Bupati Sunur Minta Segera Buka Kembali Pasar Barter Wuladoni

oleh -19 Dilihat

Wulandoni, mediantt.com – Konflik berdarah antara Desa Pantai Harapan, Desa Wulandoni dan Desa Belobao, di wilayah Kecamatan Wulandoni, telah diakhiri dengan ritual adat Lamaholot pada Sabtu (5/8/).  Ritual perdamiaan atau dalam bahasa setempat disebut Sare Dame, menandai tidak ada lagi konflik. Masyarakat yang bertikai pun diharapkan menerima dengan hati tulus dan tidak lagi terprovokasi dengan hasutan pihak yang lain yang mau merusak perdamaian tersebut.

Pasca perdamaian tersebut, Bupati Lembata Eliaser Yantji Sunur meminta agar Pasar Barter Wulandoni yang sejak perisitiwa berdarah itu dipindahkan ke Lamalera B, harus segara dibuka kembali.

“Mulai hari ini, dengan adanya Sare Dame ini, mari kita semua terima dengan hati yang tulus. Masyarakat jangan terima orang yang suka menghasut perdamaian yang sudah kita rajut ini. Dan, saya berharap, aktivitas ekonomi harus dimulai dengan membuka kembali Pasar Barter Wulandoni,” tegas Bupati Sunur.

Selain Bupati Sunur, turut hadir menyaksikan ritual perdamaian itu antara lain, Wakil Bupati Thomas Ola Langoday, Wakil Ketua DPRD  Paulus Makarius Dolu, Kapolres Lembata AKBP Simatupang, Forkopimda, Kepala OPD,  Deken Lembata Romo Sinyo da Gomez,Pr dan Ketua MUI Lembata, H. Hidayatullah Sarabiti.
Bupati Yance mengatakan, ritual perdamaian itu memang memakan waktu lama, tapi upaya untuk perdamaian it uterus dilakukan sejak tahun 2014 oleh Camat ketika itu Paul Sina Kai Saba, yang kemudian dilanjutkan dengan perdamaian oleh Camat Raymundus Beda.

“Acara perdamaian ini bukan puncak. Tapi, yang paling penting adalah aktivitas ekonomi yang berjalan. Terutama, pasar Barter Wulandoni harus segera di buka agar aktivitas ekonomi masyarakat Wulandoni bertumbuh,” kata Bupati Sunur.

Bupati juga berharap agar warga tidak lagi mengingat kembali peristiwa berdarah tahun 2014 itu. Harus ada kesadaran bersama bahwa konflik itu tidak lagi dengan adanya perdamaian.

“Lupakan itu, karena berkelahi itu sakit. Jadi, mulai hari ini dengan Sare Dame, mari kita terima dengan hati yang tulus. Masyarakat jangan terima orang yang suka menghasut perdamaian yang sudah kita rajut,” kata Sunur, mengingatkan.

Bupati Sunur juga meminta masyarakat Wulandoni harus bersatu hati untuk bersama membangun dalam bingkai Satu Wulandoni, Satu Lembata, Satu NTT dan Satu Indonesia.

Lima belas desa yang ada di Kecanatan Wulandoni, kata Sunur, sangat indah. “Mari bersatu dan bersama mengisinya dengan berbagai aktivitas pembangunan,” ujarnya.

“Saya harap, aktivitas ekonomi harus dimulai dengan membuka kembali Pasar Barter Wulandoni. Jika tidak segera dilakukan, saya bisa pindahkan ke tempat lain,” kata Sunur.

Usai sambutan, Bupati Sunur dan Wabup Thomas melepaskan dua ekor burung Merpati sebagai simbol perdamaian, yang disaksikan berbagai tokoh, diantaranya Camat Wulandoni, Raymundus Beda, para Kepala Desa, Forkopimda dan Tokoh Agama.

Ritual adat perdamaian secara Lamaholot tu ditandai dengan pembacaan berita acara proses perdamaian dan pernyataan perdamaian yang ditanda tangani seluruh Kepala Desa, Camat Wulandoni, Tokoh Agama, Kapolres Lembata, Danramil, Wakil Bupati Lembata dan terakhir oleh Bupati Lembata. (jdz)

Ket Foto : Bupati Yentji Sunur dan Wakil Bupati Thomas Langoday ketika menghadiri Ritual Perdamaian di Desa Wulandoni, Sabtu (5/8).