NTT Layak Jadi Tempat Belajar Indahnya Perbedaan

oleh -47 Dilihat

Kupang, mediantt.com – Di tengah situasi bangsa Indonesia yang masih diwarnai diskriminasi dan tidak ada lagi saling menghargai perbedaan dalam kebinekaan, Provinsi NTT, masih dianggap sebagai tempat yang pantas dan layak bagi siapa saja datang untuk belajar tentang indahnya perbedaan. Alasannya, orang NTT sangat menghormati dan menghargai perbedaan sehingga selalu hidup dengan aman dan damai.

“Atas nama pemerintah dan masyarakat NTT, saya mengucapkan terima kash atas terpilihnya NTT sebagai tuan rumah Temu Sastrawan Mitra Praja Utama ke X tahun ini. Ini tentu menunjukkan bahwa daerah ini memang layak sekaligus tempat belajar tentang indahnya perbedaan. Meski alam kami gersang, namun hati kami tenteram. Suasana ini pasti akan dialami para sastrawan,” tutur Gubernur NTT, Drs Frans Lebu Raya dalam sambutannya yang dibacakan Asisten III Setda NTT, Klemens Meba, saat membuka “Temu Sastrawan Mitra Praja Utama X” di Hotel Pelangi, Jumat (16/10/2015).

Lebu Raya mengatakan, sastrawan mampu menyuarakan situasi NTT ini melalui berbagai karya sastra yang dihasilkan. Sebab, para satrawan seperti juga budayawan, tidak dibatasi oleh sekat-sekat adat, suku maupun agama. Para sastrawan menembus batas dan ruang-ruang perbedaan. Itulah sebabnya tema kegiatan ini “Sastra Meretas Perbedaan” harus benar-benar menginspirasi semua peserta.

Menurut dia, pilihan tema yang dilakukan panitia “Sastra Meretas Perbedaan” kemudian memilih sebuah pesantren di tengah mayoritas Kristen di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTTS) sebagai latar karya cipta sastra, latar kontemplatif, latar inspiratif, merupakan sebuah hal yang sangat luar biasa.

“Bagi saya, latar inspiratif seperti itu merupakan sebuah realitas sosial yang patut dipublikasikan. Sebab, di tengah hiruk pikuk pertikaian di berbagai belahan di daerah maupun dunia atas nama agama, di suatu tempat terpencil di tengah mayoritas masyarakat beragama Kristen berdiri kokoh sebah pesantren terbesar. Tidak ada gesekan apapun mengatasnamakan agama di daerah terpencil bernama Oeekam,” tandas Lebu Raya, mengingatkan.

Kegiatan ini bertujuan antara lain melestarikan kehidupan bersastra yang berlatar dari kekayaan daerah dan menjalin kerjasama berkesenian diantara para sastrawan peserta Mitra Praja Utama.

Kegiatan ini juga ditandai dengan peluncuran sebuah buku kumpluan puisi berjudul “Indahnya Perbedaan di Tenggara Nusantara”. Harapannya, akan lahir sebuah buku dari kegiatan ini yang diberi judul “Tonggak Tegak Toleransi”.

Kegiatan yang mengambil tema “Sastra Meretas Perbedaan” ini dihadirinya sedikitnya 90 orang, terdiri dari sastrawan, pencinta budaya dan pendamping yang datang dari sepuluh provinsi yakni Lampung, DKI, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, NTB dan NTT selaku tuan rumah. (*/jdz)