UPTD Museum NTT Bedah Makna Dibalik Tenun Ikat Malaka

by -158 views

Kegiatan Seminar Kajian Tenun Malaka yang digelar oleh UPTD Museum NTT. 

KUPANG, mediantt.com – Kantor UPTD Museum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali menggelar seminar tahunan. Kali ini membedah khusus soal Kajian Tenun Malaka.

Seminar ini dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Linus Lusi, dengan narasumber Ketua Dekranasda Kabupaten Malaka dr. Maria Martina Nahak, Drs. Leonardus Nahak dan Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Undana Dr. Petrus Ana Andung,S.Sos.,M.Si.

Kepala UPTD Museum Daerah NTT Aplinuksi Asamani, S.Sos., M.Si dalam laporannya mengatakan, tujuan Seminar itu digelar, untuk memperkenalkan kain tenun Malaka kepada masyarakat luas dan generasi muda agar mencintai, mempromosikan, melestarikan tenun ikat Malaka dan menggunakan tenunan Malaka sebagai pakaian sehari-hari sebagai kekayaan budaya NTT.

“Dengan mengungkap makna dibalik kain tenun Malaka, maka kain tenun Malaka akan makin dicintai,” Aplinuksi Asamani.

Menurut dia, peserta dalam kegiatan seminar terdiri dari para pejabat instansi terkait, akademisi dari beberapa perguruan tinggi di Kota Kupang, pelaku budaya, pemerhati budaya, pelaku wisata, ketua dan perwakilan etnis Malaka dan Belu, mahasiswa dari beberapa PT dengan total peserta 200 orang.

“Latar belakang digelarnya seminar kajian kain tenun Malaka berdasarkan UU No 11/2010 tentang Cagar Budaya dan Permen RI No 66/2015 tentang Museum,” jelasnya.

Dia juga mengatakan, Museum adalah tempat melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan koleksi dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat.

“Maka seminar ini digelar untuk memperoleh masukan, saran dalam melengkapi dan memperkaya informasi koleksi,” terangnya.

Ia menambahkan, Seminar Kajian akan rutin dilaksanakan setiap tahun di UPTD Museum provinsi NTT, dan dalam kajian Tenunan Malaka kali ini dengan tema mengungkap makna dibalik motif tenun Malaka.

Hal ini agar pengelola museum dan masyarakat lebih mengetahui lebih luas tentang tenunan Malaka yakni tentang sejarah, nilai, fungsi, dan arti atau makna benda tersebut dalam masyarakat pemilik tenun ikat.

“Tujuan Seminar yakni memberikan informasi dan pemahaman bagi semua lapisan masyarakat dan menjadikan museum sebagai pusat studi budaya untuk melestarikan warisan budaya, menambah wawasan tentang kain Tenun Malaka, khususnya dari sisi sejarah, fungsi, dan motif ragam hiasnya dan menjadi wadah untuk bertukar pikiran bagi peneliti, akademisi, maupuhln publik yang ingin belajar tentang koleksi tenunan Malaka,” tegas Aplinuksi Asamani.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provins NTT Linus Lusi mengatakan, kegiatan itu merupakan moment yang sangat berharga, karena Museum menggelar kegiatan membedah simbol-simbol di balik kain tenun Malaka.

Linus Lusi berharap, dengannya masyarakat makin mengenal, mencintai dan menjadikan tenun Malaka sebagai pakian sehari-hari, maka bisa berdampak pada sumber pendapatan secara ekonomi.

Drs. Leonardus Nahak dalam pemaparan materinya menjelaskan sejarah, ragam motif dan makna kain tenun ikat bagi masyarakat Malaka.

Menurutnya, bagi masyarakat NTT secara umum, menenun merupakan nafas hidup penenun sebagai pengabdian dan perwujudan kecintaan akan budaya.

“Tapi ada kelemahan dari museum yang memberi nama tanpa mau mencari tahu makna dibalik kain tenun sesuai jenis tenunan dan motif. Di Museum ada koleksi, ada originalitas, represntatif, kebanggaan, repatriasi dan alasan mengapa dikaji. Tenunan menjadi hal yang snagat seksi di India dan tenunan menjadi primadona,” jelas Drs. Leonardus Nahak.

Ia menjelaskan, motif Tenun Malaka yakni futu (ikat), Fafoit adalah motif dibentuk dengan cara diikat. Semebtara Ciri tenun Malaka adalah Lotuk (lembut), mon (jernih) dan ktetuk (penempatan gambar pada frame dengan tepat).

Jenis motif tenun Malaka antara kain disebut Taia Maho Naran/titemisme. Motif tenun Malaka Lafaek (buaya) yang dibuat dalam berbagai bentuk yakni tunggal dan ganda, Bereleku Knuk, Silu Kesak, Futus Kukit, Surik Ulun, Fafoit Laho, Manlea, Sasui, enintais, mutin, mutin kodi kanai loro liurai atau tenunan kain putih yang biasa dipakai dalam ritual adat kematian, Tais Nai Nurak, Ri Hitus, Futus Baria Fuan, Marobo Waiwiku, Ai Funan.

Ia menjelaskan secara historis, tenunan merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.

Karena merupakan kearifan lokal, maka tenun Malaka memiliki fungsi sebagai Penanda sebuah komunitas, Elemen Perekat (aspek kohesif) dalam masyarakat, unsur kultural yang ada dan hidup dalam masyarakat, warna kebersamaan sebuah komunitas.

Tenun ikat juga menjadi jalan komunikasi simbolik. Komunikasi simbolik melalui tenunan maksudnya menjadi tanda yang dapat mewakili makna suatu fenomena atau peristiwa dalam kehidupan sekitarnya yang dilambangkan dalam motif dalam tenunan Malaka.

“Simbol fisik dalam tenun Malaka dapat dilihat dari motif dan corak yang melekat pada kain Tenun Malaka yang biasa dipakai dalam event atau ritual tertentu misalnya perwakinan secara adat, kematian dan tata cara budayaainnya dalam masyarakat Malaka,” terangnya.

Simbol verbal pemaknaan dan nilai-nilai yang melekat pada tenunan Malaka secara umum ataupun makna-makna filosofis yang terkandung di dalam motif dan corak Tenunan Malaka yang disebut budaya simbolik yang tak berwujud berupa nilai dan norma filofofis (Ritzer, 2016) budaya simbolik yang tidak berwujud ini berupa kumpulan keyakinan atau kepercayaan, nilai, norma dan bahasa.

Ia menambahkan, Tenunan Malaka merupakan salah satu karya busaya yang mengandung pesan-pesan komunikasi simbolik. Karya tenun dalam berbagai bentuk dan corak mengkomunikasikan berbagai nilai dan pesan-pesan filosofis, religius, social dan bahkan tidak sedikit memuat pesan-pesan magis. Tenun Malaka dipandang sebagai salah satu instrumen komunikasi simbolik dalam masyarakat Malaka. (jdz)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments