LEWOLEBA, mediantt.com – Yayasan Suluh Insan Lestari menggelar Seminar yang khusus membedah bahasa daerah di wilayah Lembata. Seminar ini sebagai upaya melestarikan budaya bangsa dan menggalang komitmen berbagai pihak, terutama tokoh masyarakat dan generasi muda.
Seminar di Aula St. Pius X, Lewoleba, Kamis (27/7/23), ini menghadirkan narasumber dan peserta dari berbagai latar belakang, termasuk kepala OPD, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemerhati bahasa, dan budaya, serta undangan lainnya.
Penjabat Bupati Lembata, Matheos Tan, dalam sambutannya mengingatkan pentingnya bahasa daerah sebagai salah satu kekayaan bangsa Indonesia. Ini disampaikan melalui Plt. Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Donatus Boli, di Aula St. Pius X, Lewoleba, Kamis (27/7/23).
Bupati Tan menjelaskan, bahasa daerah tidak hanya sebagai alat komunikasi bagi masyarakat, tetapi juga sebagai pendukung bahasa nasional, bahasa Indonesia.
Karena itu, ia mendorong perlu digali lebih mendalam keunikan bahasa daerah demi kelestarian dan keberlanjutan tradisi budaya.
Sementara Yayasan Suluh Insan Lestari, melalui survei yang dilakukan terhadap 6 bahasa daerah di wilayah Lembata, yakni bahasa Kedang, Ile Ape, Lewo Eleng, Lewuka, Lamatuka, dan bahasa Lamalera, telah membantu dalam memahami kondisi bahasa daerah di Lembata.
Bupati Tan sangat mengapresiasi dan berharap hasil survei tersebut menjadi bahan diskusi dalam seminar.
Petrus Lambe, Wakil Direktur Program dan Kemitraan Yayasan Suluh Insan Lestari, mengatakan, identitas suku-suku dan bahasa dapat tetap terjaga melalui penggunaan dan pelestarian bahasa daerah, meskipun dihadapkan dengan pengaruh budaya global.
Dia menekankan pentingnya komitmen bersama dari pemerintah, gereja, tokoh masyarakat, dan pegiat bahasa dan budaya dalam menjaga identitas dan bahasa daerah.
Seminar ini berhasil menyatukan kepala OPD, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemerhati bahasa dan budaya, serta undangan lainnya dalam diskusi kelompok untuk merumuskan, mengevaluasi, sekaligus memberikan usulan bagi pemerintah daerah.
Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata, melalui Sekretaris, Jullius Jumat Tapo, menyambut baik rekomendasi penting yang dihasilkan dari seminar tersebut, terutama terkait penerapan Muatan Lokal (Mulok) di sekolah.
Langkah ini dianggap penting dalam mengenalkan dan memperkuat pemahaman akan bahasa daerah di kalangan pelajar.
“Dengan Mulok, generasi muda kami dapat lebih mengenal dan mencintai bahasa daerah serta menjaga keberagaman budaya di Lembata,” kata Jumat Tapo.
Selain itu, dalam upaya memperkuat eksistensi bahasa daerah, usulan untuk menggunakan bahasa daerah di sekolah-sekolah dan di kantor-kantor setiap Minggu turut diusulksn dalam seminar.
Usulan ini dianggap sebagai langkah nyata dalam melestarikan dan mempromosikan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari.
“Kita harus berkomitmen untuk menggunakan bahasa daerah secara aktif agar tetap hidup dan berkembang,” tegas Tapo.
Seminar ini menjadi wadah untuk menjaga kearifan dan nilai-nilai luhur dalam keanekaragaman budaya di Lembata, dengan fokus pada ketahanan bahasa dan upaya pelestarian bahasa daerah dalam menghadapi tantangan global.
Semua pihak yang hadir sepakat bahwa tindakan yang diambil saat ini akan membawa manfaat bagi generasi mendatang dan menjaga identitas budaya bangsa Indonesia.
Dengan semangat baru dan komitmen yang lebih kuat dari generasi muda, diharapkan pelestarian bahasa daerah di Lembata semakin efektif dan berkesinambungan. (baoon)