Levo soron lodo, tanah tapin balik. Adagium klasik ini memang tepat bagi seorang Dr Josephine Vivick Tjangkung. Lama pergi dari tanah asal, Lamalera. Berkelana dan meniti jejak karier di tanah orang. Akhirnya kembali pulang ke tanah leluhur. Ke suku Lelaona, asal muasal segalanya. Ia memohon doa restu, dukungan dan kekuatan leluhur dan levotana bagi pengabdiannya di Lefageak sebagai Kapolres Lembata.
PENONTON Terminator: Genisys (2015) tentu tak bisa melupakan adegan ikonik saat sang robot (Arnold Schwarzenegger) berpamitan dengan Sarah Connor (Emilia Clarke) sebelum melompat dari helikopter seraya berkata, “I’ll be back.”
Kata-kata itu sangat melekat dengan Terminator dan Schwarzenegger sejak seri pertama yang digarap James Cameron, lebih dari tiga dekade lalu. Para penggemar pun berharap masih bisa menyimak kata-kata itu di seri berikut. Namun Schwarzenegger bukannya kembali beraksi sebagai robot di sekuel Terminator, dia malah kembali ke tanah leluhurnya, Austria. Lalu mengenakan busana tradisional Austria.
Kisah ini sedikit mirip dengan cerita kembalinya mantan artis cantik Vivick Tjangkung, ke tanah leluhurnya, LAMALERA. AKBP Josephine Vivick Tjangkung, yang lama berkelana dan berkarir di luar Lembata, juga kampung asal leluhurnya, kembali mengabdi sebagai Kapolres Lembata. Perwira menengah Polri ini menjadi satu-satunya perempun pertama yang didapuk menjadi Kapolres di lingkungan Polda NTT.
Vivick sama seperti orang-orang keturunan Lamalera diaspora lain, juga datang ke tanah asalnya. Mencari alur trah keluarganya; i’ll be back!
Minggu 23 April 2023. Kapolres Vivick Tjangkung, blasteran Manggarai-Lamalera dan rombongan berangkat dari Lewoleba sekitar pukul 05.00 Wita, menggunakan speed boat milik Pol Air. Pukul 06.00 Wita, Vivick Tjangkung tiba di Tapobali dan dijemput dengan tiga peledang. Ada Praso Sapang, peledang milik suku Lelaona, Bakatene dan Holo Sapang. Vivick pun berpindah dari speedboat menuju Praso Sapang, peledang milik suku leluhurnya, Lelaona.
Kurang lebih 1 km lebih Kapolres Vivick diarak dengan peledang menuju pantai Lamalera. Sebelum turun ke darat, peledang melakukan atraksi penangkapan ikan paus sebagai bentuk penghormatan kepada tamu, yang baru kembali ke tanah asal. Wajah gembira dan terharu tampak di wajah Vivick Tjangkung. Dia tak pernah membayangkan diterima dengan semarak heroik ini.
Warga sudah berjejer menunggu di pantai. Kapolres pun diterima secara adat di Bafalofe, pintu gerbang dari arah laut, untuk memasuki Levo Lamalera, kampung asalnya. Di rumah besar Bataona (Klake Langu) sudah menanti pemangku adat dari Lika Telo dan Tuan Tanah, juga Kepala Desa Lamalera A dan B.
Setelah direciki air berkat dan pengalungan kain adat di Bafalofe, Vivick diarak dengan tarian lie kenatap menuju Klake Langu. Sapaan adat pun kembali dilantunkan dalam bahasa Lamalera; “Ina.. pana pai gave gere ia lango bele. Pi moe gereko pi lango bele, hode kniki fai moe nawe ma pimpin Levotana Lembata. (Ina, mari masuk rumah besar. Sekarang engko sudah masuk dan ambil bekal ini);” suara Anton Asimu, pemandu acara.
Vivick pun melangka pasti memasuki rumah besar Klake Langu. Kepadanya diserahkan atribut kebanggaan dan keperkasaan seorang Lamafa (juru tikam), berupa tali dan tempuling, yang telah diikat pada sebuah bambu. Vicik dengan bangga menerima itu dan menghujamkan tempuling itu sebagai tanda bahwa ia telah menerima energi baru dari levo dan leluhurnya. Sebagai jimat baru bagi kiprahnya sebagai Lamafa di Lefageak; sebagai Kapolres Lembata. Atribut sakral itu akan terus menemani Vivick selama mengabdi di Lembata dan akan dibawah ke manapun (nanti) ditugaskan.
