Marthen Dira Tome dan Tim sedang panen perdana Garam NATAGA sabu Raijua.
SEBA, mediantt.com – Kerja keras dan cerdas seorang Marthen Luther Dira Tome di Tanah Asalnya, Sabu Raijua, berbuah manis. Tambak garam yang dibiarkan tak terurus bertahun-tahun oleh pemerintah, akhirnya dibangun kembali dan hari ini, Senin 23 Mei 2022, Marthen Dira Tome bersama tim melakukan panen perdana emas putih dari Sabu Raijua yang disebut Garam Nataga itu.
Kepada mediantt.com, Senin (22/5) petang, mantan Bupati Sarai dua periode itu menegaskan; “Hari ini 22 Mei 2023, PT Nataga Raihawu Industri (NRI) lakukan panen perdana garam di Kabupaten Sabu Raijua”.
Menurut MaTade, sapaan populernya, komoditi yang satu ini sedang sangat dicari para pedagang, bukan hanya pedagang di NTT tapi justru juga pedagang yang datang dari luar NTT dengan harga yang tidak main-main mencapai Rp 2.500-3.000 per kg, sama seperti harga garam tahun 2017.
“Bagi kami soal harga tinggi saat ini bukanlah hal utama yang memotivasi kami berjuang membangun kembali tambak garam yang telah bertahun-tahun dibiarkan hancur. Alasan yang sangat manusiawi adalah bagaimana efek domino dari tambak garam yang bisa menjawab dan menyelesaikan persoalan dasar masyarakat di daerah ini,” tegas Dira Tome.
Artinya, jika dihubungkan dengan trickle-down effect, maka kehadiran kembali pabrik garam ini, memberikan implikasi positif pada pertumbuhan ekonomi dan memberikan keuntungan pada kelas masyarakat bawah dengan terciptanya lapangan pekerjaan.
Dia juga menjelaskan, para pekerja masa lalu kembali bekerja lagi dan mendapat penghasilan yang memadai; bagaimana para pemilik mobil truk kembali mendapat muatan dari tambak ke pelabuhan; bagaimana para sopir dan kondektur lancar mendapat muatan dan mendapat penghasilan yang baik; bagaimana pula para buruh di pelabuhan bisa bongkar muat ribuan ton sekali muat dan mendapat upah yang cukup; bagaimana pula para pedagang makan minum ringan (mamiri) di area pelabuhan mendapat uang akibat para buruh belanja habis barang dagangan mereka serta banyak manfaat lainnya.
“Tambak garam memang memberikan efek yang bukan sedikit bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Inilah yang memotivasi kami mempengaruhi bung Roberth dan bung Denny de Mita berinvestasi di Sabu Raijua,” kata Ma Tade.
Dia menambahkan, saat ini Madila (JM) dan Ama Molo (Sultan) cs sedang menyelesaikan belasan hektare lahan tambak garam di area Kolouju lalu dilanjutkan ke Pante Bali dan ke wilayah Liae. “Semakin luas area maka semakin banyak masyarakat yang bekerja, dan geliat ekonomi akan semakin terasa serta kemiskinan akan tertekan. Terima kasih bung Robert (MaHajo) dan bung Denny de Mita (MaBoJo),” kata MaTade.
Seorang warga berkomentar, “Serasa hilang narasi untuk memberikan pendapat hanya satu kata “terbaik” buat MaTade. Sebab hanya sedikit orang yang memiliki pemikiran yang begitu luas untuk dapat memperhatikan banyak dampak untuk masyarakat Sabu Raijua. Sekali lagi ‘terbaik’ Bapa”.
Untuk diketahui, secara nasional kenaikan harga garam masih terjadi. Tidak hanya di level pengguna, tapi kenaikan tersebut juga terjadi di level petani.
Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI), Jakfar Sodikin mengungkapkan, saat ini harga garam di level petani sudah menyentuh angka Rp 4.700 per kilogram (kg).
“Kalau (kondisi) normal itu harapan kami sebenarnya Rp 1.000 (per kg) saja sudah bagus, atau Rp 1.200 (per kg),” ujar Jakfar saat dihubungi Kontan.co.id (9/5/2023).
Dugaan Jakfar, kenaikan harga terjadi lantaran mekanisme pasokan dan permintaan. Menurut catatan APGR, stok persediaan garam di gudang per akhir 2022 memang tidak sebanyak biasanya. (jdz)