di balik itu, ada kesadaran baru di tubuh Golkar NTT: tidak bisa lagi hanya mengandalkan sejarah dan struktur, tetapi harus memperkuat narasi dan regenerasi. Di sinilah HUT ke-61 menjadi momentum konsolidasi internal; menyatukan kekuatan lama dan energi baru.
Secara politik, arah Golkar jelang Pemilu 2029 tampak makin jelas. Partai ini tengah mempersiapkan mesin partai yang lebih milenial dan adaptif, sambil menjaga kemitraan strategis dengan kekuatan politik lain. Di tingkat lokal, Golkar tampak cermat menjaga keseimbangan: tetap mendukung kebijakan pemerintah yang pro-rakyat, namun kritis terhadap kebijakan yang dianggap tidak sejalan dengan kepentingan publik.
“Golkar ingin tampil sebagai partai rasional dan solutif, bukan reaktif. Kami belajar dari masa lalu bahwa politik harus memberi harapan, bukan hanya janji,” tutur seorang kader muda Golkar yang kini aktif di sayap organisasi kepemudaan partai.
Dengan strategi politik yang moderat namun fleksibel, Golkar berupaya menjaga posisinya sebagai jangkar stabilitas di NTT. Tidak terjebak dalam rivalitas jangka pendek, tetapi membangun citra sebagai partai yang matang, rasional, dan siap memimpin perubahan.
Bagi Golkar, 61 tahun bukan akhir perjalanan, tapi babak baru untuk menegaskan bahwa beringin masih tegak, akarnya dalam, dan daunnya tetap rindang menaungi masyarakat NTT yang haus akan kepemimpinan yang tenang, bekerja, dan berpihak pada rakyat. (jdz)
