dr. Dalmatia Yustina Sile
LEWOLEBA, mediantt.com – Tingginya angka stunting di Kecamatan Nubatukan, menjadi pekerjaan rumah bagi Kepala Puskesmas (Kapus) di Kota Lewoleba dan Desa Pada.
Tugas berat menanti ini, diamini oleh Kapus Lewoleba, dr. Dalmatia Yustina Sile atau biasa disapa dr. Alma. Tapi ia siap mengemban tugas ini sebaik mungkin. Demikian sikapnya saat diwawancarai pasca pelantikan, Jumat (12/5/2023), di aula Kantor Bupati Lembata.
Berdasarkan rilis dari Kecamatan Nubatukan pada Selasa (9/5) saat pembukaan Rakor Penanggulangan Corona Virus Disease (Covid-19), Penanggulangan Stunting dan Kemiskinan Ekstrim, di aula Anton Tifaona, Lewoleba, ternyata angka stunting di Kecamatan Nubatukan masih tinggi.
Data terakhir dilaporkan saat itu, penderita stunting di Puskesmas Lewoleba per 9 April 2023 berada di angka 247 kasus, menyusul di bulan yang sama Puskesmas Pada, 48 kasus.
Terhadap hal ini, menurut dr. Alma, untuk menekan angka stunting di Kecamatan Nubatukan terkhusus wilayah kerjanya, di kota Lewoleba, ia akan lebih mengintensifkan pelayanan-pelayanan kesehatan baik di posyandu-posyandu, di lapangan maupun pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Disamping itu, ia juga akan terus mendorong kegiatan edukasi baik penyuluhan ataupun sosialisasi tentang pentingnya kesehatan bagi masyarakat. “Ke depannya kami akan berupaya menekan semaksimal mungkin angka stunting ini dengan cara sosialisasi dan memantau terus perkembangannya,” jelas Kapus Lewoleba.
Ia mengakui, kendala yang terberat dihadapi saat ini ada bagaimana meyakinkan orang tua ataupun masyarakat tentang pentingnya asupan gizi yang seimbang bagi tumbuh kembangnya anak, terutama dimasa pertumbuhan.
“Kita sudah mengontrol melalui penggunaan KIA, kita sudah turun ke lapangan, sudah memberi contoh tetapi tetap saja tidak dipatuhi secara baik. Pola asu anak masih seperti yang lama, yang salah. Dibiarkan anak yang penting kenyang, ya sudah! Entah gizinya cukup atau tidak, bukan urusan, yang penting anak kenyang dulu,” ungkap mantan dr. Ahli Madya pada UPTD Puskesmas Pada ini.
Pemikiran orang tua seperti inilah menjadi kendala petugas dalam meminimalisir peningkatan angka stunting di kota Lewoleba, ujar dr. Alma sekaligus mengkritisi pemikiran sebagian warga yang melihat banyak anak banyak rezeki.
Dokter Alma menjelaskan, sebagian warga masih beranggapan semakin banyak anak akan semakin baik. Apalagi orang tua yang ingin kehadiran anak laki-laki sebagai penerus ataupun perempuan untuk memikul tanggung jawab orang tua terkait masalah belis. Orang-orang tua berpikiran seperti ini memiliki kecenderungan untuk memproduksi anak menjadi lebih banyak. Dan itu terjadi pada masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
Dokter menjelaskan lagi, banyak anak tidak dilarang, tapi harus juga dibatasi minimal jaga jarak kehamilan antara anak satu dengan yang lain, sehingga selama proses kehamilan sampai melahirkan tidak berdampak pada janin mengalami gizi buruk atau stunting di usia anak menginjak dua tahun.
“Kalau seperti begitu keadaannya, pasti ujung-ujung petugas kesehatan lah yang disalahkan,” ungkap dr. Alma sedikit kesal.
Karena itu, di Alma menghimbau dan mengajak semua pihak terutama masyarakat kota Lewoleba untuk selalu patuh terhadap anjuran petugas kesehatan. “Mari kita perangi stunting untuk generasi masa depan Lembata yang lebih baik,” tegas dr. Alma. (baoon)