Melki Laka Lena
KUPANG, mediantt.com – Program pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di sejumlah daerah di Indonesia melalui metode penyebaran nyamuk Wolbachia, mendapat penolakan di mana-mana.
Mulai dari Jakarta, Bali hingga Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Masyarakat menolak karena khawatir terhadap dampak buruk yang timbul dari penyebaran nyamuk tersebut.
Di Jakarta, warga menggelar unjuk rasa di depan Kantor Kemenkes, sedangkan di Kota Kupang, Ketua Yayasan Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni menyurati dinas kesehatan menolak penyebaran nyamuk itu di NTT. Penolakan juga datang dari para ilmuwan dan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari.
Namun, jauh sebelum munculnya pro kontra di masyarakat, Wakil Ketua Komisi IX DPR Melkiades Laka Lena pernah mendatangi lokasi penelitian nyamuk Wolbachia di Yogyakarta.
Kedatangan wakil rakyat dari Dapil NTT 2 ini ke Yogyakarta untuk membuktikan reaksi yang timbul pada tubuh manusia jika digigit nyamuk Wolbachia.
“Saya pernah digigit nyamuk yang sama yaitu Wolbachia. Puluhan nyamuk,” kata Melki kepada wartawan di Kupang, Selasa (28/11/2023).
Melki mengaku digigit nyamuk di bagian tangan. “Sampai saat ini saya tidak masalah,” ujarnya.
Dia menambahkan, Selasa (28/11) siang Komisi IX DPR RI akan membahas masalah nyamuk Wolbachia ini dengan Menteri Kesehatan. “Hasilnya akan saya sampaikan setelah kembali ke Kupang,” kata Melki.
Dikutip dari tempo.co, Peneliti Wolbachia dari Universitas Gadjah Mada, Riris Andono Ahmad, menjelaskan, walau efek gatal akibat gigitan nyamuk ber-wolbachia masih sama dengan nyamuk aedes aegypti umumnya, namun nyamuk tersebut tak menularkan lagi virus dengue.
Menurut dia, Wolbachia pada nyamuk umumnya hanya berdiam diri dalam tubuh nyamuk dan tak ditransmisikan kepada manusia saat nyamuk menggigit. (lnc/jdz)