Sulaeman Hamzah
LEWOLEBA, mediantt.com – Membangun masa depan Lembata yang lebih maju, harus dimulai dengan pemetaan zona pembangunan. Demikian pernyataan tegas H. Sulaeman L. Hamzah ketika menghadiri perayaan HUT ke-24 Otonomi Kabupaten Lembata di halaman depan Kantor Bupati Lembata, Kamis 12 Oktober 2023.
Sulaeman Hamzah, kala itu kepada media menjelaskan bahwa di usia otonomi Lembata ke-24 ternyata masih menyimpan berbagai persoalan, salah satunya adalah persoalan fiskal.
Baginya, ketergantungan Lembata terhadap fiskal begitu tinggi. Hampir sebagian besar belanja pembangunan di daerah mengharapkan dana transferan dari pusat, sementara PAD sendiri begitu kecil untuk menopang kemajuan Lembata.
Sebagai langkah solutif, Sulaeman Hamzah menawarkan gagasan pembangunan berdasarkan zona kawasan. Ia meyakini, dengan adanya zona pembangunan akan mempercepat kemajuan di Lembata.
“Kalau dibagi zona pembangunan, ini akan sangat bisa mewujudkan rencana-rencana pembangunan ke depan,” ungkap putra asli Ile Ape ini.
Namun demikian, ia menyadari tantangan pemerintah daerah saat ini begitu besar. Dengan keterbatasan anggaran yang kecil, tentunya pemerintah tidak serta-merta mewujudkan harapan tersebut.
“Menurut saya, dengan anggaran yang kecil tadi, kita pastikan bahwa pemerintah daerah juga kewalahan mengalokasikan anggaran itu, dengan kebutuhan masyarakat di sentra-sentra tertentu. Katakan di sentra pertanian atau di kelautan dan perikanan,” ujar tokoh pejuang otonomi Lembata ini.
Walaupun demikian, dengan kondisi Lembata saat ini, ia tetap optimis Lembata pasti maju, asalkan pola pembangunan daerah harus menggunakan zona kawasan. Inilah peta jalan yang ditawarkan oleh salah seorang tokoh pejuang dibalik kesuksesan otonomi Lembata 12 Oktober 1999.
Untuk memperkuat keyakinannya, ia memberikan ilustrasi atau contoh mode zona pembangunan yang diinginkan, seperti di sektor pertanian. Kita ini mengharapkan pertanian padahal daerah kita daerah kering. Cura hujannya saja maksimal hanya tiga sampai empat bulan, selebihnya kita kemarau panjang.
Karena itu, kalau pemerintah masih mau mendorong sektor pertanian, maka menurutnya, pemerintah harus membagi zona. Zona pegunungan harus dimaksimalkan dengan komoditi yang bertahan dan bisa menghasilkan untuk nama besar Lembata seperti kemiri.
“Saya kira komoditi kemiri mungkin perlu dilirik oleh pemerintah. Pemerintah siapkan bibit dan bantu masyarakat membibitkannya. Yakin bahwa ini pasti bisa jalan,” ungkap legislator DPR RI partai Nasdem ini.
Lanjutnya lagi, “Begitu juga daerah yang sekitar Ile Ape. Yang kering kerontang, saya kira ini bisa dimaksimalkan dengan tanam singkong saja. Kenapa tidak! singkong ini tanpa dikasih makan, tapi setahun dia bisa menghasilkan luar biasa,” tegas Sulaeman Hamzah.
Kalau ini dimaksimalkan oleh pemerintah dengan membuka pasarnya disini dan mendirikan pabrik tepung tapioka saja, ia yakin satu komoditi ini juga bisa membawa nama besar Lembata dengan ekspor tepung tapioka nya saja.
Selain itu, keuntungan lain, PAD-nya kita dapat, rakyat juga menikmati manfaatnya karena perputaran uang beredar di sini. Dan terpenting bahwa pada akhirnya masyarakat sejahtera dan nama besar Lembata semakin dikenal.
Hal-hal inilah yang mestinya dilakukan pemerintah untuk menjadikan Lembata lebih maju, sehingga tujuan dan harapan tokoh-tokoh pejuang Lembata di tahun 1954 dan 1999 untuk mewujudkan otonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat, bisa terwujud. (baoon)