Seminar Hari Kartini; Memahami Kepemimpinan Perempuan dalam Perspektif Gender

by -59 views

KUPANG, mediantt.com – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu Pemerintahan (IPM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Katolik Widya Mandira ( Unwira) Kupang menggelar Seminar Hari Kartini bertema; “Eksistensi kepemimpinan Perempuan di Nusa Tenggara Timur Dalam Perspektif Gender”, bertempat di aula Santo Hendrikus Universitas Katolik Widya Mandira Kupang (Unwira Kupang), Jumat (21/4/2023).

Seminar ini dihadiri oleh Ketua DPRD Provinsi NTT Ir. Emilia Julia Nomleni, Akademisi sekaligus Dosen Unwira Drs. Marianus Kleden, M.Si, Anggota DPRD Kabupaten Kupang Abi Yerusa Sobeukum S.IP, Kaprodi Ilmu Pemerintahan Veronika I.A. Boro S.IP, M.Si, Wakil Dekan 1 FISIP Unwira Fransiska Desiana Setyaningsih, M.Si, serta para dosen, perwakilan OKP, dan mahasiswa.

Seminar ini bertujuan meningkatkan wawasan mahasiswa dan mahasiswi untuk memahami kepemimpinan perempuan dalam perpektif gender, membangun kesadaran mahasiswa/i demi tercapainya sebuah perubahan diri sebagai sosok pemimpin sejati kelak di tengah masyarakat, serta sebagai wujud nyata apresiasi dan penghormatan terhadap perjuangan RA Kartini.

Wakil Rekan I Fransiska Desiana Setyaningsih dalam sambutanya mengatakan, Kartini sebagai sosok pejuang emansipasi kaum perempuan yang mana ia merupakan tokoh Jawa dan pahlawan nasional Indonesia.

“Artinya Kartini ingin menunjukan kepada kita semua bahwa perempuan tidak hanya berperan sebagai sosok yang patut kita kesampingkan karena perempuan bisa berperan penting dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Kartini juga mengajarkan bahwa perempuan juga bisa menentukan pilihan hidup, perlakuan yang layak dan lain sebagainya,” ujarnya.

Di mengatakan, seminar hari Kartini ini diharapkan lahir suatu perspektif baru dan menyetarakan gender antara laki-laki dan perempuan.

Hal itu harus nampak jelas terlihat dimana perlu adanya penghargaan terhadap perempuan karena sejatinya sosok Kartini adalah pejuang kaum perempuan yang patut ditiru sebagai batu loncatan menuju perubahan regenerasi perempuan yang lebih baik ke depan demi bangsa Indonesia.

Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Veronika IA Boro dalam sambutanya mengatakan, seminar Hari Kartini ini merupakan bentuk emansipasi kaum wanita yang berjuang untuk memperoleh kesetaraan gender, dengan selalu menanamkan semangat perjuangan Kartini yang harus tetap tumbuh dan hidup di dalam diri setiap perempuan.

Menurut dia, di balik sosok laki-laki hebat selalu ada perempuan yang luar biasa. Itu mengartikan bahwa peran perempuan dalam kehidupan sosial masyarakat sangat mendominasi, berpengaruh dan berdampak pada kemajuan bangsa dan negara.

“Kita perlu selalu mengedepankan persamaan nilai di atas dasar saling menghormati dan menghargai antara laki-laki dan perempuan karena kesetaraan, serta selalu mendorong dan mengedepankan persamaan hak sehingga kesetaraan gender itu bisa hadir nyata dalam kehidupan sosial,” pesan Veronika.

Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu Pemerintahan (IPM) Yohanes Soni Kewawo mengucapkan terima kasih kepada pihak universitas karena telah memberikan ruang dan kesempatan untuk HMPS IPM menggelar seminar ini.

Menurut dia, mahasiswa yang digadang-gadang sebagai pemimpin masa depan bangsa perlu menyadari betul akan berbagai macam persoalan gender yang tengah terjadi di tengah masyarakat, yang mengharuskan perempuan selalu dikesampingkan.

