Mahasiswa Arsitek Undana ‘Belajar’ Keunikan Arsitektur Rumah Adat di Lamalera

by -846 views

LAMALERA tidak hanya terkenal ke dunia internasional karena penangkapan ikan paus secara tradisional, tapi juga keunikan budaya lainnya. Salah satunya itu rumah adat yang berstruktur tradisional. Hingga saat ini tidak pernah dirubah. Asli. Inilah yang menjadi daya tarik mahasiswa arsitektur Undana Kupang. Berikut laporan Koresponden mediantt.com, Frans Keraf, dari Lamalera.

Sebanyak 59 orang mahasiswa mahasiswi dari Fakultas Teknik Undana Kupang telah tiba di Desa Nelayan Tradisional Lamalera pada 9 Agustus 2023. Para mahasiswa Undana dari jurusan Arsitektur ini datang ke destinasi Wisata Dunia itu untuk melakukan Survei Budaya atau mempelajari Budaya Rumah-rumah Adat Berstruktur Tradisional.

“Bangunan rumah-rumah adat sudah mengalami perubahan karena perkembangan teknologi. Namun dilihat dari struktur bangunan masih mempertahankan pola lama. Tidak memiliki slof dasar dan atas. Hanya ikatan batu bata dan pada ke-empat sudut bangunan rumah yang tidak menggunakan beton dan masih menggunakan batu bata yang disusun untuk menyatukan sudut rumah agar kuat dan tetap kokoh,” kata seorang mahasiswa, setelah melakukan survei.

Dilaporkan, semua mahasiswa berdomisili di Desa Lamalera B, namun mendengar bahwa Lamalera A, adalah bagian Desa Nelayan Lamalera, yang juga memiliki satu kesatuan adat tradisi dan budaya, maka mereka berkesempatan melaporkan diri ke Pemerintah Desa Lamalera A. Mereka pun bertemu Kepala Desa Yakobus Gelau Tufan.

Para mahasiswa diterima oleh Kades dan berdialog di halaman rumah adat Suku Tufaono yang adalah tuan tanah. Mereka banyak menggali informasi seputar sejarah asal usul orang Desa dan juga sejarah berdirinya Desa Lamalera.

Kades Lamalera A lalu menjelaskan secara garis besar tentang awal kedatangan orang Lamalera sampai menetap di Lamalera, yaitu oleh suku Tanah Krova yang adalah Raja, Suku Lefohajo sebagai Nelayan dan suku Lamanudek sebagai Arsitek.

“Sampai saat ini tidak ada dokumen tertulis, kecuaki cerita lisan, tentang sejarah berdirinya atau belum ada tanggal yang pasti karena pemerintahan desa pada saat itu di kuasai oleh Kepala Hamente yang adalah pendukung pemerintah zaman kolonial Belanda. Kami akan membentuk team untuk mendapat jawaban dari di Raja Larantuka soal ini,” kata Kades Yakobus.

Ketua Tim Survei dari Mahasiswa Arsitek Undana, Yohanes F. Batista, mengatakan, kehadiran mereka di Lamalera bukan untuk Kuliah Kerja Nyata (KKN), tetapi untuk mempelajari budaya dan rumah-rumah adat yang berstruktur tradisional.

“Kegiatan (survei) yang sedang mereka jalankan ini disebut sebagai Kuliah Lapangan. Dan ini merupakan program tahunan bagi mahasiswa Semester 5 dari Fakultas Teknik Jurisan Arsitektur. Program ini sudah dimulai sejak tahun 2007, dan kami adalah angkatan ke-16,” jelas Batista.

Hadir mendampingi mahasiswa dua orang dosen Arsitek yakni Andre Amaby, ST, MT, dan I Gusti Wiras Hardy, ST.MSC. Andre Amabi berkata, ada banyak desa di kabupaten lain sudah dikunjungi. Dan, untuk Kabupaten Lembata ada dua desa yaitu Desa Jontona di Kecamatan Ileape dan Desa Lamalera di Kecamatan Wulandoni.

Belum Tepat

Penjelasan Kades Lamalera A soal sejarah Lamalera belum tepat dan diklarifikasi oleh Jefri Bataona, tokoh muda Desa Lamalera B, yang juga Guru SMKN 1 Lamalera. “Apa yang disampaikan oleh Kades Lamalera A dan dikutip itu belum tepat. Karena saat Levo Lamalera ini dibangun, dulu Tana Krova bukan lagi raja, dan Suku Levohajo itu “kbelek” atau yang memimpin kampung ini. Sementara narasi untuk Suku Lamanudek itu sudah benar,” jelas Jefry Bataona.

Menurut Jefry Bataona, awal terbentuknya Levo Lamalera adalah nenek moyang kami yang datang dari ‘Leppe Batte’ dan yang telah melalui beberapa persinggahan dan akhirnya menetap di tanah Gesi Gueng Raja dan Libu Lamamau. Di saat moyang kami mulai membentuk Levo Lamalera ini, Suku Tana Krova sudah tidak dalam kapasitas sebagai raja. Statusnya sudah hilang.

Jefry juga nengatakan, moyang Lamalera saat itu dipimpin oleh Suku Lefo Hajo yang disebut ‘Atakbelek’. Dari suku Lefohajo yang adalah pemimpin inilah lahir suku ‘Lika Telo’ (Blokololo, Bataone, dan Lefo Tuke), yang bersama kedua tuan tanah memimpin Lefo Lamalera dengan tugas, tanggung jawab serta fungsinya masing sampai dengan saat ini.

“Intinya adalah bahwa Suku Tana Krova di saat lefo Lamalera dibentuk, sudah tidak dalam posisi atau tidak dalam kedudukan sebagai raja dan ini fakta sejarah yang ada dalam ‘lieng usu asa,” tegas Jefry Bataona. (jdz)

5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments