INOVASI Gelar Lokakarya III Bahas Grand Design Pendidikan NTT

oleh -58 Dilihat

Kupang, mediantt.com – Untuk mewujudkan kualitas pendidikan dan aksesibilitas pendidikan, serta pengelolaan pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang lebih baik dan bermutu, INOVASI menggelar Lokakarya III Grand Design Pendidikan Provinsi NTT.

Bertempat di Kantor Gubernur NTT, lokakarya ketiga yang berlangsung pada tanggal 11-13 November 2019 ini dihadiri oleh para pimpinan daerah dan pemangku kepentingan pendidikan dari 22 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kepada wartawan di ruang kerja Karo Humas Setda NTT, Kamis (7/11), Hironimus Sugi, Provincial Manager INOVASI Sumba, NTT, menjelaskan, saat ini di Indonesia ada lebih dari 55 juta anak yang bersekolah di PAUD/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK/MAK – negeri dan swasta. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1,35 juta anak bersekolah di 7.657 satuan pendidikan formal yang tersebar di ratusan pulau, kota dan desa di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Anak-anak ini akan memasuki usia produktif (15-64 tahun) pada tahun 2030. Karena itu peluang bonus demografi seperti ini perlu dipersiapkan dengan baik.

Karena itu, sebut dia, sangatlah penting memastikan bahwa anak-anak generasi emas NTT memiliki kemampuan dan daya saing yang baik untuk menghadapi dunia kerja global Abad 21.

Sejalan dengan Visi Gubernur dan Wakil Gubernur NTT “NTT Bangkit Menuju Sejahtera” khususnya dalam bidang pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), maka yang menjadi fokus perhatian adalah sebanyak 111.040 orang anak usia sekolah pada jenjang SD/MI sampai jenjang SMA/SMK yang saat ini drop out (data Susenas Pendidikan 2018) untuk dapat kembali ke sekolah formal atau dapat mengakses pendidikan luar sekolah lainnya.

Fokus yang lainnya, lanjut dia, adalah mempertahankan 1,35 juta anak usia sekolah yang sekarang berada di sekolah formal baik di jenjang SD/MI sampai dengan jenjang SMA/SMK untuk tidak drop out dan tetap mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

Menurut dia, mutu dan relevansi lulusan ditentukan oleh kuatnya sinergi kapabilitas antara 22 dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi dan kabupaten/kota; dengan 7.657 kepala sekolah; dan 92.448 guru. Sinergi kapabilitas yang berpihak pada proses pembelajaran. Para bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota di 22 kabupaten/kota se NTT pun berkomitmen untuk mewujudkan agar 1,35 juta anak NTT kelak masuk kelompok bonus demografi. “Salah satunya melalui lokakarya Grand Design Pendidikan Provinsi NTT,” katanya.

Sejak bulan September 2019, rangkaian lokakarya Grand Design ini telah diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT dengan melibatkan berbagai pihak. Grand Design ini bersifat strategis sekaligus operasional, yang dirancang berdasarkan isu-isu strategis, tujuan, sasaran, dan arah kebijakan strategi pencapaian sasaran pembangunan pendidikan dengan berbasis pada pencapaian SDG’s pemerintah.

Lokakarya I yang berlangsung di Kupang pada 11–13 September 2019 membahas isu-isu strategis berjenjang dan lintas-jenjang; Lokakarya II berlangsung di Kupang pada tanggal 9-10 Oktober 2019, merupakan perumusan visi-misi dan tujuan yang akan dicapai;

Lokakarya III yang berlangsung di Kupang pada 11-13 November 2019 bertujuan untuk membahas strategi pencapaian yang akan dilakukan bersama-sama. Pembahasan pada Lokakarya III juga meliputi profil pendidikan di NTT. Hal ini sangat berguna untuk memahami secara lebih kontekstual tentang pendidikan dan kebudayaan di NTT, baik itu yang telah berhasil dan yang belum.

Tantangan yang ditemui termasuk dalam hal kesenjangan atau disparitas kinerja antar sekolah/madrasah per jenjang di dalam dan antar kabupaten/kota se-NTT.

Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi NTT sejak tahun 2017 adalah bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui program INOVASI atau Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia, yang merupakan program kemitraan pemerintah Indonesia-Australia.

Program ini dilaksanakan di Pulau Sumba, dengan tujuan meningkatkan mutu hasil pembelajaran siswa kelas awal, terutama dalam hal kemampuan literasi dan numerasi, serta pendidikan inklusif.

“Dalam pelaksanaannya, INOVASI bekerja langsung dengan memperkuat kapasitas Fasilitator Daerah (FASDA) yang direkrut dari guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah setempat, yang mempunyai kemampuan lebih dalam bidangnya dan mampu menjadi fasilitator. Tujuannya adalah ketika program INOVASI berakhir; Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan memiliki tim FASDA yang memiliki kapasitas untuk melakukan pelatihan peningkatan kapasitas guru berkelanjutan melalui Kelompok Kerja Guru (KKG). INOVASI mendampingi Fasilitator Daerah untuk memfasilitatasi pelatihan dan pendampingan kepada guru, kepala sekolah juga bekerja bersama dengan orangtua dan pemerintah kabupaten serta pemangku kepentingan kunci lainnya di Sumba, NTT. Melalui pelatihan dan penguatan kapasitas yang dilakukan pada kegiatan di KKG dan KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), kami bekerja untuk menemukan dan memahami cara-cara yang efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran siswa SD di Sumba, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan literasi, numerasi dan inklusi” jelas Hironimus Sugi. (jdz)