(Catatan Herman Musakabe buat Pj Gubernur NTT)
BEBERAPA hari belakangan ini ada saran dan masukan dari teman-teman di Kupang, yang minta saya menulis di WAG untuk mengingatkan tentang peninggalan pendahulu yang PATUT dilestarikan sebagai ciri khas daerah NTT.
Setiap pemimpin mulai dari Bapak Lalamentik, El Tari, Wang Suwandi, Ben Mboi, Hendrikus Fernandez sampai dengan saya, telah meninggalkan hal-hal yang dianggap baik untuk diteruskan oleh pemimpin berikutnya secara estafet. Kesinambungan kepemimpinan di daerah Itu PENTING, ibarat lari marathon bukan sprint.
Saya sampaikan beberapa kebijakan semasa kepemimpinanku (1993-1998) untuk diketahui, sebagai berikut.
1. Setiap Hari Kamis PNS/ASN Wajib menggunakan baju berbahan tenun ikat. Kebijakan ini dibuat pro rakyat kecil agar mama-mama penenun di desa-desa dapat penghasilan, dan dibeli oleh PNS yg berpenghasilan tetap. Juga berdampak positif pada para penjahit pakaian, penjual tenun ikat, papalele, UMKM dan toko-toko souvenir. Pemakaian busana tenun ikat ini sudah berjalan hampir 30 tahun dan patut kita syukuri. Kita jaga dan lestarikan sebagai ciri khas BUDAYA daerah Flobamora tercinta, sekaligus bantu ekonomi rakyat kecil. Presiden Jokowi pun sudah memberi contoh dan teladan dengan memakai pakaian adat tenun ikat daerah TTS pada upacara 17 Agustus di istana Negara dan DPR.
2. Doa sebelum dan sesudah apel bekerja. Doa sebelum bekerja bagi PNS ini juga sudah berlaku hampir 30 tahun untuk memohon bimbingan dn kekuatan Tuhan karena serba keterbatasan manusia. Mohon doa ini tetap dilestarikan sebagai ciri khas PNS Pemprov dan Pemkab/Kota NTT yang religious dan selalu memohon bimbingan Tuhan.
3. Ada 3 bangunan fisik peninggalan masa kepemimpinan saya di Kupang, yakni GOR Flobamora dengan kapasitas 7.000 orang untuk olahraga indoor dan pertemuan skala besar; Aula El Tari untuk berbagai pertemuan dan rapat kerja serta Arena Promosi Kerajinan Rakyat Fatululi, yang terdiri dari 12 Lopo adat kabupaten/kota, stand dinas-dinas serta lapangan luas beraspal untuk kegiatan publik.
GOR Flobamora dan Aula El Tari masih berfungsi tapi Arena Fatululi sudah beralih fungsi menjadi mall dan RS Siloam. Padahal ketiga bangunan tsb diresmikan oleh Presiden RI Soeharto dengan penanda tanganan Prasasti. Harusnya alihfungsi bangunan tersebut disampaikan secara terbuka dan transparan kepada publik. Kurang menghargai pendahulu, tapi sudahlah apa boleh buat.
Karena itu, saran saya untuk Penjabat Gubernur NTT Ayodhia Kalake, adalah:
1. Dengan masa jabatan relatif singkat hanya 1 tahun, maka lebih baik Bapak Penjabat Gubernur fokus bekerja untuk pembenahan birokrasi pemerintahan, konsolidasi keuangan daerah dan persiapan pemilu, pilkada termasuk pilgub dan Pilpres agar lancar, aman, jurdil. Tugas ini tidak ringan mengingat SDM dan anggaran yang terbatas serta geografi NTT yang kepulauan.
2. Pola kerja di Pusat dan Daerah agak beda tidak bisa disamakan. Apalagi daerah NTT dengan kekhasan (maaf) mayoritas Kristen Protestan dan Katolik, dengan kearifan budaya lokal tidak bisa disamakan dengan pola pemerintah pusat. Juga tugas Gubernur / kepala daerah sebagai Administrator Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan perlu kerja sama dan kordinasi dengan tokoh masyarakat, agama dan adat setempat. Tidak bisa berjalan sendiri.
3. Menjaga peninggalan pendahulu, fisik dan non fisik, yang dianggap baik dan pro rakyat agar dilestarikan sebagai warisan nilai budaya, nilai moral dan ciri khas daerah NTT.
4. Menjaga NTT sebagai daerah dengan toleransi beragama tertinggi agar predikat tersebut tetap eksis. Tolong jangan bereksperimen atau membuat kebijakan baru yang berpotensi mengganggu kehidupan toleransi beragama yang sudah berjalan baik.
Demikian saran pendapat saya sebagai orangtua, pendahulu dan Sesepuh masyarakat Diaspora NTT demi kebaikan bersama.
Bae sonde bae, NTT lebe bae.
Tuhan memberkati (*/jely)