Kapolres Lembata AKBP Vivick Tjangkung.
MINGAR, mediantt.com – Banyak persoalan di Lembata memaksa Kapolres AKBP Vivick Tjangkung harus berjuang keras, mengurai segala permasalahan di lapangan. Halnya kasus baru-baru ini 25 pekerja migran ilegal asal TTS tujuan Malaysia ditahan oleh tim Intelkam Polres Lembata di Pelabuhan Laut Lewoleba.
Peristiwa itu bermula dari laporan personil Polda NTT yang telah menahan 16 orang TKI ilegal di Pelabuhan Tenau, Kupang. Dari laporan tersebut, tim gercap Intelkam Polres Lembata kemudian melakukan penyisiran di atas KM Bukit Siguntang yang tiba di Lembata dan berhasil mengamankan 25 orang.
Dari peristiwa ini, Vivick mencurigai ada oknum tidak bertanggungjawab, yang bermain dibelakang keberangkatan TKI ilegal ini. Disinyalir mereka menjadikan NTT sebagai salah satu tempat beroperasinya mafia perdagangan orang atau human trafficking.
Karena itu, Kapolres merasa penting untuk menginformasikan kasus ini kepada masyarakat Lembata. Dia utarakan bahaya human trafficking saat bersama Bupati Lembata menghadiri peresmian air minum di Desa Pasir Putih, Kecamatan Nagawutung, Minggu (30/4).
Orang nomor satu di Polres Lembata ini, ketika dimintai berbicara, ia secara tegas menghimbau seluruh warga agar waspada terhadap mafia perdagangan orang atau human trafficking di luar NTT yang menyasar anak perempuan dan laki-laki dibawa umur.
Menurut data Indeks perdagangan orang yang dikeluarkan oleh pihak berwenang, Lembata termasuk kategori tinggi. Tapi yang menjadi keresahan Kapolres, ketika data itu difikskan dengan data pengaduan di kepolisian, ternyata berbanding terbalik. Tidak ada laporan dari masyarakat Lembata terhadap permasalahan ini.
Ini menjadi pertanyaan besar seorang Vivick Tjangkung, ada apa sebenarnya yang terjadi di Lembata.
Dia pun membuka sedikit bahwa dari data 5 tahun terakhir, kasus perdagangan orang yang awalnya TKI ilegal, ternyata nol laporan.
Ia pun bertanya, apakah karena ketidakpedulian dari masyarakat terhadap masalah ini, ataukah ada rasa ketakutan untuk berterus-terang, ataukah merasa aib di dalam keluarga sehingga tidak dilaporkan. Ini menjadi pertanyaan Kapolres Lembata.
“Yang harus kita tepis kan bersama bahwa ini merupakan kasus yang sedang diperhatikan oleh seluruh negara,” tegas Kapolres Vivick kepada semua warga Lembata.
Ia juga kembali tekankan bahwa Lembata ini merupakan ladangnya untuk meraup bisnis sekelompok orang tetapi tidak memperhatikan kehidupan masyarakat kita.
Karena itu, ia mengajak dan mengetuk hati, “Mari kita bersama-sama peduli dengan masalah ini. Karena ladangnya ada di orang-orang yang kita cintai. Kita punya saudara-saudara perempuan, kita punya anak-anak kecil dan tidak menutup kemungkinan anak-anak remaja laki-laki pun bisa diambil keuntungan oleh mereka,” jelas wanita ayu darah Lamalera ini.
Sebagai informasi, Vivick juga melaporkan bahwa Sabtu (29/4) malam, ada rapat tim yang dipimpin oleh Bupati Lembata, kemudian tim turun ke lapangan. Dari hasil kerja tim, tidak sampai 1×24 jam, tim sudah bisa menahan 4 pelaku seks komersoal, 3 mucikari dan 25 orang calon TKI ilegal.
“Sangat membahayakan. Kalau kita tidak peduli dengan hal ini, anak-anak manis kita yang ada di sini semuanya akan menjadi korban, akan menjadi musibah besar,” terang Vivick.
Jadi kalau dari sekarang kita tidak peduli, maka jangan berharap banyak, anak-anak manis yang ada didepan kita ini akan hancur mental dan psikologi nya.
Karena itu Vivick mengajak semua masyarakat Lembata, “Pegang erat kuat-kuat, kita bersama-sama perang kriminal yang sudah merajalela di tempat kita”.
Kapolres juga memberikan nomor WhatsApp (WA) nya untuk menyampaikan keluh kesah terkait kriminalitas di Lembata. (baoon)