Kupang, mediantt.com – Pemerintah Provinsi NTT terus menggencarkan upaya mengentaskan kemiskinan dengan berbagai terobosan, seperti program desa mandiri anggur merah, namun masih banyak juga warga NTT yang dkategorikan miskin. Hingga bulan Maret 2017, ada 21,85 persen warga yang dikategorikan miskin.
“Penduduk miskin di Nusa Tenggara Timur terus terkoreksi menurun. Pada Maret 2016 penduduk miskin 22,19 persen, September 2016 sebesar 22,01 persen, dan Maret 2017 sebesar 21,85 persen. Sedangkan pada September 2015, penduduk miskin di NTT 22,58 persen,” kata Gubernur Lebu Raya saat menyampaikan Pidato Kenegaraan dalam rangka memperingati HUT ke-72 Kemerdekaan Republik Indonesia di Kupang, Rabu (16/8/2017).
Ia menyebutkan, sejumlah faktor penyebab menurunnya angka penduduk miskin di NTT antara lain, inflasi kelompok bahan makanan sebesar 5,78 persen pada periode September 2016 sampai Maret 2017.
Faktor lain ialah bertambahnya jumlah penduduk, pengangguran terbuka pada Februari 2017 sebesar 3,21 persen, dan rendahnya penerimaan Rastra. “Pada Januari 2017, penerimaan raskin hanya 2,01 persen dan Februari 2017 sebesar 0,30 persen,” katanya.
Di bidang pendidikan, menurut Lebu Raya, kesadaran masyarakat NTT masih fluktuatif. Hal ini terlihat dari realisasi angka partisipasi kasar dan murni tahun 2016.
”Angka partisipasi kasar SD sebesar 112, 85 persen, SMP 98,96 persen, SMA/ SMK 77, 89 persen. Sementara angka partisipasi murni, SD mencapai 93, 49 persen, SMP 69, 24 persen dan SMA/ SMK 56, 47 persen,” sebut Lebu Raya.
Di hadapan para wartawan, Pimpinanan SKPD, Forkompinda NTT, juga Wakil Gubernur Benny Litelnoni, Lebu Raya menjelaskan, dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan, ada beberapa kendala diantaranya, jangkauan aktifitas antara pemukiman dengan letak sekolah yang berjauhan sehingga mempengaruhi daya jangkau siswa.
”Sebanyak 50 persen sekolah belum diakreditasi karena keterbatasan kuota. 23 persen guru belum sarjana. 21.213 dari 92.193 orang guru belum bersertifikasi. Juga kondisi sarana dan prasarana yang sebagian besar belum memadai. Kurangnya tenaga guru terutama dengan kualifikasi kuantitas dan kualitas tertentu,” tegasnya.
Selain itu, lanjut Gubernur dua periode ini, Pemprov NTT sedang melakukan penataan data guru akibat implementasi UU Nomor 23 tahun 2014 tentang urusan pendidikan menengah dan pendidikan khusus.
”Meski demikian yang sangat menggembirakan, yakni NTT mendapatkan penghargaan terkait kejujuran dalam pelaksanaan UN 2017 lalu,” ujarnya.
Pada aspek pembinaan kepemudaan, jelas, terus dilakukan melalui berbagai pelatihan, seperti pemuda perbatasan, usaha ekonomi, manajemen organisasi kepemudaan, wirausaha, pembinaan paskribaka serta jambore pemuda Indonesia.
”Pembangunan keolahragaan juga melalui keikutsertaan para atlit melalui pertandingan di berbagai cabang olahraga diantaranya, atletik, tinju, pencak silat, taekwondo dan kempo dalam berbagai momentum. Disamping prestasi nasional, salah satu prestasi yang menggembirakan yakni perolehan medali emas, perak dan perunggu di tingkat internasional untuk cabang olahraga kempo di California, Amerika,” tegasnya.
Menurut Lebu Raya, walau masih banyak kekurangan di bidang pendidikan, namun tingkat kelulusan pada semua jenjang pendidikan tahun 2017 mencapai 100 persen.
”Pencapaian ini merupakan hasil yang menggembirakan, namun Pemerintah Provinsi terus berupaya bersama pemerintah kabupaten/kota untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan karena penentuan kelulusan siswa berdasarkan pada hasil Ujian Sekolah (US) dan rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) masih rendah dengan kategori kelulusan B,” katanya. (jdz)