“Karena itu kita perlu mengangkat harkat dan martabat perempuan sehingga menghasilkan kesetaraan gender di tengah masyarakat. Maka seminar hari kartini ini diharapkan mahasiswa/i dapat mempunyai perspektif yang berbeda dalam menyuarakan suara perempuan demi mewujudkan kesetaraan gender di tengah masyarakat,” jelasnya.

Marianus Kleden, sebagai pemateri pertama mengatakan, perlu adanya pemerdekaan perempuan sebagai bagian yang tertindas perlu didorong dan dikedepankan sehingga dapat memahami dengan jelas bahwa segala macam persoalan tentang perempuan harus diatasi demi kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan.

Ia mengatakan, perempuan dengan dirinya sendiri adalah pribadi yang mandiri, pekerja keras, dan mampu menciptakan perubahan-perubahan besar di tengah masyarakat sehingga perempuan pada hubungannya dengan laki-laki harus tidak dijajah secara seksual karena perempuan selalu menghormati laki-laki.

Perempuan pada cerita rakyat kebanyakan di NTT adalah sosok yang mampu memberi suatu kehidupan dan peradapan manusia. Karena itu sudah sepatutnya laki-laki harus mempunyai perspektif bahwa perempuan harus dilibatkan dalam berbagai urusan termaksud menjadi seorang pemimipin.

Pemateri kedua Abi Yerusa Sobeukum mengingatkan, kepemimpinana itu selalu diidentikan dengan cara mempengaruhi dan mengarahkan orang untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu organisasi.

“Sedangkan perihal gender atau konstruksi sosial itu spesifikasinya lebih kepada cara pandang kita terhadap peran, tanggungjawab dan kebutuhan dalam berpikir dan bertindak. Eksistensi perempuan di NTT sudah sangatlah baik tetapi keterlibatan kaum perempuan dalam berbagai aspek masih sangatlah minim. Karena itu perempuan saat ini harus mulai didorong dan diayomi sehingga kedepan selalu bermunculan sosok Kartini baru di NTT yang mana regerasi saat inilah yang harus terus didorong dan bersifat keberlanjutan karena pada sosok perempuanlah kita belajar tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin,” tegasnya.

Dia berharap, kesetaraan gender harus dihadirkan dan harus ditampakan yang bukan hanya sebuah wacana, tetapi hadir nyata dalam tindakan sosial sehari-hari.

Ketua DPRD NTT Emilia Julia Nomleni selaku pemateri ketiga mengatakan, perempuan selalu mempunyai kemampuan lebih untuk melakukan banyak hal dan mengapa perempuan harus hadir dan ada karena perempuan adalah penyempuna dari segala sesuatu.

“Karena itu perempuan harus ditarik ke ranah publik sebagai seorang pemimpin karena perempuan mempunyai kemampuan untuk memenuhi hal yang menjadi kerja sama dengan laki-laki.

“Jaman sekarang, terkhususnya di Nusa Tenggar Timur, sudah mengalami penurunan keterlibatan perempuan dalam dunia politik, yang artinya bahwa untuk saat ini cukup sulit mencari sosok perempuan potensial dalam ranah publik untuk berperang dalam kehidupan politik. Hal ini dapat kita lihat dari rendahnya angka keterwakilan perempuan di parlemen, yang sedikit banyaknya lebih didominasi oleh laki-laki sehingga berpengaruh terhadap perihal kesetaraan gender dan berbagai macam problem yang dihadapi perempuan. Karena itu, perlu adanya peningkatan partisipasi perempuan agar segala pengambilan keputusan politik bisa menjadi lebih akomodatif dan juga substansial,” jelas Emi Nomleni.

Yohana Fransiska Medho dalam pernyataan penutupnya sebagai moderator mengatakan, sejatinya hubungan antara laki-laki dan perempuan adalah mitra.

“Maka sudah sepatutnya kita harus saling mendukung, menghormati dan menghargai berbagai macam persamaan dan perbedaan yang ada antara laki-laki dan perempuan. Sebagai seorang perempuan dengan menanam semangat Kartini dalam diri harus terus maju dan berjuang karena sekalipun semua sudah punya kodrat masing-masing. Namun tak ada yang bisa merubah diri kita selain kita sendiri. Terus survive dan jadilah Kartini muda untuk NTT,” tandasnya. (roy beraona)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments