Jokowi, Labuan Bajo dan Lamalera

by -1,170 views

Presiden Jokowi dan Ibu Iriana saat menumpang kapal pinisi dari Labuan Bajo menuju Pulau Rinca, Manggarai Barat. (Foto: Instagram Jokowi dan hipwee.com)

SOLO, kota unik mempesona di Jawa Tengah. Begitu pula Labuan Bajo, ujung barat Pulau Flores. Sedang Lamalera, desa nelayan dan destinasi wisata eksotik yang sudah mendunia. Solo tempat kelahiran Presiden Joko Widodo. Kota Solo juga pernah dipimpin Jokowi bersama wakilnya, Fransiskus Xaverius (FX) Hadi Rudyatmo, sebelum Jokowi terpilih jadi Gubernur DKI Jakarta.

Labuan Bajo pun tak kalah menarik, Labuan Bajo adalah kota Kabupaten Manggarai Barat di ujung barat Flores, Nusa Bunga. Labuan Bajo sudah lama menjadi destinasi eksotik. Destinasi wisata itu terus bersolek di era Jokowi. Tak hanya nama Labuan Bajo yang menguras rasa ingin tahu wisatawan domestik maupun mancanegara.

Taman Nasional Komodo, gugusan pulau yang menjadi habitat biawak raksasa varanus komodoensis, jauh sebelumnya menyalib nama Labuan Bajo. Pasca penetapan Labuan Bajo sebagai salah satu destinasi super premium, Labuan Bajo seakan melejit.

Intensitas kunjungan resmi Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo bersama para Menteri hingga para tamu negara-negara asing kian memantapkan dan melambungkan Labuan Bajo sebagai salah satu destinasi unggulan Indonesia di Nusa Tenggara Timur.

Tak hanya Labuan Bajo, ada destinasi wisata eksotif lainnya yang tak kalah menarik. Sebut saja destinasi Tandjoeng Boenga di Labuan Bajo. Destinasi itu belakangan sangat digandrungi wisatawan domestik dan manca negara.

Adalah Gabriel Mahal, praktisi hukum nasional dan sosok multi talenta yang memopulerkan nama usaha wisatanya itu. Di Tandjoeng Boenga wisatawan menikmati panorama sejauh mata memandang. Destinasi wisata itu belakangan kian menarik dikunjungi wisatawan dalam maupun luar negeri.

Sedang Lamalera? Tempo doeloe, desa nelayan di bibir pantai selatan Lembata itu sudah terkenal dengan Leva, tradisi perburuan paus mamalia laut. Pun pnete alep, ibu-ibu dan kaum perempuan berjalan kaki ke kampung-kampung.

Pnete Alep itu menjual hasil tangkapan Lamafa, juru tikam paus setelah berhari-hari bertaruh hidup-mati di lautan lepas berburuh mamalia laut itu demi menopang ekonomi keluarga dan pendidikan anak-anak mereka.

Indonesia tentu mengenal baik nama Prof Dr Gregorius Perawin (Gorys) Keraf. Gorys Keraf adalah ilmuwan Indonesia dan salah seorang akademisi yang lahir dari desa nelayan Lamalera. Bisa jadi, kala masih kecil Gorys Keraf sungguh merasakan bagaimana nelayan Lamalera berjuang mati-matian demi masa depan generasinya lewat pendidikan dari hasil Leva dan pnetan.

Gorys dan adiknya dalam rumpun marga Keraf, Dr Alexander Soni Keraf adalah segelintir dari anak-anak levo, kampung Lamalera. Belakangan muncul banyak generasi baru yang hebat-hebat baik awam maupun klerus yang mengabdi tak hanya di berbagai bidang pelayanan namun juga menjadi misionaris yang menyebar di hampir lima benua.

Kisah Jan Ethes

Mengapa mengulas sekilas Solo, Labuan Bajo, dan Lamalera? Apa yang menarik dari tiga tempat itu? Boleh jadi pertanyaan tersebut muncul dari kepala pembaca. Solo pernah saya kunjungi di sela-sela kegiatan Pengurus Pusat Pemuda Katolik beberapa tahun silam.

Tak hanya bertekad menyambangi beranda rumah kediaman Jokowi sebelum akhirnya dilarang Paspampres meski beberapa kali saya jujur mengatakan, saya orang baik-baik dari timur yang kebetulan lagi di Solo. Ada niat baik melihat dari dekat kediaman Jokowi di Solo.

Meski kandas merapat ke beranda rumah Jokowi, namun sedikit lega. Saya akhirnya mampir dan minum juice di kafe milik Gibran Rakabuming Raka, putra Jokowi. Lalu segelas juice afdol membunuh rasa haus yang mendera kerongkongan.

Pun bertemu FX Rudiatmo, Walikota Solo di sela-sela kegiatan Pemuda Katolik, yang kala itu dipimpin dr Carolin Natasa. Saya juga berkesempatan nongkrong di gerbang Stadion Manahan Solo di sela-sela kegiatan tersebut.

Pada Minggu (23/4), beberapa media online memberitakan, Presiden Jokowi dan Ibu Negara bersama cucunya, Jan Ethes berada di Labuan Bajo. Caption foto mediaindonesia.com menulis jelas. Presiden Joko Widodo jalan-jalan bersama cucu pertamanya, Jan Ethes, di belakang Hotel Meruorah, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (23/4) pagi.

Labuan Bajo tentu menarik semenarik Lamalera, destinasi eksotik di Lembata yang kadang luput dari mata Presiden Jokowi. Lamalera bisa saja lebih eksotif dalam dunia pendidikan maupun literasi. Sekali lagi, Indonesia mungkin familiar dengan Gorys Keraf.

Ahli Bahasa Gorys Keraf atau Gorys Perawin adalah ilmuwan Indonesia yang mendedikasikan hampir seluruh hidupnya sebagai dosen di Universitas Indonesia. Namun, tak sebatas Gorys Keraf. Belakangan banyak akademisi dan praktisi hebat datang dari kampung nelayan ini.

Di hampir semua perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur, ada saja guru (sebutan lebih familiar di Levo Lamalera dan wilayah lereng gunung Labalekan, selatan Lembata) alias dosen.

Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, mencatat ada dosen dari Lamalera seperti Dr Konradus Blajan (Mance) Dasion, Dr Ignas Sinu Bataona, M.Sc, Abdy Keraf, M.Psi, dan di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang ada dosen Michael Rajamuda Bataona.

Sedangkan di Universitas Flores Ende, ada Dr Josef Bataona, dosen sastra. Lalu ke barat Flores, tepatnya di Ruteng ada Bernard Tube Beding, dosen Universitas Katolik Santo Paulus Ruteng. Belum lagi para dosen asal Lamalera yang mengabdi di berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Satu hal menarik. Pada Minggu (23/4), Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana bersama cucunya, Jan Ethes, tengah menikmati keindahan alam Flores Barat khususnya Labuan Bajo.

Sedang dari Lamalera, kabar menggembirakan hadir juga. Kepala Kepolisian Resor Lembata AKBP Dr Vivick Tjangkung, S.Sos, MI.Kom, melalui Kapolres Lembata, akun Facebook resminya mengabarkan Vivick mengunjungi Lamalera dalam kunjungan resminya.

Kunjungan perdana Kapolres Vivick Tjangkung boleh jadi seolah menjadi perjalanan resmi dan kultural balik levo, pulang kampung Lamalera. Guru Yohanes Asa Lelaona, adalah kakek Vivic Tjangkung dari ayahanda Dintje Lelaona, ibunda Vivick. Asa Lelaona lama mengabdi sebagai guru di Ende, Flores.

Vivick lama mengabdi di Polda Metro Jaya sebelum akhirnya ditunjuk Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, M.Sc menjadi Kapolres Lembata. Listyo adalah Kapolresta Solo saat Jokowi menjabat Walikota Solo. Namun, lepas dari itu, Solo, Labuan Bajo, dan Lamalera sama-sama seperti magnet.

Solo adalah kampung asal Jokowi. Sedang Labuan Bajo adalah destinasi wisata yang kerab diakrabi Jokowi dan Ibu Negara dalam berbagai lawatan resminya. Sedang Lamalera? Ingatan saya lembali pada catatan sahabat jurnalis Cahyo Adi dari Yogyakarta usai mengunjungi Lamalera beberapa tahun silam.

Cahyo, wartawan lulusan STF Driyarkara menulis kembali lagu tradisional Lamalera sebagai berikut. “…Berlayarlah ke tengah lautan tempat bersemayam para ikan, para leluhur, penguasa langit, dan bumi. Gerakkanlah mereka ke hadapan kami agar kami bisa menangkap dan membawa pulang untuk menghidupi seluruh kampung…..” (Lagu tradisional nelayan Lamalera)

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah. Mohon maaf lahir batin. Selamat menikmati keindahan Labuan Bajo, Bapak Presiden Jokowi. Setelah Solo dan Labuan Bajo, insya Allah Lamalera, destinasi eksotik di bibir Laut Sawu juga dilihat dari dekat.

Sekalian menikmati Pasar Barter Wulandoni, satu-satunya pasar barter di Indonesia yang masih dirawat warga setempat, sebelah Lamalera. Nani ga, magu Presiden? Piye, Bapak Presiden?

Ansel Deri, Warga asal Lembata, tinggal di Jakarta

4 7 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments