Herman Man Khawatir Kupang Jadi Kluster Baru, Sulit Dilacak!

oleh -62 Dilihat

“Kita takut jangan sampai Kota Kupang menjadi klaster baru dan itu amat sangat menyulitkan dalam pelacakan,”

KUPANG – Setelah adanya warga Kota Kupang yang terkonfirmasi positif Corona dari kluster Sukabumi, Pemkot Kupang melalui gugus tugas Covid-19 telah menerapkan berbagai tahapan. Tapi Wakil Walikota dr Herman Man justru takut dan khawatir jika Kota Kupang juga menjadi kluster baru. Jika itu terjadi maka sangat sulit dalam pelacakan.

“Kita di kota ini sudah melakukan 73 swab. 73 swab ini hasilnya 44 negatif dan 8 diantaranya positif. Sedangkan 29 sampel dalam proses laboratorium,” jelas Wakil Walikota Kupang, dokter Herman Man kepada pers di Kupang, Sabtu (02/05/2020) malam.

Saat itu dokter Herman didampingi juru bicara gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 NTT yang juga Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT, Dr. Jelamu Ardu Marius, M.Si dan juru bicara gugus tugas Kota Kupang yang juga Kabag Humas Setda Kota Kupang, Ernest Ludji, S.STP, M.Si serta Ike Mauboy, juru bahasa isyarat dari Komunitas Tuli Kupang (KTK).

Menurut dokter Herman, jika laboratorium RSUD Prof. Dr. W.Z. Johanes Kupang sudah bisa digunakan untuk memeriksa sampel swab maka hasilnya akan lebih mudah dan cepat diinformasikan kepada masyarakat.

“Nanti kalau tanggal 5 atau 6 Mei ini, kita di NTT sudah bisa melakukan pemeriksaan laboratorium; menurut saya itu akan mempercepat supaya notifikasi hasilnya akan diinformasikan dengan cepat,” tandasnya.

Karena itu, sebut dokter Herman, pihaknya meminta kepada masyarakat Kota Kupang untuk mematuhi protokol-protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh WHO maupun otoritas pemerintah. “Harapan dari Pemerintah Kota adalah jangan membuat klaster baru di kota ini. Cukup klaster yang dari luar. Jangan tiba-tiba nanti ada perkembangan baru; ada klaster Kupang kenapa klaster Kupang terjadi? Karena kita tidak patuh, tidak disiplin, sudah disuruh jangan berkumpul; jangan berkeliaran tapi warga Kota Kupang masih berkeliaran. Disuruh pakai masker masih banyak yang melanggar. Disuruh jangan berjualan; masih banyak yang melanggar. Kita takut jangan sampai Kota Kupang menjadi klaster baru dan itu amat sangat menyulitkan dalam pelacakan,” tegas Dokter Herman, serius.

Dokter Herman meminta bantuan kepada para tokoh agama untuk membantu Pemkot Kupang meminimalisir penyebaran virus corona. “Karena itu, saya minta warga masyarakat Kota Kupang melalui tokoh agama, tokoh masyarakat; sebar luaskan imbauan pemerintah. Jangan sampai orang akan mencerca kita di Kota Kupang sementara di tempat lain aman. Kita akan menjadi sumber penularan. Kita bersyukur karena belum ada tanda-tanda transmisi lokal. Jadi semua yang positif ini berasal dari luar NTT. Kekuatiran kita adalah ada warga Kota Kupang yang positif, tidak kemana-mana tapi dia positif. Ini yang kita takuti; ini yang disebut transmisi lokal,” kata mantan Kadis Kesehatan Kabupaten Kupang ini.