Dari Rumah Besar Klake Langu, cucu Bapa Yohanes Asa Lelaona itu, diarak lagi dengan Lie Kenatap menuju Rumah Besar Lelaona di Dusun Fung, Lamalera A. Seluruh anggota marga Lelaona sudah menanti dengan sukacita. Lantunan adat pun dilakukan dipintu rumah besar oleh kepala suku. Vivick lalu dengan langkah pasti memasuki rumah besar leluhurnya. Semua larut dalam keharuan; ada tangis atas pertemuan berahmat itu, yang oleh Pastor Paroki Lamalera, Romo Noldy Koten, disebut sebagai Rencana Tuhan; “Tuhan ingin menulis lurus pada jalan kehidupan manusia yang bengkok”.
Setelah diterima di rumah besar Lelaona, Kapolres Vivick Tjangkung lalu mengikuti ekaristi kudus di Gereja Sto Petrus-Paulus Lamalera. Umat paroki sekitar 500 orang sudah memadati gereja terbesar di Lembata ini, menunggu Kapolres untuk misa bersama. Kapolres Vivick dan kerabatnya dari Larantuka, ditemani Kepala Desa Lamalera B Matheus Gilo Bataona, menempati deretan kursi paling depan. “Selamat datang enu molas di tanah leluhur Lamalera,” sapa Romo Noldy dalam pengantar awalnya.
Butuh Kekuatan
Ketika didaulat memberi sambutan oleh Romo Noldy di penghujung misa, Vivik Tjangkung, naik di podium dan berkata, “Setelah menerima TR dari Kapolri, sama sekali tidak terpikir bahwa aaya dapat tugas di Lembata”.
“Sejarah nenek moyang dan tentang leluhur dalam perjalanan awal karier saya sebagai salah satu Polwan di Polda Metro Jaya di bagian Reserse, dengan tugas penyamaran di bidang Narkotika, saya tidak takut. Tapi setelah bongkar kasus-kasus besar, saya baru merasa nyawa saya diujung tanduk. Setelah tiba di Lembata inilah saya dapat cerita bahwa opa saya, ayah dari mama, adalah juru tikam paus (Lamafa) dan juga mendirikan SMPK APPIS,” cerita Vivick yang sejak usia 8 tahun sudah diboyong sang ayah ke Dili Timor Timur.
Putri keenam dari pasangan Aloysius Tjangkoeng dan Monika Dien Lelaona ini melanjutkan, “Saat saya masuk duduk di peledang Praso Sapang (saat penjemputan), terasa sekali bahwa saya lahir dari darah, dari kekuatan dan keberanian Lamalera”.
Karena itu, menurut Vivick, sebagai Kapolres baru di Lembata dengan banyak masalah, maka dia butuh kekuatan dan keberanian untuk bisa menyelesaikan kasus-kasus yang ada di Lembata.
“Saya yakin dan percaya setelah kembali dari Lamalera, arwah leluhur melekat di dalam diri saya, untuk berani berjuang menegakan kebenaran dan keadilan bagi masyarakat. Untuk itu saya mohon dukungan kuat lewat doa dari Lamalera A dan B agar saya bisa menuntaskan tugas saya dengan mengharumkan nama asal saya dari Lamalera,” tegas Perwira Menengah Polri ini, lalu disambut gemuruh tepuk tangan umat.
Vivick menutup sambutannya dengan melantunkan lagu “Bale Nagi”, yang membuat dia sesekali menyekah air mata.
…..Pengga ole ma wura lewa Tanjo Bunga. Malam embo ujan po rinte e,
Tanjo Bunga meking jao e, Sinyo tedampa lah di tanah orang
Bale Nagi… Bale Nagi, Sinyo e
No e kendati nae bero e
Bale Nagi ..Bale Nagi Sinyo e
No e, kendati nae bero e….
Usai perayaan misa, Kapolres Vivick Tjangkung mengunjungi SMPK APPIS Lamalera, buah tangan, jejak nyata sang opa Yohanes Asa Lelaona, yang sudah berusia 63 tahun. Para guru dan siswa-siawi menyambut Vicik dan berkeliling melihat setiap ruangan kelas, yang sudah jauh berubah. Beda jauh ketika pada awalnya sekolah berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lain, sebelum dikelolah oleh Yayasan Arnoldus milik Paroki Lamalera hingga saat ini.
Acara kemudian dilanjutkan dengan resepsi dan ramah tama bersama warga di rumah besar Lelaona. Pukul 13.30 Wita, Kapolres Vivick dan rombongan kembali ke Lewoleba dengan speedboat. (josh diaz/frk)