Bupati Nagekeo Bilang; Ibukota Provinsi Flores Bisa Dimana Saja

oleh -67 Dilihat

Mbay, mediantt.com – Kendati Kota Mbay juga menjadi salah satu nominasi calon ibukota Provinsi Flores, sebagaimana yang diwacanakan selama ini, namun Bupati Nagekeo, Elias Djo, punya pendapat lain. Bagi dia, ibukota bisa di mana saja, yang terpenting adalah Flores sudah menjadi provinsi sendiri.

“Memang Mbay dinominasikan menjadi ibukota privinsi, tapi bagi saya bukan itu yang urgen. Yang yang terpenting adalah Flores harus menjadi provinsi sendiri. Ibukota provinsi bisa di mana saja, mau di Maumere, atau di Labuan Bajo, atau di mana saja,” kata Elias Djo ketika menerima Asosiasi Jurnalis Media Online (AMO) NTT di ruang kerjanya, Rabu (8/7/2015).

Ia menjelaskan, dalam kongres tentang provinsi yang digelar di Mbay, beberapa waktu lalu, ada lima kota yang diusulkan menjadi ibukota Provinsi Flores, yakni Maumere, Ende, Mbay, Labuan Bajo, dan Borong.

“Tapi soal kelayakan kota mana yang akan menjadi ibukota Provinsi Flores, kongres di Mbay telah merekomendasikan untuk dilakukan studi kelayakan oleh lembaga independen. Dan, kemungkinan besar akan dipercayakan kepada Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung,” kata Elias Djo.

Menurutnya, perjuangan Provinsi Flores sudah bulat, karena semua bupati sedaratan Flores dan Lembata telah menyatakan dukungan, dan diharapkan segera terwujud,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Persiapan Pembentukan Provinsi Flores (P4F) yang juga Bupati Kabupaten Ngada, Marianus Sae, mengatakan, Flores dan Lembata akan lebih cepat maju jika sudah menjadi provinsi sendiri.

“Selama ini potensi ekonomi NTT disuplay dari Flores. Karena itu, dari aspek itu, Flores sudah sangat kuat untuk bisa menjadi provinsi sendiri. Sumber daya alam dan sumber daya manusia juga sudah siap,” katanya kepada mediantt.com di Bajawa, Senin (6/7/2015).

Marianus Sae memberi analogi sederhana saja, setiap tahun pejabat dari Flores yang berdinas ke Kupang, kurang lebih seribu orang. Dalam sehari saja, kata dia, biaya yang dibelanjakan selama berada di Kupang untuk urusan dinas, bisa mencapai angka rata-rata Rp 1 juta. Bisa dikalkulasi saja dari semua pejabat yang ke Kupang. “Itu sumbagan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi di ibukota provinsi NTT, tapi apa yang Flores dapat untuk mendongkrak pertumbuhannya. Tidak ada dampak,” tegas kandidat kuat bupati Ngada dalam Pilkada serentak 9 Desember 2015 ini.

Ia juga menegaskan, Flores dan Lembata akan lebih cepat berkembang kalau menjadi provinsi sendiri. “Ini bukan soal ego, tapi dasarnya Flores sudah memiliki semua potensi sumber daya,” ujarnya.

“Perkembangan NTT lambat, Kota Kupang sebagai barometer saja begitu-begitu saja. Untuk itu, kalau NTT bisa bertumbuh dan berkembang cepat, Flores harus menjadi provinsi sendiri. Perkembangan akan dipercepat kalau memperkecil luas wilayah pelayanan,” katanya, yang dalam minggu ini akan ke Kupang untuk bertemu pimpinan DPRD NTT dan Gubernur. “Tapi karena Pak Gubernur masih dalam keadan sakit jadi kita akan bertemu dulu dengan pimpinan DPRD NTT untuk menyatukan pemahaman dan persepsi, dan membahas target yang mau dicapai,” katanya.

Ditanya soal sikap gereja yang belum memberi restu terhadap provinsi Flores, Marianus Sae mengatatakan, sebenarnya gereja sudah memberi sinyal dukungan dengan logika penguatan gereja lokal, dengan meningkatkan ekonomi rakyat yang juga umat adalah gereja.  (AMO/jdz)