Dokter Herman juga menyampaikan tentang upaya Pemkot setelah dinyatakan ada 7 kasus positif di Kota Kupang, maka sejak 2 atau 3 hari lalu terutama Dinas Kesehatan Kota Kupang telah melakukan tracing. Dari tracing ini kita dapat memberitahukan bahwa :

Pertama, ada klaster dari Sukabumi. Ada kelompok yang baru datang dari Sukabumi; mereka berjumlah 13 orang. Secara jujur sejak tanggal 13 dan 14, Dinas Kesehatan Kota Kupang sudah mengetahui jumlahnya dan kita sudah melakukan kerja sama dengan SPN (Sekolah Polisi Negara) untuk mengisolasikan mereka. Tapi rupanya mereka itu datang dengan OTG istilahnya terbukti pada waktu diambil swab dan hasilnya ada 7 yang positif. Itulah yang diumumkan oleh Pemerintah Provinsi bersama dengan klaster yang lain.

Dari 13 orang itu 7 yang sudah diperiksa positif 6 sampai hari ini hasilnya belum masuk di Kota Kupang kita tidak tahu tapi tidak usah khawatir, kita sudah melakukan kerjasama 7 orang dirawat di ruang isolasi di RS Bayangkara. Sedangkan 6 masih diisolasi di SPN.

Terhadap 13 orang ini terutama 7 kasus positif ini puhaknya sudah melakukan kontak person dan dapatlah 17 orang. 17 orang ini dengan rincian 15 orang dari Kota Kupang dan 2 dari luar Kota Kupang. 15 orang ini rencananya akan dilakukan swab untuk memastikan kondisi mereka.

Sedangkan yang 6 belum ada hasilnya. Sekali lagi kita masih mengisolasikan mereka di SPN. “Saya yakin kerjasama dengan pihak kepolisian agak ketat isolasinya. Ini klaster yang pertama,” sebut dia.

Kedua, adalah klaster Gowa. Nama-namanya kita sudah miliki. Dan juga saya kira sudah ditulis di provinsi bekas kegiatan di Gowa Sulawesi Selatan. Mereka masuk ke Kota Kupang 6 orang, temannya yang di Labuan Bajo 2 orang positif. “Nah kami belum bisa memberikan hasilnya karena esok baru kita melakukan pemeriksaan dan mulai tadi pagi jajaran Dinas Kesehatan sudah mulai memperhitungkan waktu dia datang sampai sekarang ini tinggal dimana? kira-kira siapa yang dia kontak dan itu hasilnya positif maka orang-orang yang tadi kita sudah inventarisir awalnya itu akan kita tracing,” katanya

Yang berikut adalah klaster Magetan. Ini menurut data adalah anak-anak kita dari Kota Kupang yang pulang dari Magetan. Mereka ada 10 orang. Kita belum tahu hasilnya. Magetan ini tentu Madiun, Surabaya itu kan pasti kita semua sudah tahu mereka ada 10 orang. “Kita harapkan mereka esok juga kita sudah melakukan swab. Sehingga warga Kota Kupang, saya perlu informasikan bahwa saat ini sisa ODP kita itu sudah tinggal 50-an dan mulai kemarin 18 orang kami sudah mengambil swabnya. Sisanya Senin (4/5/2020). Sehingga kita memastikan ODP yang terakhir itu semuanya diperiksa swab. Kemudian yang sedikit kita perlu waspada di Kota Kupang ada 18 OTG; ini yang berpotensi,” tutur Dokter Herman.

Terkait rapid test? “Kita sudah melakukan rapid test terhadap 105 orang sejak awal kita terima sampai kemarin 105 orang dan rapid test positif itu 16 orang. Semua yang positif saya perintahkan diswab, Jujur hasilnya sampai sekarang belum ada. Kalau ada pun pasti kita hubungi dan kalau sudah ada dalam rekaman kita dalam rapid test alamatnya kita sudah tahu sehingga warga Kota Kupang tidak usah khawatir,” pinta Dokter Herman.

Sementara itu, juru bicara gugus tugas percepatana penanganan Covid-19 NTT yang juga Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT, Dr. Jelamu Ardu Marius, M.Si mengungkapkan, hasil riset para ahli menyebutkan eskalasi grafik penurunan virus corona secara global ada di negara Jerman, Korea Selatan, Australia dan New Zealand. “Menurun karena warga masyarakat sangat patuh dan taat terhadap protokol kesehatan yang ditetapkan WHO,” tandas Marius. (valeri guru/jdz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *