JAKARTA – Program kartu prakerja tidak akan menjamin pesertanya lebih mudah mendapat pekerjaan. Pemerintah menyebut program tersebut pada prinsipnya adalah bantuan sosial.
Tujuannya, pesertanya bisa bertahan pada masa pandemi ini sekaligus mendapatkan keahlian lewat pelatihan yang ditawarkan.
Direktur Komunikasi, Kemitraan, dan Pengembangan Ekosistem Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja Panji Winanteya Ruky menuturkan, kartu prakerja adalah program pemerintah untuk memitigasi sektor ekonomi dari dampak Covid-19. Anggarannya hanya Rp 20 triliun.
’’Hanya 5 persen dari program safety net pemerintah dengan total Rp 405 triliun. Sisanya ada bantuan langsung tunai program keluarga harapan dan bantuan sembako,’’ jelasnya, kemarin (23/4).
Hingga sore kemarin, dana bantuan kartu prakerja sudah diberikan untuk 168.111 peserta. Masing-masing mendapat Rp 3,55 juta yang dikirimkan ke virtual account atas nama peserta.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa pelaksanaan kartu prakerja kali ini pada dasarnya berbeda dengan konsep awal. Saat ini kartu prakerja menjadi bagian dari jaring pengaman sosial yang disiapkan pemerintah. ’’Program yang sebetulnya untuk reskilling dan upskilling karena situasi perekonomian semuanya serba mengalami shock,’’ terangnya.
Pelaksanaan saat ini bersifat temporer. Nanti begitu situasi normal, kartu prakerja dikembalikan ke konsep awal. Karena itu, sasaran prioritas saat ini adalah mereka yang terimbas Covid-19. Misalnya, pegawai yang dirumahkan (PHK) atau pekerja harian yang tidak mendapat penghasilan.
Selain mendapat skill tambahan lewat program, peserta disangga bantuan Rp 600 ribu per bulan selama empat bulan. Saat pandemi berakhir, pelatihan akan dilakukan secara 2 track, offline dan online.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, akan sia-sia jika pemerintah tidak menjamin lulusan prakerja terserap di lapangan kerja. ’’Program ini harus segera distop mumpung masih gelombang pertama. Pelatihan online di tengah krisis tidak relevan sama sekali,’’ tegasnya.
Laporkan Kartu Prakerja ke KPK
Sementara itu, aktivis Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) melaporkan program kartu prakerja ke KPK karena dinilai tidak transparan. Mereka mendesak KPK untuk proaktif dalam pencegahan korupsi melalui proyek kartu prakerja yang nilainya diperkirakan mencapai Rp 5,6 triliun.
Koordinator MAKI Boyamin Saiman menyatakan, beberapa dugaan potensi korupsi dan kerugian negara itu, antara lain, adanya indikasi markup harga program dan kesalahan perencanaan.
Di sisi lain, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) akan menyelidiki pelaksanaan program tersebut dari sisi persaingan usaha. Sebagai langkah awal, KPPU akan menggali informasi apakah delapan platform yang dipilih pemerintah sebagai mitra kartu prakerja tidak menyalahi aturan persaingan usaha.
’’Kami akan mendalami sistem penunjukan mitra tersebut karena nilainya sangat besar, Rp 5,6 triliun,’’ ujar Komisioner KPPU Guntur Saragih saat konferensi pers 23 April lalu.
Dia menyebutkan, dengan bujet sebesar itu, seharusnya terbuka lebar kesempatan bagi para pelaku usaha lain untuk ikut serta.
Ruangguru Perusahaan Indonesia
Sementara itu, platform Ruangguru kembali mendapat sorotan. Kali ini soal penyokong dananya. Berdasar data Ditjen Administrasi Hukum Umum (AHU) Kemenkum HAM, sebanyak 99,99 persen saham Ruangguru (Ruang Raya Indonesia) adalah milik Ruangguru Pte Ltd yang berada di Singapura.
Dari 21 pemilik saham di Ruangguru Pte Ltd itu, Adamas Belva Syah Devara dan Muhammad Iman Usman memiliki saham terbanyak. Masing-masing memegang 432.922 lembar saham.
Belva yang karena polemik kasus ini memutuskan untuk mundur dari staf khusus presiden memastikan bahwa isu saham Ruangguru yang mayoritas dimiliki Singapura adalah tidak benar. Dia mengklarifikasi hal tersebut di kolom komentar posting akun Instagram-nya. ’’Ya Ruangguru Pte Ltd yang di Singapura ya punya saya juga,’’ terangnya.
Belva menjelaskan, Ruangguru tidak hanya mengembangkan sayap ke Singapura, tetapi juga ke beberapa negara lain di ASEAN. ’’Kami juga ada perusahaan Ruangguru lain plus ratusan pegawai di Vietnam dan juga di Thailand,’’ lanjutnya. Semua milik dia, anak muda berkebangsaan Indonesia. (jawapos.com)